Keberadaan owa Jawa saat ini terbatas pada kawasan taman nasional dan hutan lindung di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Lokasi yang menjadi wilayah
penyebarannya yaitu Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Gunung Simpang Tilu, Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango, dan Gunung Slamet.
2.1.3 Pakan
Pohon pakan merupakan jenis pohon dimanfaatkan sebagai sumber pakan. Bagian pohon yang biasanya dimanfaatkan adalah buah, daun, dan bunga.
Supriatna dan Wahyono 2000 menyatakan berdasarkan hasil dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa kelompok gibbon pada umumnya mengkonsumsi
buah matang dalam proporsi yang tinggi. Presentase jenis pakan tertinggi adalah buah-buahan matang 61, daun-daunan 38, dan bunga 1. Namun
proporsi setiap setiap kategori makanan tersebut bervariasi menurut musim tahunan, pada bulan Februari-April ketika kelimpahan buah rendah, proporsi
buah: daun: bunga: binatang kecil adalah 49:50:1:0, sedangkan ketika musim berbuah Juni-Agustus proporsi makanannya menjadi 68:30:2:0 Kappeler 1984
dalam Rowe 1996.
Terdapat 125 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan gibbon sebagai sumber pakan, terdiri dari 108 jenis pohon, 14 jenis tumbuhan liana, dua jenis tumbuhan
palma dan satu jenis epifit. Jenis pohon yang dimanfaatkan sebagai sumber pakan adalah Dillenia excelsa, Dracontomelon mangiferum, Garcinia dioica, Ficus
callosa , Saccopetalum horsfieldii, Ficus variegata, Eugenia polyanta, Flacourtia
rukam , Bridelia minutiflora, dan Antidesma bunius Kappeler 1984 dalam Rowe
1996. Selain itu owa Jawa juga diketahui memakan ulat pohon, rayap, madu, dan beberapa jenis serangga lainnya Supriatna dan Wahyono 2000.
2.1.4 Organisasi sosial
Owa Jawa hidup berpasangan dalam sistem keluarga monogami. Selain kedua induk, terdapat 1-2 individu anak yang belum mandiri Supriatna dan
Wahyono 2000. Pada kelompok tertentu hanya terdiri dari pasangan induk jantan dan betina Nijman 2004. MacKinnon dan MacKinnon 1984 dalam Rowe
1996 menyatakan bahwa keuntungan kelompok dengan sistem hidup monogami
dan mempertahankan teritori adalah: mengurangi aktivitas reproduksi yang tidak diperlukan dan meningkatkan perlindungan bagi anak-anaknya yang masih kecil,
mengurangi gangguan dan kompetisi dengan kelompok lain, meningkatkan efisiensi dalam menemukan sumber pakan, dan mengurangi kompetisi dalam
perkawinan. Namun kekurangan kelompok populasi dengan sistem hidup monogami adalah: tidak fleksibel dalam penggunaan ruang, perbandingan jenis
kelamin tidak beragam sehingga menyebabkan berkurangnya keberhasilan reproduksi, kecilnya ukuran kelompok mengurangi kemampuan berkompetisi
dengan spesies lain, dan peningkatan spesiasi merupakan bagian dari evolusi. Owa Jawa yang kehilangan pasangannya tidak akan mencari pengganti pasangan
sampai akhir hayatnya, kondisi demikian dapat mempercepat penurunan populasi. Masa hamil primata ini antara 197-210 hari, jarak kelahiran anak yang satu
dengan yang lain berkisar antara 3-4 tahun. Umumnya owa Jawa dapat hidup hingga 35 tahun Supriatna dan Wahyono 2000.
2.1.5 Aktivitas harian
Owa Jawa lebih bersifat arboreal dan jarang turun ke tanah. Pergerakan dari pohon yang satu ke pohon yang lain dilakukan dengan bergelayutan
brankiasi. Daerah jelajahnya berkisar antara 16-17 Ha, dan wilayah jelajah hariannya dapat mencapai 1500 m Supriatna dan Wahyono 2000. Owa Jawa
aktif dari pagi hari hingga sore hari diurnal, siang harinya digunakan untuk beristirahat dengan saling mencari kutu antara jantan dan betina, atau antara ibu
dan anaknya. Malam harinya owa Jawa tidur pada percabangan pohon. Pasangan jantan dan betina owa Jawa jarang melakukan duet. Terdapat empat jenis suara
yang dikeluarkan owa Jawa, yaitu suara betina sendiri untuk menandakan daerah teritorialnya, suara jantan yang dikeluarkan saat berjumpa dengan kelompok lain,
suara yang dikeluarkan bersama antar keluarga saat terjadi konflik, dan suara dari anggota keluarga sebagai tanda bahaya Supriatna dan Wahyono 2000.
2.2 Sistem Informasi Geografis SIG