callosities . Bantalan duduk tersebut tidak terdapat pada semua jenis satwa
primata Fleagle 1988 dalam Rowe 1996. Owa Jawa memiliki gigi seri kecil dan sedikit ke depan, sehingga
memudahkan untuk menggigit dan memotong makanan. Gigi taring panjang dan berbentuk seperti pedang berfungsi untuk menggigit dan mengupas makanan. Gigi
geraham atas dan bawah berfungsi untuk menguyah makanan Napier dan Napier 1967. Fleagle 1988 dalam Rowe 1996 menyatakan bahwa owa Jawa memiliki
kantung tenggorokan di bawah dagunya untuk membantu memperkuat suara.
2.1.2 Habitat dan penyebaran
Secara spesifik habitat owa Jawa adalah hutan tropika, mulai dataran rendah hingga pegunungan dengan ketinggian 0-1600 mdpl. Rowe 1996
menyatakan bahwa habitat owa Jawa adalah hutan primer dan sekunder serta hutan hujan tropika dari ketinggian setara permukaan laut sampai 1.500 mdpl.
Hutan hujan tropika di bawah ketinggian 1.500 mdpl merupakan habitat ekslusif bagi owa Jawa karena beberapa sebab, yaitu karena spesies tumbuhan hutan di
atas ketinggian 1.500 mdpl bukan merupakan sumber pakan, dan banyaknya lumut yang menutupi pepohonan menyulitkan owa Jawa melakukan pergerakan
atau perpindahan. Pada wilayah dengan ketinggian 1.500 mdpl hanya terdapat sedikit spesies tumbuhan dan jenis tumbuhan tersebut tidak sesuai untuk
dimanfaatkan dalam melakukan pergerakan dari satu pohon ke pohon lain Rowe 1996. Menurut Supriatna dan Wahyono 2000, banyaknya lumut yang
memenuhi pepohonan di pegunungan menyulitkan pergerakan brankiasi owa Jawa.
Owa Jawa merupakan satwa arboreal murni sehingga membutuhkan hutan dengan kanopi antar pohon yang berdekatan. Habitat yang sesuai bagi owa Jawa
adalah hutan dengan tajuk yang relatif tertutup, tajuk pohon tersebut memiliki cabang horisontal, dan habitat yang memiliki sumber pakan yang tersedia
sepanjang tahun. Faktor utama yang membatasi penyebaran owa Jawa adalah struktur ketinggian pohon untuk melakukan aktivitas bergelayutan branchiation,
serta keragaman floristik yang berkaitan dengan variasi persediaan pakan spesies tersebut Kappeler 1984 dalam Rowe 1996.
Keberadaan owa Jawa saat ini terbatas pada kawasan taman nasional dan hutan lindung di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Lokasi yang menjadi wilayah
penyebarannya yaitu Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Gunung Simpang Tilu, Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango, dan Gunung Slamet.
2.1.3 Pakan
Pohon pakan merupakan jenis pohon dimanfaatkan sebagai sumber pakan. Bagian pohon yang biasanya dimanfaatkan adalah buah, daun, dan bunga.
Supriatna dan Wahyono 2000 menyatakan berdasarkan hasil dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa kelompok gibbon pada umumnya mengkonsumsi
buah matang dalam proporsi yang tinggi. Presentase jenis pakan tertinggi adalah buah-buahan matang 61, daun-daunan 38, dan bunga 1. Namun
proporsi setiap setiap kategori makanan tersebut bervariasi menurut musim tahunan, pada bulan Februari-April ketika kelimpahan buah rendah, proporsi
buah: daun: bunga: binatang kecil adalah 49:50:1:0, sedangkan ketika musim berbuah Juni-Agustus proporsi makanannya menjadi 68:30:2:0 Kappeler 1984
dalam Rowe 1996.
Terdapat 125 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan gibbon sebagai sumber pakan, terdiri dari 108 jenis pohon, 14 jenis tumbuhan liana, dua jenis tumbuhan
palma dan satu jenis epifit. Jenis pohon yang dimanfaatkan sebagai sumber pakan adalah Dillenia excelsa, Dracontomelon mangiferum, Garcinia dioica, Ficus
callosa , Saccopetalum horsfieldii, Ficus variegata, Eugenia polyanta, Flacourtia
rukam , Bridelia minutiflora, dan Antidesma bunius Kappeler 1984 dalam Rowe
1996. Selain itu owa Jawa juga diketahui memakan ulat pohon, rayap, madu, dan beberapa jenis serangga lainnya Supriatna dan Wahyono 2000.
2.1.4 Organisasi sosial