23 manusia yang mendekat adalah segera menghindar. Respon lain yang mungkin
muncul adalah berdiam diri dan bersembunyi. Respon bersuara biasanya terjadi apabila satwa mendeteksi kehadiran manusia pada jarak yang sangat dekat. Hal
tersebut membuktikan bahwa faktor manusia merupakan salah satu faktor pengganggu bagi owa Jawa, dan faktor tersebut didukung oleh jalan sebagai
faktor masuknya manusia ke dalam hutan. Sehingga dilakukan pengkajian pada variable jarak dari jalan untuk melihat pengaruh faktor jalan bagi owa Jawa di
Cagar Alam Gunung Tilu. Jarak dari jalan diklasifikasi menjadi lima kelas, yaitu kelas 0-200m, 200-
400m, 400-600m, 600-800m, 800-1000m. Klasifikasi dilakukan guna mempermudah dalam pembuatan model saat overlay. Pada kelas klasifikasi jarak
0-200 m dari jalan hanya terdapat satu titik kelompok owa Jawa, sedangkan pada kelas 200-400m tidak ditemukan titik kelompok owa Jawa. Pada kelas jarak 400-
600m dan kelas 600-800m masing-masing ditemukan titik kelompok owa Jawa sebanyak tiga titik, dan pada kelas jarak 800-1000m ditemukan sebanyak dua titik
kelompok owa Jawa. Titik lainnya terdapat pada jarak di atas 1000m, yaitu sebanyak enam titik kelompok owa Jawa.
Peta jalur jalan dapat dilihat pada Gambar 7.
5.1.3 Peta ketinggian
Habitat owa Jawa adalah hutan primer dan sekunder serta hutan hujan tropika dari ketinggian setara permukaan laut sampai 1500 mdpl Rowe 1996.
Ketinggian tempat merupakan faktor yang mempengaruhi keanekaragaman tumbuhan dan satwa. Keanekaragaman tumbuhan tersebut membentuk zona
vegetasi berdasarkan perbedaan kondisi iklim yang dipengaruhi oleh perbedaan ketinggian, sehingga mempengaruhi spesies dominan setiap zona vegetasi. Hutan
dengan ketinggian di bawah 1500 mdpl merupakan habitat eksklusif bagi owa Jawa karena beberapa sebab yaitu, karena spesies tumbuhan hutan di atas
ketinggian 1500 mdpl bukan merupakan sumber pakan, dan banyaknya lumut yang menutupi pepohonan menyulitkan owa Jawa melakukan pergerakan atau
perpindahan.
24
24 Gambar 7 Peta jalur jalan.
25
25 Gambar 8 Peta jarak dari jalan.
26 Pada wilayah tersebut hanya terdapat sedikit spesies tumbuhan, dan jenis
tumbuhan tersebuttidak sesuai untuk dimanfaatkan dalam melakukan kegiatan brankiasi Rowe 1996. Kappeler 1984 menyatakan penyebaran owa Jawa
berdasarkan ketinggian pada Tabel 2. Tabel 2. Penyebaran owa berdasarkan ketinggian menurut Kappeler 1984
Kawasan CAGT memiliki ketinggian yang bervariasi antara 750-2427 mdpl. Peta ketinggian diklasifikasi menjadi lima kelas yakni kelas 750-1000,
1000-1250, 1250-1500, 1500-1750, dan 1750 mdpl. Wilayah tertinggi dengan klasifikasi ketinggian di atas 1750 mdpl terdapat pada wilayah barat
sampai bagian tengah kawasan, dengan luas 4585,86 Ha. Sedangkan wilayah terendah dengan klasifikasi ketinggian 750-1000 mdpl terdapat pada daerah
selatan kawasan, dengan luas 151,02 Ha. Wilayah terluas terdapat pada kelas ketinggian 1500-1750 mdpl yaitu 4947,93 Ha. Sebagian besar titik owa Jawa
berada pada kelas ketinggian 750-1000 mdpl. Peta ketinggian dapat dilihat pada Gambar 9.
5.1.4 Peta kemiringan lereng
Kemiringan lahan merupakan suatu informasi berbagai tingkat kemiringan dari suatu permukaan yang dinyatakan dalam derajat atau persen. Pembagian
kelas lereng didasarkan pada SK Menteri Pertanian No. 837KptsII1980 tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung. Owa Jawa merupakan satwa
arboreal, oleh karena itu faktor kemiringan lahan tempat bukanlah menjadi penghambat bagi aksesibilitasnya Dewi 2005. Rinaldi 2003 dalam Dewi
2005 menyatakan bahwa kelompok owa Jawa di TNGHS
Ketinggian mdpl Kepadatan invdkm
2
0-500 4-13 500-1000 2-7
1000-1500 1-3 1500 0
27
27 Gambar 9 Peta ketinggian.
28 Taman Nasional Gunung Halimun Salak lebih banyak terdapat pada topografi
yang curam. Hal ini mungkin disebabkan daerah yang curam lebih aman dari predator.
Tabel 3. Tingkat kemiringan lereng di CAGT
Kawasan CAGT umumnya berada pada kelerengan agak curam, dengan klasifikasi kemiringan lahan 15-25. Sebagian besar titik ditemukannya
kelompok owa berada pada kemiringan lebih dari 40, sebanyak tujuh 7 titik, pada kemiringan 15-40 ditemukan enam 6 titik, dan pada kemiringan 8-15
ditemukan satu 1 titik, dari total 15 titik kelompok owa. Pada kemiringan 0-8 tidak ditemukan titik kelompok owa. Sebagian besar wilayah tersebut berada pada
kelas kemiringan agak curam, yaitu pada tingkat 15-25 dengan luas 3956.67 Ha. Daerah dengan luas terendah pada kelas kemiringan datar, yaitu 1638,99 Ha.
Peta kemiringan lereng dapat dilihat pada Gambar 10.
Tingkat Kemiringan Kelas
Luas Ha
0-8 Datar 1638.99
8-15 Landai 2878.56
15-25 Agak curam
3956.67 25-40 Curam
3701.88 40 Sangat
curam 2572.47
29
29 Gambar 10 Peta kemiringan lereng.
30
30
Gambar 11 Peta sebaran owa Jawa.
31
5.2 Penyusunan Model Kesesuaian Habitat Owa Jawa 5.2.1 Penentuan nilai bobot setiap variabel