Penelitian Pendahuluan BAHAN DAN METODE

23

A. Penelitian Pendahuluan

a. Penentuan Waktu Perendaman Biji Kecipir yang Optimal

Perendaman bertujuan melunakkan struktur selular kecipir. Perendaman dapat mempersingkat waktu perebusan di tahap selanjutnya. Perendaman dilakukan dengan merendam biji kecipir dalam air biji kecipir : air = 1: 3. Biji kecipir direndam dengan larutan pada berbagai waktu perendaman 6, 12, 18, dan 24 jam. Percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui waktu perendaman yang optimal untuk mencapai rasio penyerapan air biji kecipir yang maksimal. Rasio penyerapan air dilakukan dengan cara menimbang sebanyak 20 gram biji kecipir kering kemudian merendam dalam 60 ml larutan perendam. Setelah waktu perendaman tercapai kemudian ditiriskan selama 10 menit dan dihitung dengan rumus: Rasio penyerapan air =

b. Penentuan Waktu Perebusan Biji Kecipir yang Optimal

Percobaan ini dilakukan pada biji kecipir hasil perendaman dengan berbagai waktu perebusan 30, 60, 90, 120, dan 180 menit. Perebusan dilakukan dengan air pada suhu 70 – 100 o C. Setelah perebusan diamati secara kualitatif warna air rendaman, kekerasan biji kecipir, dan kemudahan pengupasan kulitnya.

c. Penentuan Komposisi Kimia Bahan Baku Biji Kecipir

Analisis dilakukan pada biji kecipir yang digunakan sebagai bahan baku meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, dan kadar karbohidrat by difference. 1 Analisis Kadar Air Metode Oven SNI 01-2891-1992 Cawan alumunium dikeringkan dalam oven pada suhu 105 o C selama 15 menit, lalu didinginkan dalam desikator selama 10 menit. Cawan ditimbang menggunakan neraca analitik. Sampel sebanyak 1-2 gram dimasukkan ke dalam cawan, kemudian cawan serta sampel 24 ditimbang dengan neraca analitik. Cawan berisi sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 105 o C selama 3 jam. Selanjutnya cawan berisi sampel didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang. Penimbangan diulangi hingga diperoleh bobot konstan selisih bobot ≤ 0.0005 gram. Perhitungan : Kadar air g100 g bahan basah = x 100 Kadar air g100 g bahan kering = x 100 Keterangan : W= bobot contoh sebelum dikeringkan gram W 1 = bobot contoh + cawan kering kosong gram W 2 = bobot cawan kosong gram 2 Analisis Kadar Abu SNI 01-2891-1992 Cawan pengabuan dikeringkan dalam oven 105 o C selama 15 menit, kemudian didinginkan dalam desikator, dan ditimbang. Sampel sebanyak 2-3 gram ditimbang dalam cawan tersebut, kemudian cawan yang berisi sampel padat diarangkan dahulu sebelum dimasukkan ke dalam tanur. Pengabuan dilakukan dalam tanur pada suhu maksimum 550 C hingga pengabuan sempurna. Cawan yang berisi sampel didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang dengan neraca analitik hingga bobotnya tetap. Perhitungan : Kadar abu g100 g bahan basah = x 100 Kadar abu g100 g bahan kering = x 100 Keterangan : W = Bobot sampel sebelum diabukan gram W 1 = Bobot cawan + sampel setelah diabukan gram W 2 = Bobot cawan kosong gram 25 3 Analisis Kadar Protein Metode Kjeldahl Mikro AOAC 960.52 yang dimodifikasi Sejumlah kecil sampel kira-kira akan dibutuhkan 3-10 ml HCl 0.01 N atau 0.02 N ditimbang, dipindahkan ke dalam labu Kjedahl 30 ml. Setelah itu, ditambahkan 1.0 ± 0.1 gram K 2 SO 4 , 40 ± 10 mg HgO, dan 2.0 ± 0.1 ml H 2 SO 4 ke dalam labu Kjedahl yang berisi sampel. Jika sampel lebih dari 150 mg, ditambahkan 0.1 ml H 2 SO 4 untuk setiap 10 mg bahan organik di atas 15 mg. Setelah itu, beberapa butir batu didih dimasukkan labu Kjedahl yang berisi sampel kemudian labu Kjedahl yang berisi sampel dan telah dimasukkan batu didih didihkan selama 1-1.5 jam sampai cairan menjadi jernih. Setelah cairan jernih, labu Kjedahl yang berisi sampel didinginkan dan ditambahkan sejumlah kecil air secara perlahan-lahan ke dalamnya, kemudian didinginkan kembali. Isi labu dipindahkan ke dalam alat destilasi. Labu Kjedahl yang isinya sudah dipindahkan ke dalam alat destilasi dicuci dan bilas 5-6 kali dengan 1-2 ml air, air cucian dipindahkan ke dalam alat destilasi. Erlenmeyer 125 ml yang berisi 5 ml larutan H 3 BO 3 dan 2-4 tetes indikator campuran dua bagian metil merah 0.2 dalam alkohol dan satu bagian metil biru 0.2 dalam alkohol diletakan di bawah kondensor. Ujung tabung kondensor harus terendam di bawah larutan H 3 BO 3 kemudian di tambahkan 8-10 ml larutan NaOH-Na 2 S 2 O 3 dan dilakukan destilasi sampai tertampung kira-kira 15 ml destilat dalam erlenmeyer. Setelah itu, tabung kondensor dibilas dengan air dan bilasannya ditampung dalam erlenmeyer yang sama. Selanjutnya isi erlenmeyer diencerkan sampai kira-kira 50 ml dan kemudian dititrasi dengan HCl 0.02 N sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. Penentuan protein pun dilakukan untuk blanko. Cara perhitungan kadar protein : + , - . . 01223 . 22 4 5 67 . 8 - 96 :7 26 4 Analisis Kadar Lemak Metode Soxhlet SNI 01-2891-1992 Labu lemak yang akan digunakan dalam alat ekstraksi Soxhlet dikeringkan di dalam oven, lalu didinginkan di dalam desikator kemudian ditimbang. Selongsong kertas saring yang berisis contoh dengan kapas dikeringkan pada suhu 80 o C selama ± 1 jam. Selongsong kertas tersebut dimasukkan ke dalam alat Soxhlet yang telah dihubungkan ke labu lemak. Ekstraksi lemak dengan heksana dilakukan selama ± 6 jam. Selanjutnya, labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan di dalam oven pada suhu 105°C. Setelah itu didinginkan di dalam desikator, kemudian ditimbang hingga bobotnya tetap. Perhitungan: Kadar lemak g100 g bahan basah = ; 22 Kadar lemak g100 g bahan kering = ; 22 Keterangan : W = Bobot sampel gram W 1 = Bobot labu lemak + lemak hasil ekstraksi gram W 2 = Bobot labu lemak kosong gram 5 Analisis Kadar Karbohidrat by difference

B. Penelitian Utama

Dokumen yang terkait

Upaya Penganekaragaman Bahan Makanan Ternak Biji Kecipir (Psophocarpus Tetragonolobus (L) DC) serta Pengaruhnya terhadap Bobot Pankreas Hati dan Empedu Ayam Pedaging

0 4 115

Karakteristik Sifat Molekuler dan FungsionalProtein dari Biji Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.)Karakteristik Sifat Molekuler dan FungsionalProtein dari Biji Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.)

0 10 78

Pengaruh Penambahan Biji Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus) terhadap Sifat Fisik dan Organoleptik Tortila

0 13 99

Produksi Konsentrat Protein Biji Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC) Serta Analisis Sifat Fisikokimia dan Fungsionalnya

7 45 170

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG BIJI KECIPIR (Psophocarpus Pengaruh Penggunaan Tepung Biji Kecipir (Psophocarpus Tetragonolobus L.) Sebagai Substitusi Tepung Beras Dalam Pembuatan Kue Apem Terhadap Kadar Protein Dan Daya Terima.

0 3 14

PEMANFAATAN BIJI KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus) SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM PEMBUATAN Pemanfaatan biji kecipir (psophocarpus tetragonolobus) sebagai pengganti kedelai dalam pembuatan kecap dengan menggunakan ekstrak nanas dan ekstrak pepaya.

0 1 15

PEMANFAATAN BIJI KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus) SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM PEMBUATAN Pemanfaatan biji kecipir (psophocarpus tetragonolobus) sebagai pengganti kedelai dalam pembuatan kecap dengan menggunakan ekstrak nanas dan ekstrak pepaya.

0 2 11

PEMANFAATAN BIJI KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus ) SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN SUSU DENGAN PENAMBAHAN Pemanfaatan Biji Kecipir (Psophocarpus Tetragonolobus ) Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Susu Dengan Penambahan Ekstrak Jahe Merah ( Zingiber Offici

0 1 14

STUDI PEMBUATAN FLAKES DENGAN BEBERAPA TINGKAT PERBANDINGAN TEPUNG UBI JALAR KUNING DAN TEPUNG BIJI KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus DC).

0 0 8

Diversitas Genetik Dan Respons Kecipir (Psophocarpus Tetragonolobus L. Dc) Terhadap Pemangkasan Reproduktif.

0 0 2