Penelitian Utama BAHAN DAN METODE

26 4 Analisis Kadar Lemak Metode Soxhlet SNI 01-2891-1992 Labu lemak yang akan digunakan dalam alat ekstraksi Soxhlet dikeringkan di dalam oven, lalu didinginkan di dalam desikator kemudian ditimbang. Selongsong kertas saring yang berisis contoh dengan kapas dikeringkan pada suhu 80 o C selama ± 1 jam. Selongsong kertas tersebut dimasukkan ke dalam alat Soxhlet yang telah dihubungkan ke labu lemak. Ekstraksi lemak dengan heksana dilakukan selama ± 6 jam. Selanjutnya, labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan di dalam oven pada suhu 105°C. Setelah itu didinginkan di dalam desikator, kemudian ditimbang hingga bobotnya tetap. Perhitungan: Kadar lemak g100 g bahan basah = ; 22 Kadar lemak g100 g bahan kering = ; 22 Keterangan : W = Bobot sampel gram W 1 = Bobot labu lemak + lemak hasil ekstraksi gram W 2 = Bobot labu lemak kosong gram 5 Analisis Kadar Karbohidrat by difference

B. Penelitian Utama

a. Pembuatan Tepung Biji Kecipir

Penelitian utama merupakan lanjutan dari penelitian pendahuluan. Hasil dari penelitian pendahuluan antara lain perendaman dilakukan dengan air bersih selama 18 jam menghasilkan biji kecipir dengan rasio penyerapan yang maksimal. Kemudian penentuan waktu perebusan yang optimalnya adalah 120 menit. 27 Pembuatan tepung biji kecipir dapat dilihat pada Gambar 4. Proses pembuatan tepung biji kecipir dilakukan dengan cara biji kecipir direndam dalam air bersih pada suhu ruang selama 18 jam dan dicuci tiap 6 jam. Biji kemudian direbus selama 120 menit. Setelah direbus, biji kecipir ditiriskan dan dilakukan pengupasan kulit luarnya. Kemudian biji kecipir kupas kulit ini digiling dengan penambahan akuades biji kecipir : akuades = 1 : 3. Suspensi ini diatur pH dengan penambahan NaOH hingga pH 10 dan diekstrak kembali selama 60 menit. Kemudian disaring untuk memisahkan suspensi dengan hancuran biji kecipir yang kasar. Bagian yang lolos saringan diatur pH- nya dengan penambahan asam HCl hingga pH isoelektrik. Kemudian dilakukan pengendapan sampai terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan endapan biji kecipir dan lapisan air yang jernih. Tahap selanjutnya adalah pemisahan endapan dari lapisan air sehingga diperoleh tepung biji kecipir basah. Tepung basah ini kemudian dikeringkan dengan pengeringan sinar matahari dalam rumah kaca. Setelah kering, tepung masih dalam bentuk lembaran-lembaran ini digiling kembali dengan blender kering. Kemudian diayak dengan ayakan 60 mesh. Tepung biji kecipir ini kemudian disimpan pada tempat tertutup sebelum digunakan pada tahap selanjutnya. Tepung biji kecipir yang dihasilkan dianalisis komponen kimianya dengan analisis proksimat, meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, dan kadar karbohidrat by difference.

b. Perhitungan Nilai Recovery Protein

Efisiensi proses pembuatan tepung biji kecipir diketahui dengan perhitungan recovery.

c. Analisis Komposisi Asam Amino

Sebanyak 0.25 - 0.5 gram sampel protein biji kecipir ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung 25 ml untuk ditambahkan 5-10 ml 28 HCl 6 N. Lalu sampel tersebut dipanaskan selama 24 jam pada suhu 100 o C, kemudian disaring. Sampel diambil sebanyak 30 ml dan ditambahkan larutan pengering metanol, picolotiocianat, dan trietilamin. Sampel dikeringkan dengan pompa vakum dan ditambahkan lagi dengan 30 ml larutan derivatisasi metanol, natrium asetat, dan trietilamin. Sampel didiamkan selama 20 menit, kemudian ditambahkan 200 ml natrium asetat sebelum diinjek ke alat HPLC. Kolom HPLC yang digunakan adalah kolom pico tag 3.9x150 mm dengan fase gerak asetonitril 60 dan buffer natrium asetat 1M. Detektor yang digunakan adalah UV dengan panjang gelombang 254 nm. Penentuan kadar asam amino dilakukan dengan rumus berikut:

d. Penentuan Kelarutan Protein Tepung Biji Kecipir pada Berbagai

pH Tahap ini dilakukan untuk mengetahui profil kelarutan protein tepung biji kecipir pada berbagai pH. Profil mengenai kelarutan protein ini penting untuk diketahui karena pengaruhnya terhadap sifat fungsional protein lainnya Zayas, 1997. Kelarutan protein ini dapat diamati dengan melarutkan 10 mg sampel ke dalam 10 ml air, lalu pH larutan ditepatkan 2 - 12 dengan menggunakan NaOH dan HCl 1 N. Larutan disentrifus dan supernatan diambil untuk dianalisis konsentrasi protein terlarutnya dengan metode Lowry. Pengujian dilakukan dua kali ulangan. Penentuan kelarutan ini dapat dilihat pada Gambar 5. Pereaksi Lowry adalah campuran 50 ml NaOH 0.1 N yang mengandung 2 Natrium karbonat dan 1 ml Natrium tartarat yang mengandung CuSO 4 5. 29 Gambar 5. Diagram alir analisis kelarutan protein metode Lowry 10 mg tepung biji kecipir Pelarutan 10 ml akuades Penepatan pH 2-12 dengan NaOH dan HCl 1 N Sentrifus dengan kecepatan 4000 rpm selama 20 menit pada suhu ruang Supernatan Endapan 3.5 ml akuades Pemipetan 0.5 ml supernatan dalam tabung reaksi Penambahan 5.5 ml pereaksi Lowry Vorteks dan penyimpanan 15 menit pada suhu ruang Penambahan 0.5 ml Folin Ciocalteau Vorteks dan penyimpanan 30 menit pada ruang gelap hingga warna biru terbentuk Pengukuran absorbansi protein terlarut pada panjang gelombang 650 nm Nilai absorbansi dimasukkan ke persamaan kurva standar untuk diketahui konsentrasi protein terlarut 30

e. Analisis Sifat Fisiko-Kimia Tepung Biji Kecipir

1 Densitas Kamba Bello dan Okezie, 1988 Sampel dimasukkan ke dalam sebuah gelas ukur 10 ml yang telah diketahui beratnya. Gelas ukur yang telah dimasukkan sampel diketuk-ketukkan ke meja 30 kali hingga tak ada lagi rongga ketika sampel ditepatkan menjadi 10 ml. Gelas ukur yang berisi sampel tersebut kemudian ditimbang. Densitas kamba dapat dihitung dari hasil pembagian berat sampel dengan volumenya 10 ml. Pengukuran densitas kamba dilakukan dua kali ulangan. Densitas kamba gml = x 100 Keterangan : a = berat gelas ukur berisi 10 ml sampel b = berat gelas ukur kosong gram 2 Particle Size Index modifikasi Angulo-Bejarano, et al., 2007 Sampel sebanyak 5 gram diayak menggunakan ayakan dalam berbagai ukuran mesh yaitu 40 mesh 420 m, 60 mesh 318 m, 80 mesh 180 m, dan 100 mesh 150 m. Sampel diayak menggunakan alat selama 10 menit. Material yang tersisa dalam ayakan dinyatakan dalam percent over. PSI = a i b i Keterangan : a i = percent over pada ayakan b i = koefisien relatif ayakan 40, 60, 80, 100 mesh dinyatakan dalam 0.4, 0.6, 0.8, dan 1.0 3 Analisis Warna dan Derajat Putih dengan Chromameter CR- 200 Minolta modifikasi Hutching, 1999 Pengukuran dilakukan dengan meletakkan sampel di dalam wadah sampel yang sudah tersedia dan selanjutnya dilakukan pengukuran pada skala nilai L, a, b. Nilai L menyatakan parameter kecerahan lightness yang mempunyai nilai dari 0 hitam sampai 100 31 putih. Nilai a menyatakan cahaya pantul yang menghasilkan warna kromatik campuran merah-hijau dengan nilai +a positif dari 0 – 100 untuk warna merah dan nilai –a negatif dari 0 – -80 untuk warna hijau. Notasi b menyatakan warna kromatik campuran biru-kuning dengan nilai +b positif dari 0 – 70 untuk kuning dan nilai –b negatif dari 0 – -70 untuk warna biru. Selanjutnya akan dihitung nilai derajat putih dengan persamaan: Derajat putih = 22 + 22+= ? ? ,

f. Analisis Sifat Fungsional Protein Tepung Biji Kecipir

1 Daya Serap Air Sathe et al., 1982 Sebanyak 1 gram sampel dan 10 ml air destilata dimasukkan ke dalam tabung sentrifus kemudian divortex selama dua menit. Campuran kemudian didiamkan selama satu jam pada suhu ruang, kemudian disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 25 menit. Filtrat dipisahkan secara hati-hati dan diukur dengan gelas ukur 10 ml untuk diketahui volum air bebas yang tidak terikat. Daya serap air dapat dihitung dengan persamaan berikut. Pengukuran daya serap air dilakukan dua kali ulangan. Daya Serap Air mlg = – 6 4 2 Daya Serap Minyak Chakraborty, 1986 dalam Zheng et al, 2007 Sebanyak 1 gram sampel dimasukkan ke dalam tabung sentrifus dan ditambahkan 10 ml minyak kedelai. Campuran tersebut divorteks selama 30 detik dan didiamkan selama 30 menit pada suhu ruang. Setelah itu, disentrifus pada kecepatan 3600 rpm selama 20 menit. Supernatan dituang ke gelas ukur 10 ml dan diamati volum minyak bebas. Daya serap minyak dapat dihitung dengan persamaan berikut. Pengukuran daya serap minyak dilakukan dua kali ulangan. 32 Daya Serap Minyak mlg = A B 3 Daya Emulsi modifikasi Franzen Kinsella, 1976 Sampel sebanyak 2 gram ditambah 100 ml air, diatur pH 8. Sampel diaduk dengan magnetic stirrer selama 5 menit. Sebanyak 25 ml sampel ditambah 25 ml minyak kedelai. Campuran didispersikan dengan blender selama 1 menit, kemudian disentrifus 3000 rpm selama 10 menit. Volume emulsi diukur. Daya emulsi = A C A A C x 100 4 Kapasitas dan Stabilitas Busa Widowati, 1998 Stabilitas busa merupakan perbandingan antara volume busa setelah satu jam dengan volume busa setelah 30 detik. Tepung sebanyak 2 gram dilarutkan dalam 100 ml akuades dan diaduk dengan magnetic stirrer . Larutan diatur pH-nya menjadi 8.0 dengan NaOH 2 N. Volume awal dicatat. Kemudian diblender selama 2 menit. Volume busa setelah 30 detik dan setelah 1 jam diukur. Kapasitas busa = A D A E x 100 Stabilitas busa = A F A D x 100 5 Penentuan Daya Gelasi Coffman dan Garcia, 1977 Suspensi sampel dengan konsentrasi 6-20 disiapkan dan ditepatkan pHnya. Suspensi sampel lalu dipanaskan pada suhu 80 o C selama 30 menit dan setelah diangkat dialiri dengan air mengalir. Setelah mencapai suhu ruang, suspensi ditaruh di refrigerator bersuhu 4 o C selama 1 jam. Kekuatan gel yang terbentuk diukur secara kualitatif dan dicatat penampakannya. Pengukuran sifat gelasi ini dilakukan dua ulangan. 33 Skala yang digunakan untuk pengukuran gel adalah: 0 = gel tidak terbentuk 1 = gel sangat lemah, gel jatuh bila dimiringkan 2 = gel tidak jatuh bila tabung dibalik vertikal 3 = gel tidak jatuh bila tabung dibalik vertikal dan dihentak sekali 4 = gel tidak jatuh bila tabung dibalik dan dihentak 5 kali

A. PENELITIAN PE

Dokumen yang terkait

Upaya Penganekaragaman Bahan Makanan Ternak Biji Kecipir (Psophocarpus Tetragonolobus (L) DC) serta Pengaruhnya terhadap Bobot Pankreas Hati dan Empedu Ayam Pedaging

0 4 115

Karakteristik Sifat Molekuler dan FungsionalProtein dari Biji Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.)Karakteristik Sifat Molekuler dan FungsionalProtein dari Biji Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.)

0 10 78

Pengaruh Penambahan Biji Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus) terhadap Sifat Fisik dan Organoleptik Tortila

0 13 99

Produksi Konsentrat Protein Biji Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC) Serta Analisis Sifat Fisikokimia dan Fungsionalnya

7 45 170

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG BIJI KECIPIR (Psophocarpus Pengaruh Penggunaan Tepung Biji Kecipir (Psophocarpus Tetragonolobus L.) Sebagai Substitusi Tepung Beras Dalam Pembuatan Kue Apem Terhadap Kadar Protein Dan Daya Terima.

0 3 14

PEMANFAATAN BIJI KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus) SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM PEMBUATAN Pemanfaatan biji kecipir (psophocarpus tetragonolobus) sebagai pengganti kedelai dalam pembuatan kecap dengan menggunakan ekstrak nanas dan ekstrak pepaya.

0 1 15

PEMANFAATAN BIJI KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus) SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM PEMBUATAN Pemanfaatan biji kecipir (psophocarpus tetragonolobus) sebagai pengganti kedelai dalam pembuatan kecap dengan menggunakan ekstrak nanas dan ekstrak pepaya.

0 2 11

PEMANFAATAN BIJI KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus ) SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN SUSU DENGAN PENAMBAHAN Pemanfaatan Biji Kecipir (Psophocarpus Tetragonolobus ) Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Susu Dengan Penambahan Ekstrak Jahe Merah ( Zingiber Offici

0 1 14

STUDI PEMBUATAN FLAKES DENGAN BEBERAPA TINGKAT PERBANDINGAN TEPUNG UBI JALAR KUNING DAN TEPUNG BIJI KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus DC).

0 0 8

Diversitas Genetik Dan Respons Kecipir (Psophocarpus Tetragonolobus L. Dc) Terhadap Pemangkasan Reproduktif.

0 0 2