2.3. Keempukan Tenderness
Pertama kali konsumen menilai keempukan daging pada saat daging dikunyah. Kesan keempukan secara keseluruhan meliputi tekstur dan melibatkan
tiga aspek Bratzler 1971; Lawrie 1979 pertama, kemudahan awal penetrasi gigi ke dalam daging; kedua, mudahnya daging dikunyah menjadi fragmenpotongan-
potongan yang lebih kecil, dan ketiga jumlah sisa fragmenpotongan yang tertinggal setelah pengunyahan Weir 1960; Bratzler 1971. Peningkatan
keempukan daging selama proses pelayuan, antara lain disebabkan oleh kerja enzim-enzim proteolitik terhadap protein fibrus otot, termasuk elemen-elemen
kontraktil. Menurut Soeparno 2005 keempukan dan tekstur daging kemungkinan
besar merupakan penentu yang paling penting pada kualitas daging. Faktor yang mempengaruhi keempukan daging digolongkan menjadi faktor antemortem
seperti genetik dan termasuk bangsa, spesies dan fisiologi, faktor umur, managemen, jenis kelamin dan stress. Faktor postmortem antara lain meliputi
metode pelayuan chilling, refrigerasi dan pembekuan termasuk faktor lama dan temperatur penyimpanan serta metode pengolahan termasuk metode pemasakan
dan penambahan bahan pengempuk. Jadi keempukan bisa bisa bervariasi diantaranya spesies, bangsa, ternak dalam spesies yang sama, potongan karkas
dan diantara otot serta otot yang sama. Komponen daging yang mempengaruhi keempukan daging adalah jaringan
ikat, serabut otot, lemak lemak intramuskular = marbling. Faktor lain yang mempengaruhi keempukan daging adalah umur ternak, jumlah jaringan ikat, cara
penanganan daging sebelum dan setelah penyembelihan, serta cara pemasakan daging. Keempukan daging banyak ditentukan setidak-tidaknya oleh tiga
komponen daging, yaitu struktur miofibrilar dan status kontraksinya Davey et al. 1967, kandungan jaringan ikat dan tingkat ikatan silangnya dan daya ikat air oleh
protein daging serta jus daging Bouton et al. 1971. Pada ternak yang mengalami kecapaiankelelahan atau stres dan kurang
istirahat menjelang disembelih akan menghasilkan persediaan ATP yang kurang sehingga proses rigormortis akan berlangsung cepat. Kekakuan otot yang terjadi
akan diikuti dengan pemendekan otot yang relatif lebih besar, sehingga daging menjadi kurang empuk dan mempunyai daya ikat air yang rendah Soeparno
2005. Oleh karena itu, penanganan ternak sebelum penyembelihan perlu untuk diperhatikan karena memiliki pengaruh yang besar terhadap keadaan fisiologis
sapi saat menjelang proses penyembelihan. Dalam hal ini, penggunaan alat-alat penyembelihan yang tepat antara lain restraining box sebagai alat fiksasi hewan
sebelum penyembelihan, pisau yang tajam untuk menyembelih hewan dan alat penggantung karkas di rumah penyembelihan hewan RPH menjadi faktor
penting yang mempengaruhinya.
2.4. Daya Ikat Air