Moulting Pengaruh Kadar Asam Lemak n 6 dari minyak jagung Terhadap Komposisi Asam Lemak, Tingkat Kerapuhan Sel dan Kinerja Pertumbuhan Benih Huna Capit Merah

pemeliharaan Anonimous 1977. Beberapa spesies huna capit merah mengalami pertumbuhan yang pesat pada waktu berumur muda dan akan mencapai kematangan gonad dalam waktu 6 bulan Stronger dan Usinger 1961. Beberapa huna capit merah di Australia mempunyai panjang karapaks 15 cm dengan panjang total 35 cm dan berat ada yang mencapai 1,25 kg. Huna capit merah yang hidup di Australia dapat mencapai ukuran lebih dari 500 gram dengan panjang karapas mencapai 9 cm dan panjang total lebih dari 30 cm. Jenis huna capit merah ini merupakan yang paling banyak dibudidayakan di Australia, alasanya karena huna capit merah memiliki daging yang lebih tebal dan memiliki kemampuan berkembang biak lebih banyak dalam waktu satu tahun jika kondisinya bagus. Selain itu huna capit merah memiliki toleransi yang sangat tinggi terhadap kepadatan yang tinggi dan tidak menunjukkan sifat kanibalisme dengan kepadatan 50 ekormeter persegi.

2.2 Moulting

Moulting atau ganti kulit adalah pergantian cangkang pada udang dan terjadi ketika ukuran daging udang bertambah besar sementara eksoskeleton tidak bertambah besar karena eksoskeleton bersifat kaku, sehingga untuk menyesuaikan dengan keadaan ini udang akan melepaskan eksoskeleton lama akan membentuk kembali dengan bantuan kalsium Wickins dan Lee. 2002. Semakin baik pertumbuhannya semakin sering huna capit merah berganti cangkang Rouse 1977. Saat terjadi pergantian cangkang merupakan saat yang rawan bagi huna capit merah karena saat kulitnya terlepas, tubuh yang ada di dalamnya tidak memiliki perlindungan lagi. Menurut Holdich dan Lowery 1988 proses pembentukan cangkang pada huna capit merah membutuhkan bahan berupa kalsium, proses ini terjadi setelah pelepasan cangkang lama dilakukan. Selain itu, Gao dan Wheathly 2004 menambahkan bahwa dalam pembentukan cangkang akan terjadi mineralisasi selaput baru menggunakan kalsium yang diserap dari lingkungan perairan. Ganti kulit pada crustacea tidak hanya meliputi aktifitas pelepasan eksoskeleton lama, tetapi juga pengumpulan cadangan makanan; pembentukan eksoskeleton baru yang disertai dengan penyerapan bahan-bahan organik dan anorganik dari eksoskeleton lama selama proekdisis; pelepasan eksoskeleton lama saat ganti kulit yang disertai dengan penyerapan air; membangun dan mengeraskan eksoskeleton lama dari cadangan dan ion-ion dalam medium; pertumbuhan jaringan Passano 1960; Yamaoka dan Scheer. 1970. Menurut Ling 1976 Selama ganti kulit udang mengalami perubahan morfologis baik eksternal maupun internal yang dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan stadium ganti kulit. Untuk menentukan stadium metekdisis dan anekdisis serta proekdis pada udang dilakukan dengan mengamati perubahan retraksi pigmen pada dorsal dan lateral abdomen, rostrum serta permukaan epidermis pleopod. Akan tetapi, retraksi pigmen pada awal proekdisis tidak lengkap pada sisi dorsal abdomen, perkembangan setae dapat juga diamati pada uropoda. Frequensi pergantian kulit Moulting pada udang ditentukan oleh faktor umur dan makanan. Udang lebih sering mengalami pergantian kulit dan udang yang mendapat makanan yang cukup dan baik akan lebih cepat mengalami pergantian kulit Ling 1976. Selain itu menurut Soegiarto 1979 proses moulting dipengaruhi oleh faktor kualitas lingkungan, antara lain kecukupan oksigen, suhu dan timbunan gas amoniak. Menurut Merrick 1993 proses pergantian kulit moulting pada huna capit merah melibatkan daur ulang Kalsium, yang terdiri atas empat tahap, yaitu : 1. Premoulting, kalsium dalam kulit diserap kembali dan disimpan dalam gastrolith, lalu diikuti dengan pembentukan kulit baru 2. Moulting, Pelepasan kulit lama yang diikuti dengan penyerapan air dari media dalam jumlah besar. 3. Postmoulting, Pengapuran dan pengerasan kulit baru dari cadangan material organik dan anorganik yang berasal dari hemolimph dan hepatopankreas, serta sebagian kecil dari media. 4. Intermoulting, pertumbuhan jaringan somatik dan awal antar moulting. Lebih lanjut Merrick 1993 menyatakan bahwa pertumbuhan dan moulting adalah dua proses yang berkaitan erat. Tanpa tanda-tanda nyata, proses moulting berlangsung dengan cepat, hanya beberapa menit individu yang baru mengalami ganti kulit dapat dikenal melalui warna yang lebih cerah dan karapas yang lunak.Telah diketahui bahwa ganti kulit pada crustacea dikontrol oleh hormon ekdisteroid dan MIH Quackenbush. 1986; Fingerman. 1987. Pelepasan hormon ekdisteroid oleh organ-Y bervariasi berdasarkan stadium yang dilaluinya dalam siklus ganti kulit dan juga tergantung pada kadar hormon ekdisteroid yang terdapat dalam hemolimph Quackenbush 1986. Pada awal siklus ganti kulit perbandingan kadar alfa-akdison dan beta- ekdison adalah 1:1 atau 1:2 yang akan berubah menjadi 1:4 atau lebih besar dengan berlanjutnya siklus ganti kulit. Adegboy 1981 menyatakan bahwa tempat penyimpanan utama kalsium dalam tubuh cherax adalah hemolimph, cangkang lama, hepatopankreas, cangkang baru dan gastrolith. Hormon ekdisteroid selain dihasilkan oleh organ-Y yang terdapat pada thoraks, ditemukan juga pada sel-sel neurosekretori medulla interna dan medulla terminalis tangkai mata kepiting ucu pugilator Hopkins 1988. Fungsi ekdisteroid yang terdapat pada tangkai mata ini belum diketahui, namun kadar ekdisteroid tersebut tinggi pada saat anekdisis Quackenbush 1986. Selama siklus ganti kulit crustacea, alfa-ekdison disintesis dan dilepaskan dari organ-Y untuk selanjutnya diubah menjadi 20-hidroksiekdison di jaringan target. Reseptor hormon ekdison terdapat pada jaringan perifer hipo dan epidermis, badan lemak, usus, dan otak Passano 1960; King dan Siddal. 1969. Kadar hormon ekdisteroid crustacea selama siklus ganti kulit mengalami fluktuasi dengan pola yang khas, di mana pada saat metekdisis dan anekdisis kadar hormon ekdisteroid rendah, mulai meningkat tiga sampai 10 kali lipat kadar intermolt pada saat transisi dari intermolt ke preekdisis apolisis, mencapai nilai maksimum selama proekdisis D3 yang mengawali ganti kulit dan turun kembali pada saat ekdisis Pengaturan kadar hormon ekdisteroid hemilimph dapat dipengaruhi melalui beberapa lintasan. Penelitian terhadap organ-Y dengan cara in vitro memperlihatkan bahwa ekstrak tangkai mata dapat memperlambat atau menghentikan pelepasan hormon ekdisteroid Mattson dan Spaziani. 1985. Moulting Inhibition Hormon juga dapat bekerja pada jaringan target hormon ekdisteroid yang langsung menghambat pengaruh hormon ekdisteroid. Menurut Mattson dan Spaziani 1986 hormon ekdisteroid juga dapat mengatur produksi sendiri melalui mekanisme umpan balik positif pada organ-Y. Disamping itu beberapa faktor eksternal dapat mempengaruhi siklus ganti kulit secara langsung. Kehilangan anggota gerak balik secara alamiah maupun buatan dapat mempercepat siklus ganti kulit yang dimediasi oleh sistem ekdisteroid. Berdasarkan sistem pengaturan kadar hormon ekdisteroid hemolimph tersebut diatas dan hubungannya dengan MIH, Mattson dan Spaziani 1986 telah membuat sebuah model sistem pengaturan neuroendokrin, yaitu interaksi antara organ X- kelenjar sinus-organ Y. MIH dalam hemolimph berikatan dengan permukaan reseptor sel organ-Y yang menyebabkan adenilat siklase AC aktif dan mengubah ATP menjadi cAMP siklik AMP. Produksi hormon ekdison dari kolesterol akan ditetapkan oleh cAMP. Pengaruh yang berlawanan ditimbulkan oleh kalsium Ca yang berikatan dengan kalmodulin akan mengaktifkan enzim cAMP-fosfodiesterase membentuk 5’AMP, sehingga produksi ekdison dapat ditingkatkan kembali. Greenway dalam Mattson dan Spaziani 1986 menemukan adanya kenaikan kadar kalsium hemolimph pada awal ganti kulit dan akan turun kembali pada saat ganti kulit, keadaan ini berhubungan dengan perubahan ekdisteroid hemolimph. Dengan demikian, pelepasan MIH yang terus menerus menyebabkan kadar ekdison menjadi rendah dan crustacea berada dalam keadaan anekdisis. Pengurangan pelepasan MIH yang disebabkan adanya kenaikan kadar hormon ekdisteroid yang tidak tetap atau terjadinya pengurangan rangsangan pada neural perifer akan melepaskan organ-Y dari hambatan untuk memproduksi hormon ekdison kadar cAMP menurun, sehingga produksi hormon ekdison meningkat. Ekdison diubah menjadi 20-hidroksiekdison dijaringan perifer. Kenaikan kadar hormon ekdisteroid hemolimph ini mengawali untuk terjadinya ganti kulit. Aktifitas organ-Y ini akan turun kembali yang belum diketahui penyebabnya, kadar hormon ekdisteroid turun, dan MIH kembali dilepaskan

2.3 Nutrisi