17 Kegiatan pemisahan suspensi tanah dilakukan di Laboratorium Konservasi
Tanah dan Air, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya lahan. Tahap pemisahan suspensi tanah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pengukuran terhadap bobot masing-masing kertas saring yang akan digunakan
2. Penyaringan suspensi tanah terhadap sampel aliran permukaan menggunakan
kertas saring yang telah diketahui bobotnya. Pencatatan bobot air ml yang lolos dari proses penyaringan.
3. Proses pengeringan terhadap kertas saring yang digunakan saat penyaringan
menggunakan oven pada suhu 105 C selama ± 24 jam
4. Penimbangan kembali terhadap bobot kertas + tanah setelah oven.
5. Selisih bobot antara kertas sebelum penyaringan dengan kertas + suspensi
setelah oven merupakan jumlah bobot kering dari sedimen tanah yang tersuspensi dalam aliran permukaan.
Jumlah suspensi tanah tererosi pada penelitian kali ini merupakan erosi total yang terjadi pada perkebunan teh dan jumlahnya dihitung dengan rumus :
E = V x B,
dimana : E
= erosi total kg ha
-1
th
-1
V = volume aliran permukaan m
3
ha
-1
th
-1
B = bobot kering sedimen yang tersuspensi dalam aliran permukaan
3.3.3. Analisis Sifat Fisik Tanah
Sifat-sifat fisik tanah yang dianalisis meliputi kadar air, menentukan nilai pF, tekstur tanah 4 fraksi, bobot isi, kadar bahan organik, dan permeabilitas
tanah. Analisis bobot isi dan tekstur tanah dilakukan untuk mengetahui kapasitas meloloskan air pada tanah penelitian dan analisis kadar bahan organik dilakukan
untuk mengetahui kondisi kadar bahan organik tanah pada lahan penelitian. Jenis analisis tanah dan metode analisisnya tertera pada Tabel 1.
18 Tabel 1. Jenis Analisis Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya
Sifat Fisik Tanah Metode Analisis
Kadar Air Gravimetrik
Kurva pF Membraneplate apparatus
Tekstur 4 fraksi Pipet
Bobot Isi Gravimetrik
C organik Walkley and Black
Permeabilitas De boodt 1974 berdasarkan Hukum Darcy
3.3.4. Pengukuran Infiltrasi Tanah
Pengukuran infiltrasi tanah pada lahan penelitian dilakukan untuk mengukur kapasitas tanah dalam menyerap dan meneruskan air yang masuk
melalui permukaan tanah. Kegiatan pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat double ring infiltrometer seperti yang tertera pada Gambar 3. Pengukuran
dilakukan sebanyak 3 kali ulangan pada masing-masing petak dimana satu ulangan dilakukan didalam petak dan 2 kali ulangan disekitar petak.
Gambar 3. Alat Pengukur Infiltrasi Tanah Double ring infiltrometer terdiri dari 2 ring dimana masing-masing ring
memiliki ukuran diameter yang berbeda diameter kecil dan diameter besar. Salah satu bagian mulut ring berbentuk lebih pipih dan bagian lainnya lebih tebal.
Mulut ring yang lebih pipih diarahkan ke tanah agar lebih mudah masuk menembus tanah ketika dipatok. Sedangkan mulut ring yang lebih tebal
digunakan sebagai alas untuk mematok. Instalasi alat dilakukan dengan mematok
19
Q = X 100
kedua ring menggunakan palu hingga tertanam ± 5 dari permukaan tanah seperti yang terlihat pada Gambar 3.
3.3.5. Analisis Data Hujan
Analisis data hujan meliputi penentuan klasifikasi iklim wilayah menurut Schmidth-Ferguson dan penentuan nilai EI
30
. Pada sistem klasifikasi Schmidth –
Ferguson kriteria yang digunakan adalah penentuan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah dengan pengertian sebagai berikut :
Bulan Kering BK : bulan dengan hujan 60 mm
Bulan Lembab BL : bulan dengan hujan antara 60 – 100 mm
Bulan Basah BB : bulan dengan hujan 100 mm
Penentuan tipe iklim mempergunakan nilai Q yaitu : Rata-rata Bulan Kering BK
Rata-rata Bulan Basah BB EI
30
ditentukan dengan menganalisis data curah hujan harian berupa data pias hujan. Sifat-sifat hujan dianalisis dari grafik hujan kertas pias. Garis ordinat
Y menyatakan jumlah hujan, sedangkan garis absis X menyatakan waktu. Kurva hujan yang didapat dari penakar hujan automatik dengan faktor konversi
sendiri yang melekat pada alat tersebut. Sifat-sifat hujan yang ditetapkan terdiri dari : a. Jumlah hujan harian, b.
Intensitas maksimum selama 30 menit I
30
, c. Energi kinetik total KE, d. Satuan interaksi energi - intensitas hujan maksimum selama 30 menit EI
30
sebagai indeks erosi hujan. Untuk menghitung energi kinetik hujan digunakan rumus :
E = 210,3 + 89 log I Sedangkan indeks erosi hujan dari satuan interaksi energi-interaksi
maksimum selam 30 menit dihitung dengan rumus : EI
30
= ∑ E x I
30
x 10
-2
20 dimana :
EI
30
= indeks erosi hujan dengan intensitas maksimum selama 30 menit, ∑ E = total energi kinetik hujan untuk satu hari hujan, dalam joule per meter
persegi I
30
= intensitas maksimum selama 30 menit, dalam cm jam
-1
3.3.6. Pengukuran Persentase Tutupan Lahan