Klasifikasi Iklim HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian merupakan kawasan Perkebunan Teh Gunung Mas PT Perkebunan Nusantara VIII yang berada pada ketinggian 900-1200 mdpl dengan topografi berbukit hingga bergunung. Suhu rata-rata harian antara 14-28 C dan kelembaban udara 70 dengan curah hujan rata-rata per tahun 3355 mm. Tanaman teh pada perkebunan teh Gunung Mas ditanam dengan searah kontur Gambar Lampiran 3. Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII memiliki areal produksi seluas 587,10 ha, yang terbagi menjadi empat lokasi yaitu Afdeling Gunung Mas I, Afdeling Gunung Mas II, Afdeling Cikopo Selatan I, dan Afdeling Cikopo Selatan II. Afdeling Gunung Mas I dan Afdeling Gunung Mas II terletak di Desa Tugu Selatan Kecamatan Cisarua, sementara Afdeling Cikopo Selatan I dan Afdeling Cikopo Selatan II tersebar di tiga desa yaitu Desa Sukagalih dan Kuta di Kecamatan Megamendung serta Desa Citeko di Kecamatan Cisarua Sulityorini, 2006. Berdasarkan data administrasi PTPN VIII Gunung Mas tahun 2012, Afdeling Cikopo Selatan I dan II terdiri atas 18 blok kebun dengan luas total sebesar 214,93 Ha. Selain itu, terdapat tiga jenis tanah pada areal perkebunan teh Gunung Mas PTPN VIII yaitu jenis tanah Andosol yang merupakan jenis tanah yang paling banyak terdapat yaitu sekitar 53,50 dari seluruh jenis tanah yang terdapat di perkebunan, jenis tanah yang lain adalah jenis Tanah Latosol dan Regosol. PH tanah di perkebunan Gunung Mas berkisar 4,5 – 5,0 Prihartono, 2000.

4.2. Klasifikasi Iklim

Hujan pada tiap wilayah mungkin memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan karakteristik tersebut akan menentukan klasifikasi iklim pada tiap wilayah tertentu. Karakteristik hujan dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh hujan terhadap nilai aliran permukaan dan erosi melalui mekanisme erosivitas hujan. 23 Untuk menentukan karakteristik iklim pada wilayah Perkebunan Teh Gunung Mas, maka dilakukan klasifikasi iklim menurut Schmidth – Ferguson terhadap data curah hujan tahunan di lokasi penelitian. Data curah hujan yang digunakan berupa pias hujan yang berasal dari penakar hujan otomatis Hellman yang dikumpulkan dari Stasiun Klimatologi Citeko. Hasil klasifikasi terhadap data curah hujan bulanan di Stasiun Klimatologi Citeko periode tahun 2004 - 2011, menunjukkan bahwa iklim wilayah lokasi penelitian memiliki nilai Q sebesar 18,42 dan tergolong pada tipe B1 yakni daerah sangat basah Tabel Lampiran 1. Selain klasifikasi iklim lokasi penelitian, hasil pengolahan data curah hujan juga menunjukkan bahwa hujan yang jatuh pada lokasi penelitian memiliki jumlah bulan basah CH 100 mm yang selalu lebih banyak daripada jumlah bulan kering CH 60 mm dan bulan lembab CH 60 - 100 mm pada setiap tahunnya. Bulan basah terjadi sebanyak sepuluh bulan yakni pada bulan Januari hingga Juni, kemudian pada bulan September hingga Desember. Bulan kering terjadi dua bulan yakni pada bulan Juli, dan Agustus, sedangkan bulan lembab tidak ditemukan Gambar 5. Gambar 5. Rata-rata Curah Hujan Bulanan Desa Citeko 2004 – 2011 Sedangkan menurut klasifikasi yang digunakan BMKG Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, telah disebutkan bahwa yang termasuk kedalam musim hujan yakni apabila CH ≥ 150 mmbulan dan termasuk musim keri ng yakni apabila CH ≤ 150 mmbulan. Berdasarkan klasifikasi tersebut, maka curah hujan yang jatuh pada lokasi penelitian memiliki periode musim hujan 100 200 300 400 500 600 Jan Feb Mar A pr Mei Jun Jul Ag st Sept O k t N ov D es Cura h H uja n B ula na n m m 24 sebanyak 8 bulan yakni pada periode bulan Januari – Mei dan periode Oktober – Desember. Sedangkan musim kering ditemukan sebanyak 4 bulan, yakni pada periode bulan Juni – September. Curah hujan yang jatuh di lokasi penelitian tergolong kedalam pola hujan monsun yakni terdapat satu kali maksimum curah hujan bulanan dalam setahun. Grafik curah hujan bulanan Gambar 5 yang membentuk pola huruf V merupakan salah satu karakteristik pola hujan monsun yang dipengaruhi oleh angin monsun. Seperti yang telah dikemukakan oleh Tukidi 2010 bahwa tipe monsun dipengaruhi oleh angin laut dalam skala yang sangat luas dan dicirikan oleh adanya perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan kemarau dalam setahun dan hanya terjadi satu kali maksimum curah hujan bulanan dalam setahun.

4.3. Karakteristik Hujan