19
G. Transportasi Hortikultura
Transportasi atau pengangkutan merupakan mata rantai penting dalam penanganan, penyimpanan, dan distribusi buah-buahan dan sayuran.
Pengangkutan hasil dimulai dari kebun ke tempat-tempat pengumpulan. Di bawah kondisi tropika terjadi kerugian-kerugian yang besar pada beberapa titik dalam
urutan distribusi yang disebabkan oleh kerusakan komoditi, penanganan kasar, kelambatan-kelambatan yang tidak dapat dihindarkan, pemuatan dan
pembongkaran secara sembrono, penggunaan wadah-wadah yang tidak sesuai, dan kondisi pengangkutan yang kurang memadai. Distribusi yang buruk juga
mengakibatkan kekurangan-kekurangan yang artificial Chace dan Pantastico, 1997.
Pengelolaan suhu sangatlah penting dalam pengangkutan dengan jarak tempuh jauh, untuk itu muatan harus disusun sedemikian rupa agar terjadi
sirkulasi udara yang baik yang dapat membawa keluar panas yang dihasilkan oleh produk dan juga akibat hawa panas yang datang dari udara sekitarnya serta panas
jalan. Sarana angkutan yang dipakai harus mempunyai insulasi yang baik sehingga suhu muatan yang telah didinginkan terlebih dahulu atau di pre-cooling
dapat dijaga dan mempunyai ventilasi yang baik sehingga udara bisa mengalir melalui produk. Selama pengangkutan, produk hasil pertanian harus disusun
sedemikian rupa sehingga kerusakan dapat diminimumkan kemudian diperkuat dan aman. Muatan atau produk dalam kendaraan bak terbuka dapat diatur
sedemikian rupa sehingga udara bisa mengalir melalui produk yang dapat mendinginkan produk itu sendiri selama kendaraan melaju. Perjalanan pada
malam dan pagi hari bisa mengurangi beban panas heat load pada kendaraan yang mengangkut hasil panen Kitinoja dan Kader, 2002.
Darmawati et al. 1992 menyatakan bahwa goncangan yang terjadi selama pengangkutan baik di jalan raya maupun di rel kereta api dapat
mengakibatkan kememaran, susut berat dan memperpendek masa simpan, hal ini terutama terjadi pada pengangkutan buah-buahan dan sayuran yang tidak dikemas.
Meskipun kemasan dapat meredam efek goncangan, tetapi daya redamnya tergantung pada jenis kemasan dan tebal bahan kemasan, susunan komoditas di
dalam kemasan dan susunan kemasan di dalam alat pengangkut. Jenis kemasan
20 dan transportasi berpengaruh nyata terhadap susut bobot, tetapi penggunaan
kemasan primer plastik dapat menekan susut bobot wortel selama simulasi transportasi Albaar, 2009. Penggunaan kemasan sekunder keranjang plastik
dapat melindungi wortel dari tingkat kerusakan dan susut bobot apabila dikombinasikan dengan kemasan primer kertas koran pasca simulasi transportasi
2 jam dan 3 jam dengan amplitudo tinggi Albaar, 2009. Anwar 2005
dalam penelitiannya memperlihatkan terjadinya
peningkatan laju respirasi brokoli setelah mengalami penggetaran selama 1 jam dengan frekuensi rata-rata 3,33 Hz dan amplitudo rata-rata 5,31 cm yang setara
dengan 365,10 km jalan luar kota. Tarwiyati 2007 melakukan simulasi transportasi terhadap kubis untuk mengetahui pengaruh jenis kemasan dan
tumpukan terhadap kerusakan kubis selama transportasi, hasilnya menunjukkan bahwa kombinasi kemasan kubis yang menggunakan plastik dan kardus
menghasilkan susut berat yang paling rendah pada setiap lama simulasi transportasi yaitu 10,26 1 jam, 11,41 2 jam, dan 21,24 5 jam.
Sementara Dewi 2008 telah melakukan kajian simulasi terhadap pak choi yang dikemas dengan plastik polietilen kemudian ditumpuk, digetarkan selama 2
jam dan yang dikemas dengan karton kemudian ditumpuk, digetarkan selama 1 jam hasilnya adalah pada kondisi pak choi yang dikemas plastik polietilen
memiliki tingkat kerusakan yang lebih besar 21,8 dibandingkan dengan yang dikemas dengan karton dan tidak ditumpuk 9,6, hal ini disebabkan karena
karakteristik dari kemasan plastik polietilen yang fleksibel sehingga kurang bisa melindungi produk dari getaran dan tumpukan. Dari kajian tersebut dapat
disimpulkan bahwa jarak tempuh, penumpukan dan penggunaan kemasan sangat berpengaruh terhadap tingkat kerusakan pak choi selama transportasi darat. Lebih
lanjut menurut Dewi 2008 tingkat kerusakan mekanis yang dominan terjadi pada berbagai kombinasi perlakuan adalah memar bonyok bila dibandingkan dengan
retak dan busuk yang nilainya sangat kecil, kemudian dari segi kemasan terlihat bahwa kemasan karton memberikan tingkat kerusakan mekanis memar yang
paling kecil disusul keranjang plastik dan polietilen dengan rata-rata tingkat kerusakannya berturut-turut 11,3, 14,2 dan 17,0.
21
III. METODOLOGI