berbeda dengan pengelolaan secara kelompok. Kelembagaan akan menumbuhkan interaksi dan koordinasi antar anggota sehingga tujuan bersama akan cepat
tercapai Ngadiono 2004. Lingkup kelembagaan kehutanan masyarakat digambarkan secara sektoral.
Berhasil tidaknya pelaksanaan kegiatan hutan rakyat tidak hanya bergantung dari pihak-pihak yang berkecimpung dalam sektor kehutanan, tetapi juga tergantung
dari sektor-sektor lain seperti pertanian, perkebunan dan transmigrasi. Pelaksanaan kegiatan dikoordinir oleh suatu komisi yang disebut komisi social
forestry. Komisi social forestry beranggotakan pemerintah, swasta, perguruan tinggi, LSM dan masyarakat. Untuk selanjutnya hasil yang diharapkan adalah
terwujudnya sistem pemerintahan yang baik Ngadiono 2004.
2.3 Kelompok Tani Hutan
Kelompok tani hutan KTH merupakan sekumpulan orang yang mengelompokkan diri dalam usaha-usaha dalam bidang pengelolaan tanah hutan
negara yang tumbuh dan berkembang dari, oleh dan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan anggotanya untuk mencapai tujuan bersama Perum
Perhutani 1987 dalam Permana 1998. Sedangkan Suharjito 1994 menyatakan bahwa pembentukan kelompok tani merupakan awal dari sebuah upaya
mewujudkan partisipasi masyarakat sekitar hutan dalam pengelolaan hutan negara.
Mulyana 2001 dalam Puspita 2006 menyatakan bahwa kriteria petani sebagai KTH adalah kedekatan dengan hutan, hak-hak yang sudah ada,
ketergantungan, dan pengetahuan lokal. Keempat kriteria itu sangat erat kaitannya dengan sumber daya hutan dan mudah untuk dikenali. Selanjutnya dalam
tulisannya juga dikatakan proses pembentukan KTH adalah sebagai berikut: 1.
Pembentukan kelompok 2.
Penguatan kelembagaan 3.
Penyuluhan 4.
Insentif Menurut Suharjito 1994, pengertian pembinaan KTH adalah suatu proses
yang timbul dalam suatu hubungan antara pembina atau petugas Perum Perhutani
bersama dengan instansi terkait dengan kelompok tani KTH binaan dalam upaya menemukan dan memecahkan masalah atau mengembangkan kegiatan kelompok.
Tujuan pembinaan yang ingin dicapai tentunya tidak terlepas dari tujuan perhutanan sosial pada umumnya, yaitu memaksimalkan partisipasi masyarakat
sekitar hutan untuk bersama-sama membangun dan mengelola hutan secara penuh tanggung jawab dalam pembangunan hutan dan lingkungan sekitar.