Lahirnya Kelembagaan Aktivitas Pengelolaan Lahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Lahirnya Kelembagaan

Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya upaya kerjasama untuk mencapai tujuan dan memenuhi kepentingan bersama. Desa Buniwangi memiliki 3 tiga kelompok tani hutan yaitu Mandiri Wangi, Manggu Jaya, dan Jayanti Sejahtera. Kelompok tani Mandiri Wangi dan Manggu Jaya terbentuk oleh program pemerintah dan keinginan dari masyarakat sendiri pada tahun 2004. Sedangkan kelompok tani Jayanti Sejahtera terbentuk karena adanya program GERHAN tahun 2007, yang mengharuskan pembentukan kelompok tani untuk memudahkan pemantauan. Kelompok tani Mandiri Wangi dan Manggu Jaya lebih mengetahui tentang permasalahan yang dihadapi petani dikarenakan terbentuk lebih awal. Dapat dikatakan, masyarakat Desa Buniwangi memerlukan suatu lembaga untuk membantu permasalahan yang dihadapi petani.

5.2 Aktivitas Pengelolaan Lahan

Aktivitas pengelolaan lahan yang dilakukan oleh petani cukup beragam yaitu pembersihan lahan, penyiangan, pemupukan, dan penjarangan. Aktivitas petani yang paling sering dilakukan adalah penyiangan. Total responden yang melakukan kegiatan penyiangan sebesar 73,33 lampiran 2. Penyiangan dilakukan karena 2 dua hal, yang pertama penyiangan semak belukar dapat membantu pertumbuhan tanaman, kemudian yang kedua karena menghasilkan rumput yang dapat digunakan untuk pakan ternak mereka. Kegiatan pengelolaan kedua yang paling banyak dilakukan oleh petani adalah pemupukan. Total responden yang melakukan kegiatan pemupukan sebesar 60 data terlampir. Pemupukan dilakukan agar pertumbuhan tanaman lebih cepat, sehingga tanaman dapat tumbuh maksimal. Namun ada petani yang tidak melakukan pemupukan dikarenakan kurangnya modal. Pada dasarnya masalah dana dapat dicarikan solusi, misalnya dengan bergotong royong antar petani. Kegiatan pengelolaan lahan yang paling sedikit dilakukan oleh para petani adalah pembersihan lahan. Petani yang melakukan kegiatan pembersihan lahan sebelum penanaman sebesar 36,67. Petani yang tidak melakukan pembersihan lahan dikarenakan sibuk dengan pekerjaan lain, seperti berdagang. Seharusnya, pembersihan lahan dilakukan oleh setiap petani, untuk mengurangi daya saing penyerapan unsur hara dalam tanah. 5.2.1 Kendala dalam Pengelolaan Lahan Petani mengalami kendala dalam hal pengelolaan lahan, diantaranya terkait dengan kondisi lahan, pemeliharaan tanaman, ketersediaan air dan pupuk, serangan hama dan penyakit, kurangnya dana, sampai sulitnya akses menuju lokasi lahan milik. Petani Desa Buniwangi mengalami kendala utama yaitu kurangnya pupuk karena keterbatasan modal. Petani memerlukan koperasi simpan pinjam untuk membeli pupuk. Selain itu, petani dapat memanfaatkan kotoran ternak untuk dijadikan pupuk. 5.2.2 Upaya yang Dilakukan Petani meminjam kepada orang terdekat, dalam hal kurangnya pupuk dan modal. Sedangkan dalam penanganan penyakit, petani melakukan penjarangan. Penyakit yang sering terjadi yaitu jamur akar pada tanaman karet. Penyakit ini menular kepada pohon lain karena dapat menyebabkan tanaman lain mati. Namun ada sebagian petani yang tidak melakukan penjarangan dikarenakan sibuk dengan pekerjaan lain, seperti berdagang. Petani memerlukan obat untuk mengatasi penyakit jamur akar pada tanaman karet. Petani sudah melaporkan masalah penyakit ini kepada Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Pelabuhan Ratu. Namun, petani belum mendapatkan obat tersebut. Dinas Kehutanan dan Perkebunan seharusnya bertindak cepat untuk mengurangi angka kematian tanaman karet. 5.3 Aspek Struktural Kelembagaan 5.3.1 Struktur Kelembagaan