Biaya Persediaan Peramalan TINJAUAN PUSTAKA

Pengendalian persediaan yang dilakukan secara efektif akan membantu perusahaan dalam menangani permasalah yang ada. Pengendalian persediaan yang diadakan oleh perusahaan ini bertujuan: 1. Mengurangi risiko keterlambatan datangnya bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menunjang proses produksi perusahaan. 2. Mengurangi risiko penerimaan pemesanan bahan baku yang tidak sesuai dengan pesanan. 3. Menyimpan bahan atau barang yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan saat terjadi kelangkaan bahan baku di pasar. 4. Upaya penggunaan mesin yang optimal, karena terhindar dari terhentinya operasi produksi akibat tidak tersedianya persediaan bahan baku. 5. Memberikan pelayanan kepada konsumen secara lebih baik. Barang cukup tersedia di pasaran, agar ada setiap waktu diperlukan. Khusus barang yang dipesan make to order, barang dapat selesai tepat pada waktunya sesuai dengan yang dijanjikan delivery date. Pengendalian persediaan bahan baku yang efisien ini akan berimplikasi terhadap kelancaran operasi produksi yang efisien yang berakibat terhadap: 1. Biaya produksi per unit yang cukup rendah sehingga harga penjualannya pun rendah. Sehingga harga barang menjadi kompetitif di pasaran. 2. Apabila harga jual bersaing maka ada kemungkinan volume penjualan menjadi lebih besar dan keuntungan yang diraih akan semakin besar. Sehingga pengembalian modal cepat dan kemungkinan dilakukannya perluasan usaha ekspansi.

2.4 Biaya Persediaan

Persediaan yang disimpan oleh perusahaan tentu akan menghasilkan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Perusahaan mengeluarkan biaya sesuai dengan jumlah dan waktu yang digunakan dalam penyimpanan. Biaya persediaan menurut Winston dan Albright 1997 meliputi biaya penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya pembeliaan. 1. Biaya penyimpanan holding cost, dengan adanya biaya penyimpanan ini memotivasi perusahaan untuk menyimpan stock seminimum mungkin. Biaya penyimpanan ini terdiri dari biaya finansial dan non finansial .Biaya finansial contohnya seperti biaya asuransi, biaya pajak persediaan, biaya pencurian, biaya penanganan, dan sebagainya. Sedangkan biaya non finansial seperti biaya modal, biaya fasilitas penyimpanan warehouse space . Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rata-rata persediaan semakin tinggi. 2. Biaya pemesanan ordering cost, biaya ini termasuk kedalam biaya tetap perusahaan. Biaya pemesanan terdiri dari biaya pengiriman ke gudang, biaya pengepakan, biaya administasi, upah supir biaya set up peralatan dan lainnya. 3. Biaya pembelian purchasing, merupakan biaya yang dikeluarkan sebesar jumlah barang yang dipesan.

2.5 Kebijakan Pengendalian Persediaan

Menurut Machfud 1999 kebijakan pengendalian persediaan meliputi dua aspek, yaitu 1 pada saat kapan atau pada tingkat persediaan berapa harus dilakukan pemesanan dan 2 berapa banyak yang harus dipesan atau diadakan. Konsekuensi dari kedua aspek tersebut akan menentukan tingkat persediaan pada waktu tertentu dan rata-rata tingkat persediaan. Kebijakan pengendalian persediaan bahan baku meliputi lead time atau waktu tunggu, jarak antar waktu, safety stock SS,dan reorder point ROP. Kebijakan pengendalian persediaan ini dapat digunakan untuk independent demand atau barang yang tidak terikat.

2.5.1 Lead Time Waktu Tunggu dan Jarak Antar Waktu.

Menurut Winston 1997, waktu tunggu merupakan waktu dari memesan sampai barang tersebut sampai dan diterima di gudang. Sedangkan menurut Heizer dan Render 2006, waktu tunggu merupakan selisih waktu antara penempatan pesanan dan penerimaannya, waktu tunggu ini dapat terhadi hanya beberapa jam atau dapat juga mencapai beberapa bulan. Sedangkan Jarak antar waktu pesan adalah selisih waktu pemesanan yang satu dilakukan dengan pemesanan berikutnya Rangkuti 2004.

2.5.2 Safety Stock SS

Menurut Rangkuti 2004 persediaan pengaman atau safety stock adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan. Penetapan safety stock dapat dilakukan perusahaan berdasarkan jumlah permintaan yang mungkin terjadi selama waktu keterlambatan yang dapat ditoleransi perusahaan.

2.5.3 Reorder Point ROP

ROP merupakan tingkat persediaan dimana ketika persediaan telah mencapai tingkat tertentu, pemesanan harus dilakukan. ROP terjadi apabila jumlah persediaan terdapat di dalam stock berkurang terus. ROP ini menunjukkan banyaknya batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan. ROP ini dapat ditambahkan dengan safety stock dimana mengacu kepada kemungkinan terjadinya kekurangan stock selama masa tenggang Rangkuti 2004.

2.6 Model Pengendalian Persediaan

Semua model pengendalian persediaan memiliki karakteristik umum yaitu mencoba untuk menemukan keseimbangan yang sesuai antara ketersediaan yang cukup sesuai permintaan pelanggan dan agar biaya yang dikeluarkan tidak berlebih. Metode dalam manajemen persediaan terdiri dari dua bagian diantaranya adalah sistem persediaan permintaan bebas Independent demand inventory system dan sistem persediaan permintaan tak bebas dependent demand inventory system . Sistem persediaan permintaan bebas merupakan pendekatan pada model kuantitatif dan peramalan persediaan. Sistem persediaan tak bebas merupakan pendekatan dimana permintaan secara langsung ditentukan oleh perencanaan produksi. Model pengendalian persediaan menurut Winston dan Albright 1997 memiliki beberapa kategori yaitu Deterministic models dan Probabilistic models.

2.6.1 Deterministic Models

Deterministic merupakan model yang sederhana. Dalam model ini memasukkan semua input ke dalam masalah, terutama permintaan konsumen diketahui saat keputusan diambil. Untuk mengetahui permintaan konsumen maka dilakukan forecasting atau peramalan dengan menghitung rata-rata permintaan dan standar deviasinya. Untuk deterministic models ini yang digunakan hanya nilai rata-ratanya saja dan mengesampingkan informasi mengenai ketidakpastian seperti standar deviasi Winston dan Albright ,1997. Model-model deterministic digunakan dalam situasi persediaan dengan asumsi: 1. Pola tingkat penggunaan bahan baku adalah konstan. 2. Tingkat harga bahan baku per unit selama satu periode konstan dan bahan baku cukup banyak di pasaran. 3. Lead time konstan. 4. Biaya perpesanan dan biaya penyimpanan selama satu periode konstan.

2.6.2 Probabilistic Models

Dalam model ini dijelaskan adanya ketidakpastian dimana ada variabel- variabel yang tidak diketahui secara tidak pasti namun mengikuti distribusi kemungkinan Probabilty distribution. Menurut Winston dan Albright 1997. Pada model ini salah satu atau beberapa parameter ini merupakan nilai yang tidak pasti: 1. Permintaan tahunan 2. Permintaan harian 3. Lead Time 4. Biaya Penyimpanan 5. Biaya Pemesanan 6. Biaya kehabisan persediaan 7. Harga

2.7 Material Requirements Planning MRP

Menurut Render dan Heizer 2001, MRP adalah suatu sistem perencanaan dan penjadwalan kebutuhan material untuk produksi. Menurut Tampubolon dalam Rahman 2009 model untuk jenis-jenis barang permintaan terikat lebih sesuai menggunakan Sistem Rencana Kebutuhan Bahan MRP System. Sistem MRP dirancang dan dikembangkan sebagai sistem pengendalian bahan dan komponen yang memiliki sifat permintaan tak bebas dependent. Sistem pengendalian dengan menggunakan metode MRP memang lebih kompleks pengolahannya, namun mempunyai banyak kelebihan dibanding dengan sistem ukuran pesanan tetap untuk pengendalian barang-barang produksi. Menurut Heizer dan Render 1993, kelebihan MRP dalam menangani barang-barang diantaranya: 1. Meningkatkan pelayanan dan kepuasan pelanggan. Sistem MRP merencanakan produk yang akan dihasilkan dan kapan produk tersebut akan diproduksi sehingga produk akan tersedia sesuai dengan permintaan atau pesanan konsumen yang pada akhirnya akan meningkatkan kepercayaan dan kepuasan konsumen terhadap perusahaan. 2. Meningkatkan penggunaan fasilitas dan tenaga kerja. Untuk menghasilkan produk sesuai dengan permintaan konsumen, pada sistem MRP dibuat Master Production Schedule yang berisi jadwal produksi dan komponen- komponen yang diperlukan dalam proses produksinya, sehingga akan meningkatkan penggunaan fasilitas dan tenaga kerja agar proses produksi dapat sesuai dengan jadwal produksinya. 3. Perencanaan dan penjadwalan yang lebih baik. Dalam sistem MRP terdapat penjadwalan produksi yang memuat komponen yang diperlukan dalam proses produksi, sehingga dengan sistem ini bahan-bahan yang diperlukan akan tersedia pada saat proses produksi berjalan. 4. Respon lebih cepat terhadap permintaan pasar. Jadwal produksi pada sistem MRP masih memungkinkan adanya perubahan permintaan pasar, sehingga dengan sistem ini akan lebih cepat merespon permintaan pasar. 5. Mengurangi tingkat persediaan tanpa mengurangi pelayanan kepada pelanggan Proses MRP terdiri dari beberapa tahapan yaitu : 1. Tahapan exploding, merupakan kebutuhan kotor gross requirement bahan baku dengan bantuan jadwal produksi induk. 2. Tahapan netting, merupakan penentuan kebutuhan bersih net requirement dengan cara mengurangi kebutuhan kotor dengan persediaan awal beginning inventory dan pesanan terjadwal juga menambahkan persediaan pengamanan. 3. Tahapan lotting, merupakan penempatan pesanan bahan baku yang berasal dari tahapan netting berdasarkan lead time bahan baku. Sistem MRP merencanakan ukuran lot, sehingga barang-barang tersebut tersedia pada saat dibutuhkan. Ukuran lot adalah kuantitas yang akan dipesan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan dengan kuantitas yang dapat meminimalkan biaya persediaan, sehingga perusahaan akan memperoleh keuntungan. Teknik penentuan ukuran lot yang biasa digunakan dalam sistem MRP adalah teknik Lot for Lot LFL dan teknik Eqonomic Order Quantity EOQ Least Unit Cost LUC , Least Total Cost LTC.

2.7.1 Lot For Lot LFL

Pemesanan pada teknik LFL dilakukan sebesar kebutuhan kotor dikurangi dengan persediaan yang ada ditangan dan diharapkan pesanan datang saat barang tersebut tepat diperlukan. Teknik ini berusaha menghilangkan biaya penyimpanan persediaan, perusahaan memesan tepat sebesar yang dibutuhkan tanpa persediaan pengaman dan tanpa antisipasi atas pesanan lebih lanjut. Periode berikutnya setelah persediaan awal dihabiskan tidak terdapat persediaan yang ada di tangan, sehingga kebutuhan kotor adalah sama dengan kebutuhan bersih yang akan dipesan dengan harapan akan diterima tepat pada waktunya, Buffa dalam Elfrida 2006.

2.7.2 Economic Order Quantity EOQ

Salah satu model deterministic adalah Economic Order Quantity EOQ . Medel Economis Order Quantity EOQ merupakan salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling dikenal dan sederhana. Namun model ini dapat memberikan hasil yang optimum bagi pengendalian persediaan di perusahaan. Model ini dikembangakan atas fakta adanya biaya variabel dan biaya tetap dari proses produksi atau pemesanan barang. Model ini digunakan untuk menentukan jumah dan waktu yang tepat dengan mengefisiensikan biaya penyimpanan. Penggunaan metode ini harus memenuhi beberapa asumsi seperti: 1. Permintaan diketahui, tetap dan bebas 2. Waktu tunggu yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan diketahui dan konstant. 3. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dalam kata lain, persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada satu waktu. 4. Tidak adanya diskon kuantitas. 5. Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu. 6. Kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.

2.7.3 Least Unit Cost LUC

Least Unit Cost LUC ini merupakan teknik Lot sizing yang dinamik, dimana penentuan jumlah barang yang dipesan diperoleh dengan terlebih dulu menjumlahkan biaya pengadaan dan biaya penyimpanan untuk setiap percobaan jumlah lot. Kemudian membagi total biaya tersebut dengan jumlah unit ukuran lot sehingga didapat jumlah biaya per unit. Biaya per unit yang paling kecil yang dipilih untuk menentukan jumlah lot yang dipilih.

2.7.4 Least Total Cost LTC

Least Total Cost LTC merupakan teknik Lot Sizing yang dinamik, dimana jumlah barang yang dipesan diperoleh dengan terlebih dahulu membandingkan antara biaya penyimpanan dengan biaya pengadaan untuk berbagai macam Lot sizes yang dicoba. Hasil perbandingan tersebut kemudian dipilih lot yang memiliki selisih biaya terkecil diantara biaya penyimpan dengan biaya pengadaan.

2.8 Peramalan

Menurut Heizer dan Render 2006, peramalan merupakan seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Peramalan di klasifikasikan berdasarkan jangka waktu masa depan yang akan diramalkan. Jangka waktu peramalan di kategorikan kepada : 1. Peramalan jangka pendek, peramalan ini mencakup jangka waktu hingga satu tahun, namun umumnya kurang dari tiga bulan. Peramalan ini juga digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja dan tingkat produksi. 2. Peramalan jangka menengah, peramalan ini umumnya mencakup hitungan bulanan hingga tiga tahun. Peramalan ini berguna untuk merencanakan penjualan, perencanaan dan anggaran produksi, anggaran kas dan menganalisis berbagai rencana operasi. 3. Peramalan jangka panjang, peramalan ini umumnya untuk perencanaan masa tiga tahun atau lebih. Peramalan jangka panjang digunakan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan modal, lokasi atau pengembangan fasilitas serta penelitian dan pengembangan. Peramalan dalam manajemen permintaan berfungsi untuk mencapai efektifitas dan efisiensi dari manajemen produksi dan persediaan Gasper 2008. Peramalan berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi peramalan kualitatif dan kuantitatif. Peramalan kualitatif merupakan peramalan yang didasarkan atas kualitatif masa lalu yang sangat bergantung terhadap orang yang menyusunnya karena disusun berdasarkan pemikiran yang bersifat intiusi, atau pendapat. Sedangkan peramalan kuantitatif didasarkan pada data kuantitatif masa lalu. Peramalan kuantitatif dibedakan atas metode kausal dan time series. Metode time series merupakan metode yang menggunakan serangkaian data yang merupakan fungsi dari waktu. Dengan analisis deret waktu dapat menunjukkan permintaan terhadap suatu produk tertentu. Terdapat beberapa teknik yang biasa digunakan untuk peramalan pada metode time series diantaranya: Moving Average, Weight Moving Average, Single Exponential Smoothing , dan Linear Regression . Setiap peramalan pasti memiliki tingkat kesalahan. Semakin jauh periode di masa depan yang diramalkan maka akan semakin kurang akurat. Oleh karena itu perlu dihitung nilai kesalahan error dari setiap teknik yang ada. Nilai kesalahan peramalan dapat dilihat dengan menghtung nilai Mean Absolute Deviation MAD, Mean Square Error MSE, dan Tracking Signal TS. Semakin kecil nilai MAD dan MSE nya maka akan semakin mendekati dengan keadaan sebenarnya Hanke 1998.

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2011 sampai Mei 2011 di PT. Pindo Deli Pulp and Paper di bagian Paper machine 12. Lokasi Industri terletak di Jalan Irigasi BTB 6-9 Desa Kutamekar Karawang Jawa Barat.

3.2 Jenis dan Cara pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer merupakan data yang langsung dikumpulkan dari perusahaan. Data primer dapat diperoleh dengan cara pengamatan langsung, maupun wawancara kepada pihak yang bersangkutan. Data sekunder merupakan data diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan, literatur, bahan pustaka, data statistik, hasil penelitian terdahulu, internet maupun instansi-instansi terkait. Adapun jenis data, sumber data, dan cara pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini secara rinci disajikan pada tabel 1. Tabel 1 Jenis, Sumber, dan Cara Pengumpulan Data Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data Data primer 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan 1. Pengamatan langsung di lapangan 1. Pabrik 2. Jenis dan jumlah pembelian barang jadi 2.Pengamatan langsung di lapangan 2. Pabrik 3. Jumlah, frekuensi dan biaya pemesanan 3. Wawancara dan pengukuran langsung di lapangan 3. Pabrik 4. Jumlah persediaan barang dan biaya penyimpanan 4.Wawancara dan pengukuran langsung di lapangan 4. Gudang Data sekunder 1. Keadaan umum industri 1. Mencatat dari website perusahaan 1. Website perusahaan 2. Data lead time persediaan masa lalu 2. Mencatat dari laporan perusahaan 2. Laporan perusahaan 3. Jumlah produksi dan harga jual produk 3. Mencatat dari laporan perusahaan 3. Laporan perusahaan 4. Jumlah permintaan produk 4.Mencatat dari laporan perusahaan 4. Laporan perusahaan

Dokumen yang terkait

Manajemen Produksi Kertas di PT. Pindo Deli Pulp dan Paper Mills, Karawang, Jawa Barat (Aplikasi Model Goal Programming),

1 22 165

Proses Produksi dan Pengendalian Kualitas Kertas PPC 80 g/m di PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills, Karawang - Jawa Barat

4 14 71

Pemanfaatan Limbah Padat (Sludge) Pabrik Kertas Sebagai Kompos untuk Menunjang Program Pengembangan Masyarakat di Sekitar Pabrik (Studi Kasus di PT. Pindo Deli II Pulp and Paper, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat)

0 14 107

Analisis tingkat kepuasan kerja terhadap produktivitas kerja (Studi kasus di bagian produksi PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills 1, Karawang)

2 28 174

Optimasi Produk Kertas: Studi Kasus di PT. Pindo Deli Pulp and Paper Unit Paper Machine 12, Karawang Jawa Barat

7 34 96

Paper Production Cost Analysis Brief Card and Woodfree (Case Study at PT. Pindo Deli Pulp and Paper Karawang, West Java)

0 4 92

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Industri Kertas Tissue : Studi Kasus di PT. Pindo Deli Pulp and Paper Unit Paper Machine 11 Karawang

9 38 58

Pengaruh Penempatan Kerja terhadap Kinerja Karyawan Bagian Staf Human Resources Development (HRD) pada PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang.

0 1 20

Peranan Satuan Pengawas Internal dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Persediaan Kertas di PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills.

1 0 20

ANALISIS DAN USULAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KERTAS CARBON LESS MELALUI SISTEM MRP (MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING) PADA PT. PINDO DELI PULP AND PAPER MILLS - Binus e-Thesis

0 1 16