Lot For Lot LFL Economic Order Quantity EOQ Least Unit Cost LUC
2. Meningkatkan penggunaan fasilitas dan tenaga kerja. Untuk menghasilkan
produk sesuai dengan permintaan konsumen, pada sistem MRP dibuat Master Production Schedule
yang berisi jadwal produksi dan komponen- komponen yang diperlukan dalam proses produksinya, sehingga akan
meningkatkan penggunaan fasilitas dan tenaga kerja agar proses produksi dapat sesuai dengan jadwal produksinya.
3. Perencanaan dan penjadwalan yang lebih baik. Dalam sistem MRP
terdapat penjadwalan produksi yang memuat komponen yang diperlukan dalam proses produksi, sehingga dengan sistem ini bahan-bahan yang
diperlukan akan tersedia pada saat proses produksi berjalan.
4. Respon lebih cepat terhadap permintaan pasar. Jadwal produksi pada
sistem MRP masih memungkinkan adanya perubahan permintaan pasar, sehingga dengan sistem ini akan lebih cepat merespon permintaan pasar.
5. Mengurangi tingkat persediaan tanpa mengurangi pelayanan kepada
pelanggan Proses MRP terdiri dari beberapa tahapan yaitu :
1. Tahapan exploding, merupakan kebutuhan kotor gross requirement
bahan baku dengan bantuan jadwal produksi induk. 2.
Tahapan netting, merupakan penentuan kebutuhan bersih net requirement
dengan cara mengurangi kebutuhan kotor dengan persediaan awal beginning inventory dan pesanan terjadwal juga menambahkan
persediaan pengamanan. 3.
Tahapan lotting, merupakan penempatan pesanan bahan baku yang berasal dari tahapan netting berdasarkan lead time bahan baku.
Sistem MRP merencanakan ukuran lot, sehingga barang-barang tersebut tersedia pada saat dibutuhkan. Ukuran lot adalah kuantitas yang akan dipesan
untuk memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan dengan kuantitas yang dapat meminimalkan biaya persediaan, sehingga perusahaan akan memperoleh
keuntungan. Teknik penentuan ukuran lot yang biasa digunakan dalam sistem MRP adalah teknik Lot for Lot LFL dan teknik Eqonomic Order Quantity
EOQ Least Unit Cost LUC , Least Total Cost LTC.