Penggunaan metode MRP akan dapat menghemat biaya persediaan. Biaya persediaan minimum dihasilkan dengan menggunakan metode MRP teknik LFL.
Penggunaan teknik ini dapat menghemat biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan hingga US1,45 juta per tahun dengan penghematan sebesar 5,35.
Penelitian terdahulu mengenai pengendalian persediaan bahan baku untuk polyester
oleh Resmi 2011 menunjukkan biaya persediaan minimum untuk bahan baku MEG menggunakan metode MRP teknik LFL Biaya persediaan yang
dapat dihemat sebesar 3,62. Menurut Heizer dan Render 2010, ketika pesanan bersifat ekonomis dan teknik persediaan just in time diterapkan, maka teknik lot
for lot sangat efisien diterapkan.
Metode pengendalian persediaan bahan baku yang digunakan oleh perusahaan menghasilkan biaya persediaan yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh
jumlah barang yang dipesan terlampau besar, sehingga biaya pembelian dan penyimpanannya menjadi besar. Teknik LFL menghasilkan biaya persediaan
minimum karena teknik ini memesan barang sesuai dengan kebutuhan bersih sehingga biaya pembelian dan penyimpanannya kecil. Lebih lanjut bahan baku
yang busuk, expired, dan keterlambatan bahan baku dapat diminimalisir. Penerapan metode MRP, memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk
mengalokasikan biaya berlebih ke bidang dan keperluan yang lain. Sebagai contoh, biaya dapat dialokasikan kebagian lingkungan sebagai bentuk kepedulian
dan pelestarian lingkungan atau corporate social responsibility CSR. Selain itu, biaya dapat juga dialokasikan untuk perbaikan dan perawatan mesin serta
kesejahteraan pegawai.
5.2 Perencanaan Sistem Pengendalian Bahan Baku Tahun 2012
Perencanaan kebutuhan bahan baku tahun 2012 ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan. Perencanaan pengendalian bahan baku
dimulai dengan memperkirakan terlebih dahulu jumlah produksi kertas pada tahun 2012. Hal ini dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik time series yang
tersedia. Peramalan ini menggunakan data bulanan dari Januari 2010 sampai Maret 2012. Teknik-teknik yang digunakan adalah Moving Average, Weight
Moving Average , dan Single Exponential Smoothing dengan beberapa kombinasi
dan interval waktu. Pengujian nilai kesalahan peramalan kemudian dilakukan untuk membandingkan ketepatan dari beberapa teknik peramalan. Nilai kesalahan
dihitung menggunakan parameter MAD, MSE, dan TS. Nilai kesalahan yang semakin kecil menunjukkan peramalan yang semakin baik karena mendekati nilai
yang sesungguhnya. Perkiraan produksi kertas menggunakan teknik yang memiliki nilai kesalahan paling kecil kemudian digunakan untuk memperkirakan
kebutuhan bahan baku. Nilai kesalahan berbagai teknik peramalan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Nilai Kesalahan Peramalan
Teknik Peramalan MAD
MSE TS
2MA 553,66
530.109,01 0,41
2WMA 584,41
571.773,43 0,69
3MA 588,58
536.341,72 1,50
3WMA 584,38
543.322,69 1,01
6MA 608,38
614.449,42 3,02
6WMA 658,87
662.425,63 0,89
exsmooth α=0.385 596,08
595.865,99 6,28
Sumber: data olahan
Tabel 5 menunjukkan teknik Two Month-Moving Average memiliki nilai kesalahan peramalan yang paling kecil untuk setiap parameter. Teknik ini
menghasilkan MAD sebesar 553,66, MSE pada teknik ini sebesar 530.109,01, dan TS sebesar 0,49. Namun teknik ini tidak dapat digunakan untuk meramalkan
produksi kertas sampai periode Desember 2012. Teknik 2MA ini hanya dapat meramalkan hingga satu bulan kedepannya. Oleh karena itu, untuk meramalkan
produksi kertas tahun 2012 digunakan teknik regresi linier. Kemudian digunakan teknik regresi terbaik memperhitungkan variasi bulanan. Teknik ini menghitung
jumlah konstan ditambahkan pada perkiraan time series sesuai dengan tren peningkatan yang diharapkan Hanke 1992. Hasil perhitungan kesalahan
peramalan menunjukkan simpangan baku sebesar 588,5. Hasil perhitungan peramalan dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 4. Teknik peramalan
menggunakan liniear regression with seasonal data ini kemudian digunakan untuk meramalkan perkiraan produksi kertas pada bulan April 2012 hingga
Desember 2012.
Berdasarkan hasil perhitungan produksi kertas, setiap bahan baku berfluktuasi pada tahun 2012. Peningkatan permintaan kertas biasanya meningkat
menjelang hari besar atau hari raya dan beberapa bulan sebelum akhir tahun. Besarnya produksi kertas yang fluktuatif ini harus didukung dengan pengendalian
persediaan yang baik. PT Pindo Deli sendiri memiliki sistem pemesanan make to order
, dimana besarnya produksi kertas bergantung kepada permintaan konsumen. Permintaan yang tidak terduga dapat diantisipasi dengan safety stock, sehingga
walaupun terjadi permintaan tak terduga perusahaan masih memiliki stock bahan baku untuk berproduksi.
Hasil peramalan kertas kemudian dijadikan acuan untuk menghitung kebutuhan bahan baku. Perhitungan kebutuhan bahan baku disesuaikan dengan
SOP Standar Operation Production dalam pembuatan kertas di perusahaan. Perhitungan kebutuhan bahan baku dihitung dengan mengalikan perkiraan
produksi kertas dengan nilai rata-rata kebutuhan bahan baku sesuai SOP. Nilai rata-rata digunakan karena pada penelitian ini tidak memperhitungkan perbedaan
jenis kertas. Hasil peramalan produksi kertas dan kebutuhan bahan baku dapat dilihat pada Tabel 6. Contoh perhitungan kebutuhan bahan baku secara rinci
disajikan pada Lampiran 5. Kebutuhan bahan baku yang telah diketahui kemudian dikendalikan dengan
menggunakan teknik lot sizing seperti LFL, EOQ, LTC, LUC. Hasil lot sizing dihitung biaya persediaannya. Biaya persediaan masing-masing metode digunakan
untuk membandingkan teknik yang paling efisien dan menghasilkan biaya persediaan yang minimum. Biaya persediaan hasil lot sizing dapat dilihat pada
Tabel 7. Penggunaan metode MRP akan dapat menghemat biaya persediaan. Biaya
persediaan minimum dihasilkan dengan menggunakan metode MRP teknik LTC. Penggunaan teknik ini dapat menghemat biaya persediaan yang dikeluarkan
perusahaan hingga US1,86 juta pertahun dimana perusahaan melakukan penghematan sebesar 7,79. Penelitian terdahulu mengenai pengendalian
persediaan bahan baku pada produk sepatu oleh Taryana 2008 menunjukkan biaya persediaan minimum untuk bahan baku Pig Skin menggunakan metode
MRP teknik LTC. Biaya persediaan yang dapat dihemat sebesar 5,98.
Tabel 6 Perkiraan Produksi Kertas dan Pemakaian Bahan Baku Tahun 2012
Item Tahun 2012
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
PPR
6
5.560,27 4.804,71
5.969,39 5.533.72
5.397.69 5.144.23
5.547.41 4.772.37
4.840.67 5.211.98
4.453.91 4.981.65
PPM
7
LBKP 2.866,47
2.796,01 2.664,71
2.873,56 2.472,09
2.507,47 2.699,81
2.307,13 2.580,50
2.866,47 2.796,01
2.664,71 NBKP
116,19 113,33
108,01 116,47
100,20 101,63
109,43 93,51
104,59 116,19
113,33 108,01
AKD 56,00
54,62 52,06
56,14 48,30
48,99 52,75
45,07 50,41
56,00 54,62
52,06 SS
8
10,02 9,77
9,31 10,04
8,64 8,76
9,43 8,06
9,02 10,02
9,77 9,31
CS
9
54,23 52,90
50,41 54,36
46,77 47,44
51,08 43,65
48,82 54,23
52,90 50,41
RA
10
8,54 8,33
7,94 8,57
7,37 7,47
8,05 6,88
7,69 8,54
8,33 7,94
Keterangan : Satuan dalam Ton
6
Perkiraan Produksi Kertas
7
Perkiraan Pemakaian
8
Surface Size
9
Cationic Starch
10
Retention Aid Sumber: data olahan menggunakan data historis perusahaan.
Tabel 7 Perkiraan Biaya Persediaan Bahan Baku Tahun 2012
Teknik Bahan Baku
Biaya Total Selisih
AKD Surface Size
Cationic Starch Retention Aid
LBKP NBKP
Perusahaan 343,34 76,67
490,95 58,45
21.646,45 1.171,08
23.786,93 - LFL
342,43 73,05 466,92
56,93 20.212,22
1.089,57 22.241,12
1.545,81 EOQ
359,38 77,85 478,77
46,77 21.699,30
1.090,74 23.752,81
34,12 LUC
342,43 73,01 420,42
56,87 20.212,14
1.089,32 22.194,19
1.592,74 LTC
342,44 63,18 459,60
56,89 19.920,39
1.089,85 21.932,35
1.854,58 Keterangan: satuan dalam US1000
Sumber: data olahan.
Setelah melakukan perencanaan kebutuhan bahan baku dan membandingkan setiap metode dapat dilihat bahwa teknik LFL menunjukkan biaya persediaan
minimum pada tahun 2011, sedangkan teknik LTC menunjukkan biaya persediaan paling minimum pada tahun 2012. Namun jika dilihat dari kuantitas pembelian
masing-masing teknik MRP relatif tidak jauh berbeda. Total biaya persediaan keempat teknik MRP lebih rendah dibandingkan total biaya persediaan dengan
menggunakan teknik perusahaan. Tingginya biaya persediaan yang dilakukan perusahaan akibat besarnya pembelian yang dilakukan perusahaan. Hal ini yang
mengakibatkan biaya pembelian dan penyimpanan semakin tinggi. Keempat teknik MRP dapat menghasilkan biaya persediaan yang minimum
karena teknik ini menghitung tingkat persediaan seminimum mungkin namun tidak mengurangi ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan. MRP cocok
digunakan untuk permintaan terikat seperti contoh pada kasus ini adalah bahan baku. MRP juga menentukan secara tepat kelayakan sebuah jadwal dengan
hambatan-hambatan yang ada Heizer dan Render 2010. Teknik LFL merupakan teknik yang paling sederhana dan menghasilkan
biaya yang minimum. Teknik LFL pada tahun 2011 dapat menghemat biaya persediaan dari metode perusahaan sebesar 5,35 dan pada tahun 2012 sebesar
6,49. Teknik LFL merupakan teknik yang konsisten dengan ukuran lot kecil, pesanan berkala, persediaan tepat waktu yang rendah dan sifat permintaan terikat
yang diketahui sebelumnya. Teknik LFL memiliki keunggulan dalam hal persediaan yang disimpan. Karena sedikitnya bahan baku yang disimpan bahkan
mungkin tidak pernah ada persediaan akibat selalu memesan tepat sebesar kebutuhan, maka biaya penyimpanannya pun akan dapat ditekan seminim
mungkin. Teknik LFL walaupun menghasilkan biaya persediaan yang kecil
namun lebih cocok untuk diterapkan pada bahan baku yang harga belinya mahal
dan merupakan bahan yang mudah didapatkan. Hal ini dikarenakan teknik LFL menekankan sekecil mungkin persediaan. Sehingga pemesanan yang dilakukan
hanya sebesar kebutuhan bersih perusahaan. Selain itu kelemahan dari metode ini adalah frekuensi pemesanan berkala yang akan mengakibatkan biaya pemesanan
lebih tinggi. Teknik ini tidak dapat digunakan, karena perusahaan menghendaki adanya persediaan lebih untuk mengantisipasi kekurangan bahan baku akibat tidak
dapat memenuhi kualitas yang diinginkan dan mengantisipasi adanya lonjakan permintaan kertas yang tak terduga.
Teknik EOQ juga menunjukkan biaya persediaan yang minim dibandingkan dengan metode perusahaan. Walaupun penghematan biaya persediaan tidak terlalu
besar, hanya sekitar 3,27 pada tahun 2011 dan 0,14 pada tahun 2012. Namun demikian teknik ini juga dapat digunakan. Kelebihan dari metode ini adalah
mempermudah manajemen dalam menentukan jumlah pemesanan yang optimal untuk setiap kali pemesanan. Namun kekurangannya cenderung menghasilkan sisa
persediaan yang mengakibatkan biaya penyimpanan meningkat. Seperti dua teknik sebelumnya, teknik LUC juga menunjukkan nilai
penghematan untuk biaya persediaan bahan baku. Pada tahun 2011 penghematan sebesar 5,31 dan pada tahun 2012 sebesar 6,69. Pada teknik LUC kuantitas
pemesanan yang dilakukan berubah-ubah. Teknik LUC ini dapat digunakan untuk jarak permintaan yang akan datang dalam MRP dengan melengkapi kuantitas
yang ada dan meminimasi biaya pemesanan. Teknik LTC memiliki keunggulan dan kekurangan yang sama dengan
teknik LUC. Perbedaannya terletak pada kuantitas yang dipesan saja. Pada periode tahun 2011 teknik LTC menghemat sebesar 5,35 dibandingkan dengan
perusahaan dan 7,79 pada tahun 2012. Teknik LTC memiliki biaya persediaan yang tidak jauh dari teknik LFL. Teknik ini dapat direkomendasikan bagi
perusahaan, karena menghasilkan biaya persediaan yang rendah namun masih memperhitungkan adanya persediaan di gudang untuk mengantisipasi kekurangan
bahan baku .Penerapan metode MRP dapat dijadikan alternatif bagi perusahaan. Hal ini
dikarenakan metode MRP dapat menghasilkan biaya persediaan yang minimum. Metode MRP didasarkan atas kekauratan persediaan yang dimiliki sehingga
keputusan untuk membuat dan memesan barang pada suatu saat dapat dilakukan secara efisien. Oleh karena itu dibutuhkan kecermatan dalam pengamatan
persediaan komponen dan material pada pengendalian persediaan. Kecermatan dapat dilakukan dengan pertama, melakukan perbaikan dalam
pencatatan persediaan. Pengecekan barang yang datang, yang tersedia di gudang dan yang dipakai dilakukan secara berkala sehingga meminimalisir kesalahan
pencatatan persediaan. Hal ini dapat meminimalisir kesalahan perhitungan sehingga menimbulkan jumlah pemesanan yang besar dan bahan yang tersimpan
terlalu lama. Langkah yang kedua dapat dilakukan dengan pemberian pelatihan akan
peramalan dan pengendalian persediaan menggunakan metode MRP bagi karyawan. Pelatihan metode ini tidak hanya untuk pegawai yang bertugas
dibagian pencatatan namun pihak marketing, PPIC, RMD dan produksi yang menghitung kebutuhan bahan baku.
Langkah berikutnya adalah perlu adanya perbaikan kerja sama dengan pemasok bahan baku. Hal ini mengantisipasi keterlambatan bahan baku yang
terjadi. Kerja sama juga dapat dijalin dengan mencari supplier lain sebagai subtitusi apabila terjadi hal-hal yang tidak terduga. Sehingga perusahaan masih
dapat mendapatkan bahan baku dengan membeli kepada supplier lain. Penerapan metode MRP memang rumit karena memerlukan ketelitian yang
tinggi. Untuk mengadakan pelatihan akan metode ini, perusahaan pun harus mengeluarkan sedikit biaya tambahan. Namun hal ini akan terbayar dengan
penghematan biaya yang dihasilkan. Penghematan biaya ini kelak dapat dialokasikan terhadap sektor lain. Sehingga keuntungan perusahaan pun
meningkat seiring meningkatnya daya saing perusahaan. Peningkatan daya saing ini tercapai dengan biaya produksi, dalam hal ini penyediaan bahan baku, yang
kecil namun menghasilkan keuntungan yang besar. Selain itu kebutuhan konsumen sesuai waktu dan jumlah yang diinginkan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN