I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini semakin banyak orang yang menggemari makanan cepat saji sebagai pengganti nasi. Salah satu di antaranya adalah mi instan Warta
Ekonomi ,
2006. Tiap kali berbelanja ibu-ibu tak lupa menyisipkan mi instan dalam daftar kebutuhannya, anak-anak kos seringkali menyimpan beberapa
bungkus mi instan untuk mencegah kelaparan di malam hari, para pecinta olahraga gunung pun turut memasukkan mi instan sebagai logistik wajib Tutut
, 2005.
Angka konsumsi mi instan per kapita di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 konsumsi mi instan per kapita per tahun
mencapai 3,7 kilogram ekuivalen dengan 53,1 bungkus per kapita per tahun, pada tahun 2005 konsumsinya menjadi 5 kilogram Anonim, 2006.
Mi instan merupakan makanan populer di kalangan masyarakat karena harganya yang relatif murah, cara penyajiannya cepat dan mudah, serta rasanya
yang lezat. Dengan peralatan yang sederhana seperti kompor, panci dan tanpa penambahan bumbu atau bahan lain dari luar, mi instan dapat segera
dihidangkan dalam waktu kurang dari 5 menit.
Apabila ditinjau dari segi nilai gizinya, mi kaya akan karbohidrat dengan kandungan protein yang relatif rendah. Apabila sebungkus mi beratnya 75 g,
maka sumbangan gizinya dalam semangkuk mi siap santap sekitar 8 g protein, 45 g karbohidarat, 15 g lemak, dan sejumlah mineral serta vitamin. Total energi
yang diperoleh sekitar 350 kkal Astawan
, 1999. Jika dilihat dari komposisi
gizinya, mi memang tinggi kalori, namun miskin zat-zat gizi penting lainnya seperti vitamin, mineral dan serat pangan.
Pola penyakit penyebab mortalitas dan morbiditas di kalangan masyarakat mengalami perubahan dari penyakit infeksi menjadi penyakit degeneratif dan
metabolik. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT menunjukkan kencenderungan kenaikan kematian yang disebabkan oleh penyakit
karidovaskuler dari 16,5 SKRT 1992 menjadi 18.9 SKRT 1995 Anonim
, 2006.
Kecenderungan ini tidak hanya terjadi akibat usia lanjut, tetapi juga menyerang orang-orang berusia lebih muda. Salah satu faktor penyebabnya
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
adalah gaya hidup, mulai dari pola makan yang tidak sehat hingga kurangnya aktivitas olah raga. Pola makan tidak sehat antara lain berupa diet tinggi lemak
dan karbohidrat, makanan dengan kandungan garam natrium yang tinggi serta rendahnya konsumsi makanan yang mengandung serat pangan. Pola hidup
perkotaan yang sebagian masyarakatnya sangat mobil dan sibuk, cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji yang rendah serat pangan dan banyak
mengandung garam Anonim
, 2006.
B. Tujuan