Konsep Retorika Menurut KH. Abdul Rahman al-Madinah

A. Konsep Retorika Menurut KH. Abdul Rahman al-Madinah

Berdakwah pada dasarnya merupakan aktifitas lisan baik yang disampaikan secara formal melalui berbagai forum resmi ataupun sekedar berbicara dengan orang-perorang dengan mengajak mereka ke jalan Allah SWT. Ceramah atau khutbah merupakan salah satu bentuk kegitan dakwah yang sangat sering dilakukan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Agar dakwah itu berlangsung dengan baik, memikat dan menyentuh akal, dan hati para jamaah, maka pemahaman tentang retorika menjadi perkara yang sangat penting.

Dalam berdakwah seorang da’i dituntun agar memahami betul apa yang dimau oleh mad’u agar dakwah yang disampaikan benar-benar sampai kepada masyarakat sehingga dapat merubah jalan pikiran orang lain ke dalam perbuatan yang lebih baik yang sesuai dengan ajaran islam. Retorika menjadi hal yang paling pokok untuk mengaktualisasikan tujuan dakwah tersebut, seni berbicara yang baik akan memudahkan jamaah untuk menerima dan memahami materi yang disampaikan. Seni berbicara merupakan rasa atau warna yang melengkapi setiap kata yang terlontar dalam bekomunikasi, sehingga setiap kata yang keluar dari lisan menjadi indah dan enak didengar serta mampu menghipnotis jamaah.

Sedangkan retorika dakwah menurut KH.Abdul Rahman al-Madinah. Gaya atau ciri khas seorang da’i dalam berdakwah. Berdakwah itu perlu cara dan perlu gaya supaya tidak menjenuhkan dan tidak membosankan ma’du atau orang yang kita ajak dakwah, sebab jika dakwah itu monoton maka orang akan jenuh. Di

situlah diperlukan retorika dakwah dan retorika dakwah sangat penting untung menunjang keberhasilan dalam berdakwah tanpa menguasai retorika dakwah maka dakwah kita kurang memuaskan. Karena dakwah Perlu trik sendiri jika

dakwah kita monoton orang akan ngantuk bahkan jenuh dan lain sebagainya. 1 Dalam retorika dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah, beliau

menggunakan intonasi yang bervariasi, dan berbicara sesuai dengan kondisi jamaah serta mampu menyampaikan dakwahnya sesuai dengan klasifikasi usia audience . Ketika mad’u yang dihadapi kecil dalam hal ini tingkat sigor, maka intonasi suara lebih sering lantang namun lembut, hal ini juga dapat ditemui dalam proses retorika, yaitu usaha untuk melibatkan emosi dan rasio dari pihak

mad’unya mereka merasa terlibat dengan masalah dan persoalan yang disajikan 2 . Ketika berdakwah di hadapan ribuan jamaah, beliau menampilkan seluruh

gayanya tanpa harus meniru gaya orang lain, kadang beliau menggunakan bahasa tubuh (gesture) seperti menggerakan tangan ke atas dan ke bawah, mimik wajah yang dibuat secara spontan, dan kontak mata beliau yang tidak pernah lengah kehadapan jamaah, sehingga dakwahnya dapat menarik perhatian jamaah

Hal tersebut sesuai dengan tiga prinsip pidato atau yang biasa disebut trisila pidato, yaitu

1. Pelihara kontak visual dan kontak mental dengan khalayak (kontak)

1 Wawancara Pribadi Dengan KH. Abdul RAhman al-Madinah, (Pimpinan Pondok Pesantren al-Hidayah), Pada Tanggal 5 Agustus di Kediaman Beliau.

2 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pertama,1997), Cet Ke.XVIII, hal.45

2. Gunakan lambang-lambang audiktif atau usahakan agar suara anda memberikan makna yang lebih baik kaya pada bahasa anda (olah vokal)

3. Berbicaralah dengan seluruh kepribadian anda: dengan wajah, tangan dan tubuh anda (olah visual) 3

Dakwah yang disampaikan panjang lebar dan memakan waktu yang cukup panjang, jika seorang da’i tidak menguasai retorika dan tidak mengemas materi dengan baik maka jamah akan merasa bosan dan jenuh, namun jika seorang da’i ahli dalam retorika, maka dakwah yang disampaikan selama berjam-jam pun akan berlalu begitu saja, tanpa kehilangan perhatian terhadap da’i tersebut. Begitu hebatnya retorika sehingga orang tetap tertarik dan mau mendengarkannnya.

Dalam ilmu retorika seorang orator disaat berbicara harus melakukan persiapan-persiapan, seperti, penguasaan materi, pemilihan topik dan penyampaian pesan dengan gaya bahasa yang baik karena itu semua menjadi syarat dalam mencapai keberhasilan dakwah, karena persiapan adalah setengah dari kesuksesan. Apabila ada sedikit kejelekan, maka hal itu akan mempengaruhi seorang da’i.

Retorika merupakan seni atau gaya dalam penyampaian materi, berarti materi yang disampaikan dikemas dengan cara yang menarik, sebagaimana tujuan dari retorika dalam berdakwah adalah mengutarakan pesan dakwah lewat bahasa lisan dengan menganjurkan jamaah mengikuti ajaran Islam, agar jamaah lebih paham dan tertarik untuk mengikuti apa yang disampaikan.

3 A.H. Hasanuddin, Rhetorika Dakwah Dan Publisistik Dalam Kepemimpinan, (Surabaya: PT. Usaha Nasional, 1982), hal.5

Seorang da’i memulai pidato dengan cara mengajak jamaah ke dalam suasana santai dan ceria terlebih dahulu atas materi yang akan disampaikan agar dapat menarik dan perhatian jamaah, jika da’i menyampaikannya diawali dengan bahasa yang lembut maka jamaah dapat menerimanya dengan mudah, namun jika dimulainya dengan dakwah yang kasar maka jamaahpun akan enggan menerimanya.

Seorang da’i haruslah pandai untuk mengenal dan mengetahui jamaahnya dengan baik, juga dapat melihat situasi dan kondisi mad’u yang di hadapinya, sebab tanpa melihat itu maka dakwah kita tidak mengenai sasaran, karena dari sinilah seorang da’i dapat menentukan tema apa yang perlu dibahas yang sesuai

dengan keadaan jamaah. Agar dakwah yang disampaikan tepat pada sasarannnya. 4 Salah satu petunjuk al-Quran bagi mereka yang menjalankan dakwah adalah

hendaknya para da’i melakukan dakwah itu sesuai dengan kadar kemampuan orang yang didakwahi dan dengan bahasa kaumnya dan bukan dengan bahasa

yang tidak dipahami oleh para pendengarnya 5 . Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Ibrahim ayat empat:

“Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Ibrahim: 4)

4 Wawancara Pribadi Dengan KH. Abdul Rahman al-Madinah. 5 Musthafa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qardhawi Harmoni Antara Kelembutan

Dan Ketegasan , (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001), Cet. Ke-1, hal. 21.

Sebagai seorang Da’i atau Mubaligh selayaknya terlebih dahulu mempunyai trik atau gaya dalam berdakwah agar dakwahnya dapat diterima oleh masyarakat dan mengena pada sasaran. Maka metode yang beliau gunakan terlebih dahulu adalah mengetahui dan mengenal orang yang diajak dakwah. Kita harus mengenal mad’u terlebih dahulu, sebab masyarakat berbeda-beda tingkat ke ilmuwannya, kita lihat mereka dari golongan apa. Atas, menengah, atau awam

maka sangat penting bagi da’i mengenal medan yang akan didakwahinya. 6 Misalnya pada saat kita bertemu dengan petani maka bahasa yang kita

gunakanpun bahasa petani. Pada saat bertemu orang yang kita anggap intelektual maka bahsaa yang kita gunakanpun bahasa yang intelektual. Salah satu di antara Hadist Nabi berbunyi “Berbicaralah Kalian Menurut Kadar Kemampuan Mereka”. Maka bagi para da’i jangan sampai salah pakai dalam penggunaan bahasa kepada khalayak karena itu dapat mengurangi keberhasilan dalam berdakwah.

Menurut Muhammad Abduh dalam buku manajemen dakwah karangan M. Munir dan Wahyu Ilahi mad’u menjadi tiga golongan 7 , yaitu:

a) Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berpikir secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan

b) Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian- pengertian yang tinggi

6 Wawancara Pribadi Dengan KH. Abdul Rahman al-Madinah. 7 Muhammad Munir Dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 23-24

c) Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja, dan tidak mampu membahas secara mendalam.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan, ternyata sebelum beliau berdakwah langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengenal mad’u atau medan yang akan kita dakwahi, agar pesan dakwah mudah diterima dan bisa menjangkau pola pemikiran audience. Beliau bisa beradaptasi dengan jamaah. Jika berceramah dengan para pejabat maka gaya bahasa yang beliau gunakanpun bahasa intelek dam ilmiah dan jika bicara di hadapan jamaah yang biasa saja, maka bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti.

Dokumen yang terkait

TEACHING TECHNIQUE USED BY THE TEACHER IN TEACHING ENGLISH AT AL KAUTSAR KINDERGARTEN PASURUAN

0 30 14

i PESAN DAKWAH ISLAM DALAM SINETRON KOMEDI (Analisis Isi Pada Sinetron Preman Pensiun 2 Karya Aris Nugraha di RCTI Episode 1-20)

5 43 55

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

HUBUNGAN ANTARA BERMAIN EDUKATIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR SISWA DI PLAY GROUP AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH KABUPATEN JEMBER TAHUN PELAJARAN 2010-2011

0 23 16

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI MAKANAN DENGAN PERUBAHAN KADAR HEMOGLOBIN PADA ANAK SEKOLAH DASAR (SD) (Studi di SDN Jember Kidul 3, SDN Kepatihan 2, SD Shinta dan Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif (MIMA) KH. Shiddiq Kelurahan Jember Kidul Kabupaten Jember)

0 24 23

JAR AK AT AP P UL P A T E RHAD AP T E P I I N S I S AL GI GI I NSI S I VU S S E NT RA L P E RM AN E N RA HAN G AT AS P AD A S UB RA S DE UT ROM E L AY U ( T in j au an L ab or at o r is d an Radi ol ogis )

0 35 16

Peran KH. Muhammad Khollil dalam mengembangkan Islam di Bangkalan Madura

5 67 88

Pembaruan pendidikan islam KH. A. Wahid Hasyim ( Menteri Agama RI 1949-1952)

8 109 117

Analisis Kelayakan Pembiayaan Murabahah dan Penanganan Risiko Kredit Macet Pada Kendaraan Bermotor (BPRS AL Salaam Cabang Cinere)

0 32 0

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V C SD AL KAUTSAR BANDAR LAMPUNG

2 43 45