Penerapan Retorika KH. Abdul Rahman al-Madinah Dalam Berdakwah
C. Penerapan Retorika KH. Abdul Rahman al-Madinah Dalam Berdakwah
KH. Abdul Rahman al-Madinah termasuk salah satu kyai yang konsisten dalam berdakwah. Kepentingan umat lebih beliau prioritaskan dari pada kepentinagn pribadi. Beliau tidak kenal lelah dalam berdakwah demi syiarnya agama Allah dimuka bumi serta tegaknya “Amar Ma’ruf Nahyi Munkar”. Oleh karena itu dakwah seharusnya dilakukan dengan baik agar isi dakwah itu dapat tersampaikan kepada mad’u.
Penerapan Retorika Dakwah yang efektif menurut KH. Abdul Rahman al- Madinah, seperti yang disabdakan oleh Nabi “sebaik-baik ucapan itu yang singkat dan padat”. Tatkala waktu sudah larut malam seorang da’i harus menghindari dakwah yang terlalu panjang, tetapi kasihlah mereka dakwah yang singkat dan yang padat, agar mereka dapat mengambil manfaat dari materi yang disampaikan walaupun itu singkat. Jika da’i berbicara tanpa Retorika maka dakwah akan
10 Wawancara Pribadi Dengan KH. Abdul Rahman al-Madinah.
ngawu r. Jamaahpun akan bertanya “ dia ngomong apa sih, saya kok tidak paham” . Maka sering sekali saya katakan jika da’i yang tidak menguasai Retorika
dalam berdakwah maka otomatis dia akan ditinggalkan jamaah. 11
Retorika dalam berdakwah sangat penting, sebab menurut beliau tanpa retorika dakwah maka kita akan bingung ke mana sasaran dakwah kita. Maka diperlukanlah gaya pidato atau gaya ceramah. Seperti Bung Karno, beliau seorang Orator dan Proklamator yang sangat luar biasa, bagaimana gaya beliau dalam berpidato di hadapan ribuan jamaah, satu contoh maulid Nabi Muhammad SAW di Istana Negara, pidato beliau sangat mengebu dan berapi-api, tapi beliau tahu kapan harus menggunakan intonasi keras dan kapan menggunakan intonasi yang lembut. Tujuannya agar jamaah tetap konsen dan memperhatikan dakwah kita, sebab kalau kita terlau humorpun itu akan jenuh kalau seriuspun akan bosan. Oleh karena itu retorika dakwah sangat penting tanpanya dakwah kita ngawur
artinya tidak mnegena pada tujuan dan sasaran. 12
Penerapan retorika dakwah sangat penting demi menunjang keberhasilan dalam berdakwah. Penerapan retorika dakwah harus tepat pada tujuan dan sasaran mengingat bervariasinya tingkat kesadaran dan kemampuan daya nalar masyarakat. Dalam pelaksanaan retorika dakwah beliau mempersiapkan tahapan- tahapan, seperti, meguasai dan menetukan topik yang akan dibahas, penyampaian dengan gaya bahasa yang baik, intonasi dan artikulasi yang jelas, dan humor yang dapat menyegarkan suasana jama’ah. Untuk memudahkan penulis dalam
11 Wawancara Pribadi Dengan KH. Abdul Rahman al-Madinah. 12 Wawancara Pribadi Dengan KH. Abdul Rahman al-Madinah.
melakukan jawaban terhadap penerapan retorika dakwah yang beliau gunakan, maka penulis membaginya dalam beberapa langkah, yaitu:
1. Persiapan Sebelum Berdakwah
Pada hakikatnya setiap da’i ingin memperoleh pengaruh yang maksimal pada dakwah yang disampaikannya agar berhasil dan tepat pada sasarannya. Dakwah harus dilakukan dengan baik dan tepat dengan menggunakan retorika dakwah. Persiapan adalah salah satu faktor yang mendukung keberhasilan dalam berdakwah, karena persiapan setengah untuk mencapai keberhasilan.
Walaupun jam terbang KH. Abdul Rahman al-Madinah sangat padat, namun beliau tidak luput dari persiapan-persiapan yang matang demi menunjang keberhasilan berdakwah. Menurut beliau ada dua persiapan dalam berdakwah, persiapan secara lahir dan persiapan secara bathin. Di antara persiapan beliau secara lahir yaitu:
a. Makan Yang Cukup
b. Cukup Tidur
c. Busana Dalam Berdakwah Harus Sesuai
d. Menguasai Materi
Persiapan sebelum Dakwah salah satunya kita memerlukan persiapan fisik agar ketika kita berada di atas mimbar tidak tegang dan kaku, dan ketika sedang melakukan dakwah supaya kondisi fisik kita sehat Persiapan lain kita harus makan yang cukup, sebab jika kita terlalu lapar atau kenyang maka itu tidak baik juga dalam penyampaian dakwah dan jika terlalu laparpun kita tidak konsen. Juga
persiapan lainnya harus cukup tidur, sesab kalau kurang tidur da’i akan kaku di atas mimbar, penyampaiannyapun akan terbata-bata. Dan juga harus menguasai materi yang akan kita sampaikan sesuai dengan tema yang mad’u maksud. Pakaianpun harus kita siapkan dengan baik agar sesuai dengan keadaan ekonomi jama’ah, ketika saya diundang di hadapan fakir miskin maka saya menggunakan pakaian yang sederhana dan tidak terlihat terlalu mencolok.
Adapun persiapan beliau secara bathin yaitu:
a. Sholat Dhuha
b. Sholat Hajat
c. Sholat Tahajjud
d. Puasa Ketika Nabi Musa akan mengahadap Firaun, seorang raja yang dzhalim
pada masanya, maka Nabi Musapun dianjurkan oleh Allah agar berdoa “Robisyrohlii Sodrii Wayassirlii Amrii Wahlul ‘Uqdatan Min Lisaanii Yafqohu Qowlii”. Itu do’a yang selalu saya baca ketika saya berada di atas mimbar. Kadang juga persiapan bathin dengan sholat dhuha, sholat hajat, sholat tahajjud dan berpuasa. meminta kepada Allah agar dakwah itu sesuai dengan apa yang
diperintahkan. 13
Persiapan bathin tujuannya karena semata-mata dakwah itu “Minallahi Wa Ilallahi” dari Allah dan hanya untuk Allah. Karena kedua persiapan itu tidak dapat dipisahkan. Manusia boleh sama kulitnya bahkan mungkin rambutnya tetapi
13 Wawancara Pribadi Dengan KH. Abdul Rahman al-Madinah.
hati mereka siapa yang tahu. Maka agar manusia tetap memperhatikan kita dalam berdakwah kita selalu memohon kepada Allah agar dakwah yang kita sampaikan dapat lancar dan mengena ke hati mad’u, meminta kepada Allah agar dibimbing dalam berdakwah dan tidak melukai hati orang. Sebab persiapan fisikpun tidak cukup dalam berdakwah, dengan persiapan bathin kita akan selalu berpegang pada Allah meminta bimbingan dari-Nya supaya apa yang kita sampaikan benar-benar
datangnya dari Allah jadi dakwah yang kita serukan tidak menyimpang. 14
2. Penyusunan Dan Penguasaan Materi
Dakwah adalah proses mengkomunikasikan materi dakwah kepada tujuan dakwah atau sasaran yang dimaksud oleh da’i itu sendiri. Oleh karena itu seorang da’i harus mempersiapkan diri dalam melakukan aktifitas dakwah. Di samping penguasaan materi-materi dakwah, juga teknik dalam penyampaian dakwah yang dapat diterima oleh masyarakat.
Menurut KH. Abdul Rahman al-Madinah, selayaknya materi yang akan disampaikan da’i harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Materi yang beliau sajikan bersumber dari al-Quran, Hadits, Fatwa Ulama dan lain sebagainya yang sesuai dengan materi yang akan dibahas. Serta materi yang diangkatpun harus yang sedang menjadi pembicaraan masyarakat atau aktual, dikemas secara mendalam dengan gaya bahasa yang menarik, karena dengan ini maka dakwah yang disampaikan akan mengena kepada tujuan atau sasaran.
14 Wawancara Pribadi Dengan KH. Abdul Rahman al-Madinah.
Penyusunan dan penguasaan materi dakwah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat merupakan suatu kewajiban bagi seorang da’i, sebab tanpa penguasaan materi yang mendalam maka akan sulit membanguan kredibilitas seorang da’i, sehingga dakwah yang disampaikan ngawur dan asal-asalan, dakwah seperti ini akan membingungkan mad’u yang menerimanya. Namun jika da’i mampu menguasai materi yang disajikan dengan bagus otomatis penyampaiannyapun akan bagus pula, da’i terlihat tenang dan santai, mad’upun akan mudah menerima pesan yang disampaikan.
3. Pemilihan Bahasa
Bahasa adalah momentum sebuah kata yang dapat membuat orang lain paham dan mengerti. Seorang da’i harus pandai memilih kata-kata dan mengemasnya dengan bahasa yang tepat agar jamaah mudah menerimanya. Aristoteles memberikan nasehat ini; gunakan bahasa yang tepat, benar dan dapat diterima. Pilih kata-kata yang jelas dan langsung, sampaikan kalimat yang indah, mulia, dan hidup dan sesuaikan bahasa dengan pesan khalayak dan pembicaraan.
Dalam dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dicerna oleh jamaah. Bahasa yang beliau gunakan merupakan bahasa indonesia, namun sekali-kali beliau juga menggunakan bahasa inggris sebagai guyonan agar jamaah menjadi segar, setelah beliau mengucapkan bahasa inggris, beliau selalu berkata” udah dengering aja gua mau gaya ini”, logat yang beliau gunakan gaya suara betawi yang khas.
Gaya bahasa yang disesuaikan audiencenya yang dihadapi rangkain kata- kata yang tidak bertele-tele, susunan kata yang teratur dan sistematis, membuat ceramah yang enak didengar dan dipahami oleh mad’unya dalam hal ini para santrinya. Olah vokal yang jelas lantang bicara tanpa ada rasa takut, sebab apa yang beliau sampaikan adalah suatu kebenaran yang harus diketahui dan dipahami.
Pengunaan bahasa, mimik dan intonasi retorika dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah mampu meyakinkan mad’unya dalam pelaksanan dakwah bil-lisan , penerapan dan penggunaan gaya serta intonasi retorika dakwah beliau dapat dikatakan bagus, karena penyampaian sesuai dengan tingkat variasi keilmuannya.
4. Materi Dakwah
Materi yang diangkat harus relevan dengan kondisi atau yang tengah menjadi perhatian masyarakat saat ini, agar masyarakat berantusias dalam mendengarkan dakwah yang disampaikan. Penyampaian materi harus disampaikan secara mendalam agar mad’u dapat memahami masalah-masalah yang sedang dihadapinya.
Menurut KH. Abdul Rahman al-Madinah salah satu penyebab kegagalan dakwah karena da’i kurang mempersiapkan tema atau materi yang akan dibahas, sebab jika kurang persiapan dalam berdakwah maka da’i akan bingung sendiri apa yang harus ia sampaikan, otomatis karena kurang persiapan maka akan dakwah gagal. Oleh karena itu persiapan materi dalam berdakwah menjadi salah satu faktor yang utama dalam berdakwah.
Setelah penulis menghadiri beberapa kali ceramah beliau, baik di lingkungan pesantren maupun di luar, seperti malelis-majelis yang beliau asuh. Beliau menggunakan topik atau materi dakwah sesuai dengan metode yang penulis gunakan pada bab dua yaitu:
Pertama, masalah akidah (keimanan), masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah aqidah islamiyah, aspek akidah ini yang akan membentuk moral manusia. Kedua, masalah syari’ah, hukum atau syariah disebut sebagai cermin peradaban dalam pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka peradaban mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya. Materi dakwah yang menyajikan unsur syariat harus dapat menggambarkan atau memberikan informasi yang jelas di bidang hukum dalam bentuk status hukum yang berifat wajib, mubah, makruh, dan haram. Ketiga, masalah mu’amalah, Islam merupakan agama yang melakukan urusan mu’amalah lebih besar porsinya daripada urusan ibadah. Ibadah dalam mu’amalah di sini, diartkan sebagai ibadah yang mencakup hubungan dengan Allah SWT dalam rangka mengabdi padanya. Beliau selau menganjurkan agar kita selalu menjaga tali silaturahmi pada siapapun, karena itu akan menyebabkan turunnya rahmat kepada kita, seperti dipanjangkan umurnya dan dipermudah rejekinya. Keempat, masalah akhlak. Islam mengajarkan agar manusia berbuat baik dengan ukuran yang bersumber pada Allah. Sebagaimana telah diaktualisasikan oleh Rasulluloh SAW.
Materi dakwah yang beliau sampaikan dapat diketahui dari pembukaan yang beliau gunakan. Apakah materi itu tentang Maulid, Isra Miraj, ataupun acara
5. Humor
Kehidupan manusia tidak terlepas dari humor karena manusia memiliki “Sense Of Humor”. Terkadang da’i memakai humor untuk menarik perhatian jama’ah. Namun demikian humor dalam ceramah bukan sembarang humor seperti halnya pelawak. Humor yang dimaksud adalah humor-humor yang bersifat
edukatif 17 dan berisi ceramah. Seorang da’i yang baik akan menyisipkan pesan-
15 Ceramah KH. Abdul Rahman al-Madinah, Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW , di Kemayoran Pada Tanggal 28 Juli 2010
16 Ceramah KH. Abdul Rahman Al-Madinah, Tentang Keutamaan Sholat Dan Mengaji, Di Majelis Daaruus As-Sa’idah, Pada Tanggal 6 agustus 2010
17 Asmuni Sukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: al-Ikhlas, 1993), hal. 120
pesan dakwahnya melalui humor, karena rasa humor juga dapat digunakan untuk menjadikan masalah yang serius menjadi santai.
Humor merupakan bagian dari dakwah para da’i, terkadang dalam berdakwah para da’i memilih dengan gaya bercanda, sehingga lebih memudahkan mad’u dalam menerima pesan yang disampaikan oleh da’i, namun perlu dipahami juga bahwa humor digunakan sebagai selingan dan hanya untuk menyegarkan suasana jama’ah sehingga dakwah tidak monoton dan mad’upun tidak jenuh.
Menurut KH. Abdul Rahman al-Madinah humor itu tergantung bagaimana situasi dan kondisi, humor kita gunakan pada saat mad’u sudah terlihat jenuh. Sering kali saya katakan bahwa retorika dakwah sangat penting dalam bedakwah tanpa menguasai retorika dakwah maka kita akan ditinggali oleh jamaah. Walaupun dakwah itu terbilang serius humor itu perlu untuk membumbui dakwah akan tetapi jangan terlalu humor karena ditakutkan isi dari materi yang kita sampaikan berkurang dan juga jangan terlalu serius karena itu akan menjenuhkan jamaah, maka humor diperlukan saat diperlukan dan usahakan pula dalam berdakwah kita harus santai.
Contoh humor yang beliau gunakan”…ada anak muda disuruh menjadi imam kebetulan waktu itu imam rutinnya sedang ada hajat, tanpa pikir panjang majulah ini anak muda ke tempat imam.ini anak muda biasa kalo solat bacanya qulhu(al-ikhlas), dia nekat baca surat alkafirun, ini surat emang pendek tapi banyak tikunganny bu. Lalu ini anak muda baca surat alkafirun ga selesai- selesai, walaa anawa laa antum walaa ana walaa antum, akhirnya jamaah ada yang kesel lalu dia teriak”lakum diinikum tong” kemudian anak muda ini baca lakum diinikum waladdollin jamaah serentak berkata AMIIIINNN. Nenek-nenek bilang lah kayanya gua amiin dah dua kali dah, lalu yang di sebelah jawab eh
nek sembahyang mah jangan ngomong, di sebelahnya lagi, ga mau kalah dan dia bilang. untung gua ga ngomong…” 18
Beliau menggunakan humor seperti ini tatkala waktu menunjukan sudah sangat larut malam, setelah jamaah merasa terhibur dengan humor-homor yang menyegarkan barulah beliau menyampaikan tema atau materi yang akan disampaikan.
Dari seluruh uraian di atas tentang penerapan retorika dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah, dapat disimpulkan bahwa beliau berhasil dalam melaksanakan yang sesuai dengan apa yang ada dalam retorika , materi dakwah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bahasa yang mudah dipahami serta ilustrasi yang sesuai dengan tema dan memahami situasi dan kondisi yang ada di masyarakat.
Hal ini dikuatkan lagi dengan pendapatnya Toto Tasmara. Bahwa dalam menerapkan retorika ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di antaranya; aktualisai, analisa, persoalan dan situasi, kekuatan bahasa dan pengalaman,
intonasi, analogi dan pribahasa. 19
Selama pengamatan penulis mengikuti dakwah beliau yang selalu dihadiri ratusan jamaah walaupun kadang pengajiannya seusai solat subuh, penulis tidak menemukan jamaah yang mendengarkan dakwahnya dalam keadaan tidur ataupun bercanda. Akan tetapi mereka justru sangat antusias mendengarkan ceramahnya. Dengan retorika yang beliau gunakan dapat menghipnotis jamaah, tidak lain dan
18 Ceramah KH. Abdul Rahman al-Madinah di Kemayoran Pada Tanggal 28 Juli 2010 19 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta; Gaya Media Pratama, 1997), Cet. Ke-3,
hal. 155
tidak bukan bahwa retorika yang baik serta cara penyampaian yang baik dapat menarik hati jamaah.
Dari beberapa jamaah yang diwawancarai semuannya merespon baik atas retorika dakwah yang beliau gunakan. Wawancara ini tingkatannya bervariasi mulai dari santri ustad bahkan mahasiswa. Kepandaian KH. Abdul Rahman al- Madinah dalam mengemas retorika sebagai alat, dan dakwah sebagai subjek. Dalam hal ini beliau berhasil menggunakan retorika untuk mencapai keberhasilan dalam berdakwah.