Peran BPD Dalam Menyusun APBD Desa Di Kecamatan Buntumalangka

3. Peran BPD Dalam Menyusun APBD Desa Di Kecamatan Buntumalangka

Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintah desa yang terdiri dari Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Desa dalam menyelenggarakan pembangunan kawasan pedesaan yang diperoleh dari beberapa sumber yaitu: pendapatan asli desa, alokasi APBN, bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota, bantuan keuangan dari APBD provinsi dan kabupaten/kota, hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dan pendapatan desa lain yang sah (pasal 72 UU No.6/2016).

Berdasarkan UU Desa terdapat 4 (empat) sumber pembiayaan yang dikelola oleh kas desa yakni sumber pembiayaan dari Pusat, sumber pembiayaan dari Daerah baik Kabupaten maupun Provinsi; sumber pembiayaan yang berasal dari usaha desa dan sumber pembiayaan lainnya, dengan penjelasan sebagai berikut:

1) Sumber Pembiayaan Dari Pusat (APBN) Anggaran yang bersumber dari APBN yang mengalir ke kas desa terbagi kedalam 2 (dua) mekanisme penyaluran, dana transfer ke daerah secara bertahap yang dikenal dengan Dana Desa dan mekanisme dana transfer 1) Sumber Pembiayaan Dari Pusat (APBN) Anggaran yang bersumber dari APBN yang mengalir ke kas desa terbagi kedalam 2 (dua) mekanisme penyaluran, dana transfer ke daerah secara bertahap yang dikenal dengan Dana Desa dan mekanisme dana transfer

a. Dana Desa pengalokasian dan mekanisme transfer untuk dana desa ini diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 22 tahun 2015 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Berdasarkan PP tersebut, dana desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan APBN 2015 besaran anggaran dana desa yang bersumber dari relokasi:

 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan dari Kementrian Dalam Negeri.

 Program Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Perdesaan dan Program Pembangunan Infrastuktur Perdasaan (PPIP) dari Kementrian Pekerjaan Umum.

b. Alokasi Dana Desa (ADD) ADD adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam APBD Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus (DAK) yang selanjutnya diatur dalam PP No. 34 tahun 2014 tentang dana desa.

2) Sumber Pembiayaan dari APBD Selain menerima alokasi anggaran dari APBN, desa juga menerima sejumlah dana yang berasal dari APBD kabupaten dan bantuan dana dari APBD provinsi. Sumber pendapatan dari APBD yang cukup signifikan dan besarannya diatur bervariasi untuk tiap desa adalah penerimaan dari komponen pajak dan retribusi daerah. Dalam pasal 68 PP No. 72 tahun 2005 tentang desa disebutkan bahwa ”bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) untuk desa dan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa.” Artinya pengalokasian retribusi dan bagi hasil pajak daerah untuk desa telah dirasakan desa sejak diberlakukannya PP No. 72 tahun 2005, yang kemudian terus dilanjutkan diatur dalam PP No. 43 tahun 2014. Berdasarkan amanah PP No. 72 tahun 2005 dan PP No. 43 tahun 2014 tentang desa, diatur bahwa pengalokasian retribusi dan bagi hasil pajak berbeda tiap desa. Desa yang berkontribusi menyumbangkan pajak lebih besar, berhak menerima alokasi retribusi yang lebih tinggi dibandingkan desa dengan kontribusi lebih kecil.

3) Sumber Pendapatan Asli Desa Dalam UU No. 6 tahun 2014 tentang desa disebutkan bahwa sumber pembiayaan pembangunan dapat diperoleh desa melalui pendapatan asli desa (PAD Desa). PAD Desa ini berasal dari hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa. Berbagai jenis pengelolaan pembangunan dan aset yang dimiliki desa berpotensi 3) Sumber Pendapatan Asli Desa Dalam UU No. 6 tahun 2014 tentang desa disebutkan bahwa sumber pembiayaan pembangunan dapat diperoleh desa melalui pendapatan asli desa (PAD Desa). PAD Desa ini berasal dari hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa. Berbagai jenis pengelolaan pembangunan dan aset yang dimiliki desa berpotensi

 Hasil usaha desa: Hasil dari tanah kas desa, hasil dari pasar desa, hasil dari pemandian umum dan objek wisata yang diurus oleh desa, hasil dari sewa kekayaan/aset desa, hasil dari pungutan desa: jalan desa, irigasi desa, pemakaman umum yang diurus desa.

 Hasil pengelolaan kekayaan desa yang dipisahkan: Bagian laba atas penyertaan modal pada Perusahaan milik desa (BUMD Desa, Koperasi Desa, Pasar Desa), pada perusahaan milik daerah/BUMD, pada perusahaan milik negara/BUMN dan pada perusahaan milik swasta atau usaha milik masyarakat.

 Hasil swadaya dan partisipasi masyarakat.

 Hasil gotong royong.

 Lain-lain pendapatan asli desa yang sah, seperti:

i. Pelayanan surat menyurat: Pengantar pembuatan KTP, pembuatan keterangan domisili, regristrasi surat keterangan lahir, mati, datang dan pindah, surat pengantar keterangan pembuatan SKCK, pengantar pembuatan ijin keramaian, surat pengantar IMB, surat keterangan jemaah haji, pelayanan jual beli/potong hewan ternak, registrasi dan pelayanan jasa pertanahan.

ii. Pungutan/iuran lainnya: Pungutan terhadap perusahaan/ toko/ warung (pengolahan kayu, penggilingan padi, warung besar dan warung kecil, angkutan kendaraan).

4) Sumber Pembiayaan Lainnya Sumber pembiayaan lain yang dapat dinikmati desa berasal dari hibah atau bantuan dari pribadi, atau perusahaan yang umumnya melalui program bantuan sosial atau hibah dari Kementrian/Lembaga. Pembiayaan melalui mekanisme hibah dari Kementrian/Lembaga umumnya dalam bentuk program, seperti di Kabupaten Mamasa ada Program bantuan perbaikan rumah tidak layak huni dari Kementrian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat, namun tidak mencatatkannya ke dalam APBD Desa.

Berdasarkan pada uraian tersebut tentang sumber pembiayaan yang dikelola oleh desa harus diketahui oleh semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan pembangunan desa terutama pada Badan Permusyawaratan Desa dan Unsur Masyarakat. Menurut penulis lembaga BPD sebagai lembaga pengawasan ditingkat desa seharusnya merupakan lembaga yang mempunyai sumber daya informasi terkait kebijakan pemerintah yang masuk di desa dalam mengorganisir potensi terjadinya kerawanan penyalahgunaan keuangan desa mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, pengadaan barang/jasa, penyaluran dan pengelolaan dana, pertanggung jawaban dan Monitoring atau evaluasi. Berdasarkan dengan PP No 43 tahun 2014: pasal 100 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU Desa, Komposisi belanja desa terbagi atas dua yaitu:

a. Paling sedikit 70% digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.

b. Paling banyak 30% digunakan untuk: (1) penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa; (2) operasional pemerintah desa; (3) tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa; (4) insentif rukun tetangga dan rukun warga.

Pengelolaan keuangan desa diawali dengan rangkaian kegiatan perencanaan, yaitu penyusunan APBD Desa yang disusun berdasarkan dengan RKP Desa yaitu dokumen perencanaan yang memiliki kekuatan hukum, ditetapkan dengan peraturan Desa. Adapun siklus Proses tahapan pelaksanaan APBD Desa adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2 Siklus proses tahapan pelaksanaan APBD Desa

laporan Dan Pertanggung

APBD Desa

RKP Desa)

pelaksanaan penyususnan APBD Desa

Rancangan RAPBD Desa

pembahasan dan penetapan Bersama

(Sumber: Diolah Oleh Penulis)

Pengelolaan keuangan desa pada dasarnya mengikuti pola pengelolaan keuangan daerah dimana Kepala Desa merupakan pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa. Pendapatan, belanja dan pembiayaan desa harus Pengelolaan keuangan desa pada dasarnya mengikuti pola pengelolaan keuangan daerah dimana Kepala Desa merupakan pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa. Pendapatan, belanja dan pembiayaan desa harus

a. Bupati/Walikota pada setiap akhir tahun anggaran yang disampaikan melalui camat,

b. Badan Permusyawaratan Desa pada setiap akhir tahun anggaran, dan

c. Masyarakat dalam musyawarah desa. Badan Permusyawaratan Desa dan masyarakat yang merupakan pihak yang terlibat di lapangan dalam melihat langsung kebijakan dan kinerja Kepala Desa dalam pengelolaan keuangan desa sehingga terhindar dari adanya laporan yang bersifat fiktif/rekayasa dan tidak transparan sedangkan untuk Bupati/walikota hanya menerima dan memeriksa laporan pertanggung jawaban tertulis Kepala Desa. Maka efektivitas BPD bekerja sama dengan masyarakat dalam melaksanakan pengawasan kinerja Kepela Desa dalam pengelolaan APBD desa, sebagai identifikasi awal dilihat dari tingkat pengetahuan Informan tentang APBD Desa di kecamatan Buntumalangka pada tabel berikut:

Tabel.4.18 Pengetahuan Informan Tentang APBD Desa

Informan

Kategori

Perangkat Desa

BPD

Unsur masyarakat Unsur masyarakat

- - Tahu

7 29,16 Kurang tahu

6 50 7 29,16 Tidak Tahu

(Sumber: hasil angket,2016)

Pada Tabel 4.18 tersebut diatas tentang tingkat pengetahuan Informan di kecamatan Buntumalangka yang terdiri dari Perangkat Desa, BPD dan Unsur Masyarakat. Perangkat desa dengan persentase 38,46% cukup Tahu dan hanya 12,82% Tidak tahu, untuk BPD dengan persentase 50% Kurang Tahu dan hanya 41,66% sangat tahu adapun untuk Unsur Masyarakat dengan persentase 41,66 Tidak tahu dan hanya 29,16% cukup tahu dengan hanya rata-rata keterangan jawaban informan yang kategori tahu adalah “ABPD Desa adalah Rencana Keuangan tahunan desa”. Dari hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan Perangkat desa cukup baik sedangkan BPD dan unsur masyarakat masih sangat kurang baik sehingga masyarakat sebagai penentu kebijakan dalam pengelolaan keuangan pembangunan desa untuk peningkatan sumber daya desa dikecamatan Buntumalangka masih sangat rendah.

Pemahaman BPD tentang manfaat dan tujuan dari APBD Desa, sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintah sekaligus fungsi pengawasan serta agar tercapainya prinsip akuntabilitas, agar mendorong keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan keuangan desa yang disusun dalam perencanaan agar masyarakat juga punya pengetahuan tentang APBD desa serta kesadaran berpartisipasi dalam pengawasan sehingga pemerintah desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa dapat terkontrol dan hak-hak masyarakat dapat Pemahaman BPD tentang manfaat dan tujuan dari APBD Desa, sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintah sekaligus fungsi pengawasan serta agar tercapainya prinsip akuntabilitas, agar mendorong keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan keuangan desa yang disusun dalam perencanaan agar masyarakat juga punya pengetahuan tentang APBD desa serta kesadaran berpartisipasi dalam pengawasan sehingga pemerintah desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa dapat terkontrol dan hak-hak masyarakat dapat

Grafik 4.9. Peran BPD Dalam Mendorong Masyarakat Membahas Penysusunan RAPBD Desa Di Kecamatan

0% Sangat Mendorong

Mendorong

Kurang Mendorong Tidak Mendorong Kategory

(Sumber: Angket,2016) Pada gambar grafik 4.9 tersebut yang berdasarkan dengan hasil angket di Kecamatan Buntumalangka tentang perang BPD dalam mendorong masyarakat luas membahas penyusunan RAPBD Desa dengan persentase 27% kurang mendorong dan hanya 17% sangat mendorong tanpa keterangan jawaban informan. Maka dengan hal tersebut kinerja BPD sebagai lembaga yang melaksanakan kewenangan desa untuk pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat masih sangat lemah, Musyawarah Desa dalam melibatkan Masyarakat berpartisipasi dalam proses perencanaan RAPBD Desa sehingga keuangan desa dalam pengelolaannya yang partisipatif dan akuntabilitas dapat tercapai maka ketua BPD sebagai pimpinan dalam musyawarah desa harus memberi ruang yang efektif kepada masyarakat dalam menanggapi isi rancangan APBD Desa. sebagaimana pada lokasi penelitian di kecamatan Buntumalangka.

Tabel.4.28. Efektivitas Masyarakat Dalam Menanggapi Isi Rancangan APBD Desa Dalam Musyawarah Desa DI Kecamatan Buntumalangka

kategori Frekuensi (f) Persentase (%) Sangat efektif

10 13,33 Efektif

24 32 Kurang efektif

36 48 Tidak efektif

5 6,66 Jumlah

75 100 (Sumber: Hasil Angket,2016)

Dari hasil angket tersebut pada tabel 4.28 tantang efektivitas masyarakat dalam menanggapi isi rancangan APBD Desa yang diusulkan oleh kepala desa dengan persentase 48% kurang efektif sedangkan hanya 32% efektif, dengan keterangan jawaban informan “Bahwa masyarakat sering menanggapi dan mengajukan usulan kebutuhannya”. Menurut analisis penulis dengan hasil angket tersebut disebabkan karena penyelenggaraan Musyawarah Desa hanya sedikit masyarakat yang hadir dan faktor komunikasi yaitu terkadang ada rasa sungkan masyarakat dalam menanggapi isi rancangan tersebut dikarenakan pengetahuan masyarakat tentang APBD desa masih sangat lemah serta tidak ada dorongan konektivitas dari pemerintah desa. Salah satu fungsi dari penyusunan APBD Desa adalah untuk tercapainya kebijakan anggaran dengan memperhatikan rasa keadilan bagi masyarakat desa, maka sosialisasi dan pemberian informasi kepada masyarakat memang sangat penting, sehingga pemanfaatan pengelolaan keuangan desa untuk peningkatan perekonomian masyarakat dan kemandirian desa di kecamatan Buntumalangka bisa tercapai. Adapun hasil angket di lokasi penelitian tentang manfaat penyusunan APBD Desa ialah sebagai berikut:

Grafik. 4.10. Manfaat Penyusunan APBD Desa Di Kecamatan Buntumalangka.

Pemerintah Desa Unsurmasyarakat

Sangat Bermanfaat

Bermanfaat

Kurang Bermanfaat

Tidak Bermanfaat

(Sumber: Hasil Angket,2016) Pada grafik 4.10 tersebut diatas menggambarkan manfaat penyusunan APBD Desa di Kecamatan Buntumalangka untuk pemerintah desa dengan persentase 64,70% sangat bermanfaat dan 33,33% bermanfaat sedangkan untuk unsur masyarakat dengan persentase 62,50% kurang bermanfaat dan hanya 25% bermanfaat. Dengan hal tersebut menunjukkan bahwa manfaat APBD Desa untuk pemerintah desa sangat bermanfaat dengan APBD Desa sebagai dokumen yang menjadi pedoman manajemen dalam merencanakan pendanaan kegiatan tahunan di desa. sedangkan untuk masyarakat masih sangat kurang bermanfaat dalam meningkatkan perekonomian dan pemberdayaan masyarakat. APBD Desa yang mempunyai fungsi untuk menjadi pedoman dalam menilai kegiatan dan pendanaan yang dikelola oleh Kepala desa bersama perangkat desa maka BPD juga sebagai lembaga pengawasan yang punya tanggung jawab dalam mengawal dan mengsukseskan pendanaan arah kebijakan kepala desa agar tidak terjadinya penyimpangan penyalahgunaan keuangan desa. maka BPD harus sering melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar punya arah landasan kerja sama (Sumber: Hasil Angket,2016) Pada grafik 4.10 tersebut diatas menggambarkan manfaat penyusunan APBD Desa di Kecamatan Buntumalangka untuk pemerintah desa dengan persentase 64,70% sangat bermanfaat dan 33,33% bermanfaat sedangkan untuk unsur masyarakat dengan persentase 62,50% kurang bermanfaat dan hanya 25% bermanfaat. Dengan hal tersebut menunjukkan bahwa manfaat APBD Desa untuk pemerintah desa sangat bermanfaat dengan APBD Desa sebagai dokumen yang menjadi pedoman manajemen dalam merencanakan pendanaan kegiatan tahunan di desa. sedangkan untuk masyarakat masih sangat kurang bermanfaat dalam meningkatkan perekonomian dan pemberdayaan masyarakat. APBD Desa yang mempunyai fungsi untuk menjadi pedoman dalam menilai kegiatan dan pendanaan yang dikelola oleh Kepala desa bersama perangkat desa maka BPD juga sebagai lembaga pengawasan yang punya tanggung jawab dalam mengawal dan mengsukseskan pendanaan arah kebijakan kepala desa agar tidak terjadinya penyimpangan penyalahgunaan keuangan desa. maka BPD harus sering melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar punya arah landasan kerja sama

Tabel.4.29. Peran BPD Dalam Mengsosialisasikan Hasil Pembahasan APBD Desa DI Kecamatan Buntumalangka Kategori

Frekuensi (f) Persentase (%) Sangat Sering Sosialisasi

8 10,66 Sering Sosialisasi

23 30,66 Kurang Sosialisasi

31 45,33 Tidak Pernah Sosialisasi

13 17,33 Jumlah

75 100 (Sumber: Hasil Angket,2016)

Dari hasil angket pada tabel 4.29 tentang peran BPD dalam mengsosialisasikan hasil pembahasan APBD Desa dikecamatan Buntumalangka, dengan persentase 45,33% kurang melakukan sosialisasi sedangkan hanya 30,66% sering melakukan sosialisasi dengan keterangan jawaban informan “BPD melakukan sosialisasi setiap tahun”. Maka dengan demikian kinerja BPD dalam melakukan sosialisasi hasil pembahasan APBD Desa kepada masyarakat masih dengan kategori kurang baik dalam memenuhi hak masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang perencanaan keuangan desa. sosialisasi kepada masyarakat yang dilakukan BPD supaya perencanaan pembiayaan pembangunan untuk pemenuhan kebutuhan desa bisa sesuai sasaran strategis berdasarkan kondisi faktualnya. Pemerintah desa dalam perencanaan pengelolaan pembiayaan terkadang sering harus ada perubahan karena Kondisi sosial masyarakat desa sangat dipengaruhi oleh harga bahan pokok, karena sebagian besar menggantungkan hidupnya dari pertanian sehingga terkadang produksi pertanian tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar maka kesenjangan sosial ekonomi sering Dari hasil angket pada tabel 4.29 tentang peran BPD dalam mengsosialisasikan hasil pembahasan APBD Desa dikecamatan Buntumalangka, dengan persentase 45,33% kurang melakukan sosialisasi sedangkan hanya 30,66% sering melakukan sosialisasi dengan keterangan jawaban informan “BPD melakukan sosialisasi setiap tahun”. Maka dengan demikian kinerja BPD dalam melakukan sosialisasi hasil pembahasan APBD Desa kepada masyarakat masih dengan kategori kurang baik dalam memenuhi hak masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang perencanaan keuangan desa. sosialisasi kepada masyarakat yang dilakukan BPD supaya perencanaan pembiayaan pembangunan untuk pemenuhan kebutuhan desa bisa sesuai sasaran strategis berdasarkan kondisi faktualnya. Pemerintah desa dalam perencanaan pengelolaan pembiayaan terkadang sering harus ada perubahan karena Kondisi sosial masyarakat desa sangat dipengaruhi oleh harga bahan pokok, karena sebagian besar menggantungkan hidupnya dari pertanian sehingga terkadang produksi pertanian tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar maka kesenjangan sosial ekonomi sering

Tabel.4.29. Kinerja BPD Dalam Menanggapi Isi Rancangan APBD Desa Jika Tidak Sesuai Dengan RKP Desa, Hasil Kesepakatan Dalam Musyawarah Desa dan Evaluasi Dari Kabupaten/Kota Sebelum Ditetapkan Dalam Peraturan Desa DI Kecamatan Buntumalangka.

Kategori Frekuensi (f) Persentase (%) Sangat Sering Menanggapi

3 4 Sering Menanggapi

16 21,33 Kurang Menanggapi