ANALISA PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB IV ANALISA PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Analisa pendekatan konsep dasar perencanaan dan perancangan merupakan awal pemikiran yang dijadikan dasar tindakan dan langkah-langkah pada tahap konsep dasar perencanaan dan perancangan. Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa pendekatan kegiatan, peruangan, pengolahan site dan juga langkah-langkah desain yang dibagi menjadi analisis perencenaan dan perancangan.
4.1 Analisa Perencanaan
4.1.1 Analisa User
Analisa user (pengguna) Wadah Komunitas Film Independen ini adalah:
A. Komunitas Film Independen
Yang dikategorikan dalam kelompok ini adalah pecinta film independen yang benar-benar tertarik dengan perkembangan film independen. Dalam kelompok ini seorang pecinta film independen tidak harus menghasilkan sebuah karya, tetapi kelompok ini dapat mengapresiasikan dirinya dalam bentuk lain, seperti: mengadakan diskusi film indie, jurnalisme, kritik film, hingga menyelenggarakan festival-festival film. Komunitas film independen yang sudah terdata dari taun 2011 yang ada di Jakarta adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Komunitas Film Independen
KOMUNITAS FILM
1. Boemboe
2. Forum Filmmaker Pelajar Jakarta
3. Forum Lenteng
4. Kineforum
5. Klub Kajian Film DKJ
6. Konfiden
7. Kultur Visual
8. Komka UIN Syarif Hidaytullah
9. Ruang Rupa
10. Bioskop Merdeka
commit to user
B. Filmmaker
Filmmaker adalah seseorang yang ber-apresiasi dengan menghasilkan karya film. Dalam hal ini filmmaker bukan hanya orang-orang yang bisa menghasilkan karya film tetapi juga orang- orang yang ingin belajar untuk menghasilkan sebuah film.
C. Peserta Pendidikan Perfilman
Karena Wadah Komunitas Film Independen juga berfungsi sebagai wadah pengembangan film independen yang disertai dengan kegiatan pendidikan non-formal, maka peserta pendidikan perfilman yang menjadi sasaran adalah anak-anak SMA hingga mahasiswa. Pada kawasan Wadah Komunitas Film Independen menyediakan 6 program pendidikan perfilman yang dari masing-masing program memiliki 2 kelas dengan asumsi daya tampung +10 peserta didik dan 1 pengajar pada setiap kelas dengan pertimbangan optimalisasi suasana belajar mengajar agar kondusif.
D. Pengunjung
Merupakan kelompok orang-orang yang sekedar berkunjung, ingin mengenal atau ingin mengetahui tentang film independen, baik dengan tujuan untuk mencari hiburan, prestise, sosialisasi antar pengunjung ataupun pencarian minat bakat. Kelompok ini juga dapat mengapresiasikan dirinya dalam wadah-wadah yang ada sehingga memungkinkan kelompok ini dapat menjadi bagian dari kelompok pecinta film independen yang lebih dari sekedar ingin tahu.
E. Pengelola
Pengelola meliputi orang-orang yang mengoperasikan Wadah Komunitas Film Independen dan bertanggung jawab pada jalannya
11. Komunitas Film Jeruk Purut
12. Bioskop Merdeka
13. Kultur Visual
14. Sinema Kopi Hitam
15. JCM Kineklub UIN
16. Sinema Adikara
Sumber: http://www.in-docs.org
commit to user
kegiatan termasuk didalamnya bertanggung jawab terhadap maintenance bangunan di dalam kawasan Wadah Komunitas Film Independen. Berdasarkan aktivitasnya dibedakan menjadi:
1) Pengelola administrasi
2) Operasional
3) Maintenance
4) Staff pengajar
4.1.2 Analisa Kegiatan
1. Kelompok kegiatan produksi perfilman
a) Pengembangan · Pengembangan cerita
· Praproduksi · Pembuatan jadwal shooting · Penentuan pemeran dan penentuan latihan · Penyediaan dana · Diskusi
b) Produksi · Shooting stage
· Shooting lokasi
c) Pasca produksi · Penentuan pemakaian shoots
· Pengisian musik dan efek suara · Penggabungan suara · Distribusi dan eksebisi
2. Kelompok kegiatan pendidikan perfilman
Bidang pendidikan yang diambil berdasarkan minat dan bakat peserta pendidikan film itu sendiri diantaranya:
a) Belajar dan berlatih:
commit to user
Terdapat 6 pilihan dalam menentukan pendidikan sesuai minat dan bakat dalam Wadah Komunitas Film Independen yang direncanakan, yaitu:
· Film Producing · Editing dan Graphic Animation · Cinematography · Scriptwriting · Directing · Audio Recording dan Mixing
b) Mengikuti seminar perfilman Seminar-seminar perfilman yang diadakan dengan mengundan orang-orang yang ahli dan berkecimpung langsung pada dunia perfilman untuk menambah wawasan para peserta didik.
c) Mempelajari film melalui studi literatur Menyediakan buku-buku dan referensi tentang dunia perfilman sebagai bahan pembelajaran dan sarana pengembangan wawasan terhadap dunia film.
3. Kelompok kegiatan eksebisi
a) Pemutaran karya-karya film independen baik skala nasional maupun internasional.
b) Pemutaran karya-karya film peserta pendidikan perfilman.
c) Pameran dan workshop perfilman.
d) Diskusi terbuka antara komunitas film, filmmaker, dan orang awam yang berminat ter hadap dunia perfilman.
e) Konfrensi pers
4. Kelompok kegiatan komersil
Kelompok kegiatan ini bertujuan untuk mendatangkan pemasukan dana untuk pemeliharaan kawasan Wadah Komunitas Film Independen yang direncanakan.
a) Penyewaan dan penjualan alat-alat perfilman
commit to user
b) Aktivitas menonton film (bioskop, bioskop mini)
c) Aktivitas cafe/ restaurant
5. Kelompok kegiatan pengelolaan
a) Aktivitas administrasi 1
· Manager aktivitasnya bertanggung jawab terhadap
keseluruhan kegiatan. · Board of Programmers: aktivitasnya bertanggung
jawab untuk mengisi program regular pemutaran di Wadah Komunitas Film Independen, termasuk mencari film dan lisensinya untuk diputar, serta menyusun jadwal pemutaran.
· Traffic Coordinator: aktivitasnya bertanggung jawab atas masuk/keluar dan pinjam/kembali film yang
diputar. · Technical Coordinator: aktivitasnya bertanggung jawab atas alat pemutaran dan hal teknis lainnya untuk
kelancaran pemutaran di Wadah Komunitas Film Independen.
· Publikasi & PR: aktivitasnya bertanggung jawab mensosialisasikan kegiatan pemutaran di Wadah
Komunitas Film Independen, menyiapkan materi publikasi, dan memperkenalkan ruang komunitas film independen kepada media dan publik seluas-luasnya.
· Volunteer Coordinator: aktivitasnya bertanggung jawab mengatur jadwal volunteer, mengakomodir
kebutuhan serta masukan dari volunteer, membuka rekrutmen, memberikan brief pemutaran setiap bulannya kepada volunteer, dan memantau kegiatan operasional serta kinerja volunteer.
· Volunteers: aktivitasnya bertanggung jawab atas kegiatan operasional Wadah Komunitas Film
1 Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu angoota Kineforum Jakarta, 9/11/11
commit to user
Independen yakni pemutaran. Terbagi dari tiga posisi: Front desk, Door check, dan Projectionist.
b) Aktivitas operasional · Mengawasi jalannya kegiatan. · Menyewakan dan menjual peralatan-peralatan film.
· Melayani kebutuhan pengunjung. · Mengoperasikan alat-alat yang digunakan di fasilitas. · Melayani penjualan tiket. · Menginformasikan kegiatan yang berlangsung.
c) Aktivitas pendidikan · Administrasi pengelolaan akademis
- Pengurusan Pendaftaran. - Pengurusan Pembayaran. - Birokrasi akademis.
· Akademis - Belajar Mengajar.
- Mendidik dan Melatih. - Memberikan Konsultasi akademis.
d) Aktivitas maintenance · Menjaga keamanan dan kebersihan. · Memelihara kondisi fasilitas yang disediakan.
commit to user
4.1.3 Analisa Pola Kegiatan
Pola kegiatan berdasarkan jenis kegiatan:
1. Kegiatan produksi perfilman
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.1 Pola Kegiatan Produksi Perfilman
2. Kegiatan pendidikan perfilman
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.2 Pola Kegiatan Pendidikan Perfilman
Datang
R.Komunitas
Aktivitas Pengembangan
Aktivitas Produksi
Aktivitas Pasca
Produksi
R.Produksi
R.Casting
R.Diskusi
Shooting Indoor
Shooting Outdoor
R.Make Up dan Wardrobe
R. Studio
R. peralatan
Post Production
House
R.Eksebisi
Audio Post House
R.Sound Mixing
R.Editing
Parkir
R.Peralihan
Pendaftaran
R.Tunggu
R.Kelas
R.Teori
R.Praktek
R.Konsultasi
R.Peralatan
R.Seminar
R.Koleksi Film dan
Pulang Perpustakaan
Datang
commit to user
3. Kegiatan eksebisi
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.3 Pola Kegiatan Eksebisi
4. Kegiatan komersil
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.4 Pola Kegiatan Komersil
5. Kegiatan pengelola
1. Administrasi
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.5 Pola Kegiatan Administrasi
Parkir
R.Peralihan
Beli tiket
R.Tunggu
R.Konfrensi
Lihat-lihat
pameran
Big screen studio
Workshop film
Diskusi film
R.Peralihan
Aktivitas penyewaan dan penjualan alat-alat perfilman
Aktivitas menonton film
Aktivitas cafe/restaurant
Bioskop
Mini Bioskop
Aktivitas administrasi
Istirahat
commit to user
2. Pendidikan
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.6 Pola Kegiatan Pendidikan
3. Maintenance
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.7 Pola Kegiatan Mantenance
4.1.4 Analisa Kebutuhan Ruang
Dasar pertimbangan
1) Pelaku kegiatan dalam ruangan.
2) Kegiatan yang terjadi.
3) Jenis, sifat, tuntutan kegiatan yang ditampung.
Aktivitas pendidikan
Aktivitas maintenance
Istirahat
commit to user
1. Kegiatan Produksi Perfilman
Tabel 4.2 Kebutuhan Ruang Kegiatan Produksi Perfilman
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
2. Kegiatan Pendidikan Perfilman
Tabel 4.3 Kebutuhan Ruang Kegiatan Pendidikan Perfilman
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
3. Kegiatan Eksebisi
Tabel 4.4 Kebutuhan Ruang Kegiatan Eksebisi
Sumber:Analisa Pribadi, 2012
Kebutuhan Ruang
1. R. Komunitas
2. R. Produksi
3. R. Casting
4. R. Diskusi
5. R. Shooting Indoor
6. R. Make Up dan Wardrobe
7. R. Studio
8. R. Peralatan
9. R. Post Production
10. R. Eksebisi
11. R. Audio Post House
12. R. Sound Mixing
13. R. Editing
14. R. Teknik Film
Kebutuhan Ruang
1. R. Pendaftaran
2. R. Kelas
3. R. Seminar
4. R. Koleksi film dan Perpustakaan
5. R. Peralatan
Kebutuhan Ruang
1. Tiketing
2. R. Pameran
3. R. Konfrensi
4. R. Studio
5. R. Workshop
6. Teater Terbuka
commit to user
4. Kegiatan Komersil
Tabel 4.5 Kebutuhan Ruang Kegiatan Komersil
Kebutuhan Ruang
1. Cafetaria/Restaurant
2. R. Penjualan alat-alat film
3. R. Penyewaan alat-alat film
4. Bioskop
5. Mini Bioskop
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
5. Kegiatan Pengelola
Tabel 4.6 Kebutuhan Ruang Kegiatan Pengelola
Kebutuhan Ruang
1. R. Administrasi
2. R. Pengajar
3. R. Maintenance
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
4.1.5 Analisa Pendekatan Besaran Ruang
Besaran ruang bertujuan untuk mendapatkan ruang gerak sesuai kebutuhan kegiatan yang diwadahi. Dasar pertimbangan dalam pendekatan besaran ruang antara lain :
1) Kegiatan yang ada dalam fasilitas yang meliputi bentuk,
pola dan cara kegiatan
2) Jumlah pelaku kegiatan
3) Besarnya flow gerak pelaku kegiatan Pada ruang-ruang yang telah memiliki standard, biasanya flow gerak telah diperhitungkan dalam standard tersebut. Namun pada ruang-ruang khusus diperhitungkan sendiri. Perincian prosentase
gerak adalah sebagai berikut 2 ;
· 5 – 10 %
: Standard minimum
· 20%
: Kebutuhan keleluasaan sirkulasi
2 Architects data, Ernerst Neufert
commit to user
· 30%
: Tuntutan kenyamanan fisik
· 40%
: Tuntutan kenyamanan psikologis
· 50 %
: Tuntutan spesifik kegiatan · 70%-100% : Keterkaitan dengan banyak kegiatan
Untuk memperkirakan kapasitas yang dapat diwadahi pada Wadah Komunitas Film Independen ini dihitung dari jumlah pengguna bangunan. Pengguna bangunan dibagi atas:
A. Komunitas film independen
Jumlah komunitas film indie saat ini sebanyak 16 komunitas yang sudah terdata di Jakarta. Diasumsikan jumlah anggota dalam 1 komunitas sebanyak 10 orang (merupakan orang-orang yang dianggap aktif dan mengetahui perkembangan film indie). Maka jumlah total pecinta film indie saat ini sebanyak 16 x 10 orang maka 160 orang yang aktif dan mengetahui perkembangan film indie.
B. Filmmaker
Diasumsikan filmmaker yang akan datang dalam sebuah festival perfilman maupun workshop perfilman termasuk pihak sponsor mencapai 300 orang
C. Peserta pendidikan perfilman
Pada Wadah Komunitas Film Independen ini terdapat 6 program kelas perfilman yang masing-masing kelas memiliki kapasitas 10 orang demi menunjang optimalisasi pembelajaran. Masing-masing kelas terbagi atas 2 sesi pengajaran yaitu sore dan malam. Jadi diasumsikan setiap sesi memiliki (10 x 6) 60 orang .
D. Pengunjung
Pengunjung disini adalah kelompok orang-orang yang sekedar berkunjung, ingin mengenal atau ingin mengetahui tentang film independen, baik dengan tujuan untuk mencari hiburan, prestise, sosialisasi antar pengunjung ataupun pencarian minat bakat. Di asumsikan ada 250 orang.
commit to user
E. Pengelola
Untuk bagian pengelola diasumsikan 9 orang pengelola kegiatan komunitas dan 9 orang bagian komersil dan 9 orang staff pendidikan film. 50 orang karyawan tetap dan 10 orang volunteers. Untuk bagian maintenance 10 orang. Staff pengajar
12 orang.
Jadi total pengguna Wadah Komunitas Film Independen diasumsikan = 869 orang
1. Kegiatan Produksi Perfilman
Tabel 4.7 Pendekatan Besaran Ruang
Kebutuhan Ruang
Asumsi Kebutuhan Kapasitas
Luas/orang m2
Total (m2) 1. R. Komunitas
· R. Diskusi
5 komunal diskusi
160
Asumsi
30 x 5 ruang = 150
2. R. Studio Indoor
· R. Latihan
(rehearsal hall) dan R. Casting
Luas gerak efektif
sirkulasi
28 x 28 784 Asumsi
100
· R. Wardrobe dan
Make Up
Lemari dan meja
rias sirkulasi
86,4 · Talent Lounge
20 orang
1,5
30 · Crew Lounge
(scenery dan property)
15 orang
2 30
· R. Peralatan Asumsi 12
3. R Studio Dubbing
· R. Pengisian Suara · R. Kontrol · R. Proyektor
Asumsi 96 Asumsi
Asumsi
9 18
4. R. Editing
- 2 Editing table - Rewind table - Editing bins and
barrels - Synchroniser - sirkulasi
100 %
18
5. R. Screening
- Layar dan
proyektor
Asumsi
10
commit to user
Kegiatan Produksi Perfilman
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
2. Kegiatan Pendidikan Perfilman
Tabel 4.8 Pendekatan Besaran Ruang
Kegiatan Pendidikan Perfilman
6. R. Teknik Film
Asumsi 30
7. Garasi dan bongkar muat
2 mobil truk
Asumsi 20
8. Lavatory
2 lavatory pria dan
Area wudhu pria
dan wanita
@ 5 orang
0,8
Area shalat
Total Luas
1487.4
Kebutuhan Ruang
Asumsi Kebutuhan
Kapasitas
Luas/orang
m2
Total (m2) 1. R. Pendaftaran
Meja kursi
2. R. Kelas dan Mini Studio
6 ruang kelas, 1 Mini
3. R. Seminar
Area peserta
Podium sirkulasi
4. R. Pengajar
5. R. Koleksi film dan Perpustakaan
Rak Koleksi
Asumsi 8
6. R. Peralatan
3 setting alat
2 lavatory pria dan wanita
Area wudhu pria dan
Area shalat
20 orang
0,8
16
commit to user
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
3. Kegiatan Eksebisi
Tabel 4.9 Pendekatan Besaran Ruang
Kegiatan Eksebisi
Kebutuhan Ruang
Asumsi Kebutuhan
Kapasitas
Luas/orang
m2
Total(m2)
1. Tiketing
Tiket box
2. R. Pameran
Asumsi
100
3. R. Workshop
Area peserta
Podium sirkulasi
4. Teater Terbuka
2 lavatory pria dan wanita
Area wudhu
pria dan
Area shalat
Total Luas 627,6
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
4. Kegiatan Komersil
Tabel 4.10 Pendekatan Besaran Ruang
Kegiatan Komersil
Kebutuhan Ruang
Asumsi Kebutuhan
Kapasitas
Luas/orang m2
Total (m2)
1. Cafetaria/Restaurant
· Dapur
@ 10 stand
makanan
Asumsi
24 24 x 10 = 240
commit to user
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
5. Kegiatan Pengelola
Tabel 4.11 Pendekatan Besaran Ruang
Kegiatan Pengelola
· Foodcourt
Kursi Meja Sirkulasi
150 75
0,6x0,6 1,2x0,8
30 %
54 72 76,2
2. R. Penjualan alat-alat film dan R. Penyewaan alat-alat film
Area display Kasir
sirkulasi
Asumsi 100
2 Meja kasir
4 ruang sirkulasi
60 orang
1 m2/ orang 70%
450 315
· Rg. Proyektor Asumsi 20 · Rg. Kontrol tata
suara
Asumsi 20
· Rg. Kontrol tata
cahaya
Asumsi 20
· Rg.Kontrol
penghawaan ruang
Asumsi 20
· Rg.Penyimpanan
film dan alat
Asumsi 60
· Rg.Transisi/ foyer
4. Mini Bioskop
Area tunggu
2 Studio small 4 Studio medium 3 Studio large
@ 4 orang @ 8 orang
2 lavatory pria dan wanita
@ 4 orang
Asumsi 30
Total Luas 4280.2
Kebutuhan Ruang
Asumsi Kebutuhan
Kapasitas
Luas/orang m2
Total (m2)
1. R. Administrasi
25 orang
2 50
2. R. Maintenance
commit to user
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Tabel 4.12 Perhitungan Total Kebutuhan Luas Ruang
Dan Luas Tapak Minimal
Kelompok Ruang
Kebutuhan Luas Lantai
Luas Lantai Dasar Minimal (m²)
Kegiatan Produksi Film + Kegiatan Komersil + Kegiatan Eksebisi
6565,2
3 2188,4
Kegiatan Pendidikan Film + Kegiatan maintenance
Sumber:Analisa Pribadi, 2012
Pendekatan Rekapitulasi Besaran Ruang
· Pos keamanan · Pos parkir
4 pos
@ 1 orang
1 4 · Gudang cleaning
servis
Asumsi
· Rg.Mechanical
electrical
Asumsi 12 · Rg. Genset
Asumsi 30 · Rg. Trafo
Asumsi 12 · Rg. Panel listrik
Asumsi 12 · Rg. Mesin AC
Asumsi 48 · Rg. Pompa air
Asumsi
30 · Rg. Kontrol
Asumsi
· Area Parkir
75% motor
sirkulasi 25% mobil,
2m2x450
40 % 20m2x10 20m2x120
40 %
900 760 200 240 192
Total Luas
2516
Jumlah Luas Bangunan
9470,18 m2
commit to user
4.1.6 Analisa Pola Hubungan Ruang
A. Pola Hubungan Makro
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.8 Pola Hubungan Makro
B. Pola Hubungan Mikro
1) Area Produksi
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.9 Pola Hubungan Makro Area Produksi
Sirkulasi 20% luas Bangunan 20% x 9470,18 m2 = 1894, 036 m2 Sirkulasi 50% Area Parkir
50 % x 2292 m2= 1146 m2
Luas Total
14802,216m2
AREA PENGELOLA
AREA EKSEBISI
AREA PENDIDIKAN
AREA KOMERSIL
AREA PRODUKSI
RUANG CAST
RUANG KOMUNITAS
RUANG DISKUSI
RUANG PRODUKSI
R.PASCA PRODUKSI
RUANG SCREENING
SHOOTING INDOOR
R.MAKE UP DAN
WARDROBE
RUANG STUDIO
RUANG PERALATAN
R.SOUND MIXING
AUDIO POST HOUSE
EDITING ROOM
commit to user
2) Area Pendidikan
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.10 Pola Hubungan Makro Area Pendidikan
3) Area Eksebisi
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.11 Pola Hubungan Makro Area Eksebisi
4) Area Komersil
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.12 Pola Hubungan Makro Area Komersil
RUANG PERALATAN
RUANG SEMINAR
RUANG KELAS
R. KOLEKSI FILM DAN PERPUSTAKAAN
RUANG PENDAFTARAN
TIKETING
TEATER TERBUKA
RUANG STUDIO
R KONFRENSI DAN WORKSHOP
RUANG PAMERAN
TIKETING
BIOSKOP
MINI BIOSKOP
R PENJUALAN DAN PENYEWAAN ALAT- ALAT FILM
CAFETARIA/RES TAURANT
commit to user
5) Area Pengelola
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.13 Pola Hubungan Makro Area Pengelola
4.1.7 Analisa Pendekatan Pemilihan Lokasi
A. Kriteria pemilihan lokasi
1. Sebagai bangunan fasilitas bagi komunitas film independen, maka bangunan berada pada distrik fasilitas seni.
2. Wadah Komunitas Film Independen berada di area pengembangan fasilitas umum.
3. Berdasarkan sasaran dan tujuan bangunan, maka menuntut spot-spot yang sering dijadikan tempat berkumpulnya generasi muda di Jakarta. Untuk menentukan pemilihan lokasi Wadah Komunitas Film Independen dilakukan pemetaan secara superimpose (pemetaan dengan meletakkan titik-titik pada peta) guna melihat lokasi yang paling sesuai dengan kriteria-kriteria diatas.
RUANG PENGAJAR
RUANG ADMINISTRASI
RUANG MAINTENANCE
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DKI Jakarta , 2010
commit to user
Berdasarkan pemetaan yang dilakukan pada peta Jakarta berdasarkan kriteria 1 yaitu berada pada fasilitas seni dan desain, daerah Cikini, Kemang, Tebet, Setu Babakan, dan Wadah Mini Indonesia Indah.
Sumber : Rencana Umum Tata Ruang Kota DKI Jakarta, Jakarta 2010
Gambar 4.15 Batasan Area DKI Jakarta berdasarkan RTRW
DKI Jakarta
Keterangan:
Area pusat perdagangan, rawan kemacetan (WP-U)
Area potensi banjir [(WP-U) & (WP-TP)]
Area pengembangan fasilitas umum berjalan (WP-B) Area pemukiman penduduk, rawan banjir (WP-TL)
Area pusat pemerintahan dan bisnis (WP-P) Area kawasan industri (WP-T)
Jalur utama transportasi kota
commit to user
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DKI Jakarta 2010
Gambar 4.16 Batasan Site Kriteria 2
Area pengembangan fasilitas umum terletak di wilayah Jakarta Selatan. Pemetaan selanjutnya pada titik-titik area pengembangan fasilitas umum di wilayah Jakarta Selatan yaitu Manggarai, Kebayoran lama, Blok M, Kemang, Pondok Indah, Fatmawati, Ragunan.
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DKI Jakarta 2010
Gambar 4.17 Batasan Site Kriteria 3
Area pengembangan fasilitas umum terletak di wilayah Jakarta Selatan. Pemetaan selanjutnya pada titik-titik area pengembangan fasilitas umum di wilayah Jakarta Selatan yaitu Manggarai, Kebayoran lama, Blok M, Kemang, Pondok Indah, Fatmawati, Ragunan.
Kesimpulan
Apabila peta-peta ditumpuk, maka titik yang terbanyak jatuh pada daerah Kemang, Kecamatan Mampang Prapatan,
commit to user
Jakarta Selatan. Daerah ini memenuhi kriteria lokasi Wadah Komunitas Film Independen
Sumber: Analisis Pribadi, 2012
Gambar 4.18 Kesimpulan Pemilihan Lokasi Site
B. Proses Pemilihan Site di Kemang.
1) Berada pada peruntukan lahan (Land-use) yang sesuai, yaitu pada peruntukan fasilitas umum
Gambar 4.19 Peruntukan Lahan Kawasan Kemang
Fungsi Wisma Wadah
Fungsi Wisma Bangunan Umum
Fungsi Komersial Fungsi Perumahan Fungsi Fasilitas
Fungsi Pemerintahan
Peruntukan lahan kawasan Kemang Sumber: Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan Tahun
2005, Pemerintah DKI Jakarta
commit to user
2) Dilalui oleh jalur arteri sebagai akses utama memasuki kawasan Kemang, dan terdapat pedestrian
Sumber: RTRWK Jakarta Selatan Tahun 2005, Pemerintah DKI Jakarta
Gambar 4.20 Jalur-jalur pedestrian yang sudah ada dan yang saat
ini sedang dikembangkan
3) Dikelilingi oleh kegiatan pendukung (activity support) yang mampu mendorong adanya kegiatan publik
Kawasan berpotensi sebagai site, dilalui oleh jalan utama yang berfungsi sebagai akses utama
menuju kawasan Kemang, yaitu Jl. Kemang Raya. Sudah ada jalur pedestrian
commit to user
Gambar 4.21 Analisa Activity Support sebagai penunjang site
perencanaan
4) Ketersediaan lahan dan kemungkinan pengembangannya
Sumber: RRTRWK Jakarta Selatan Tahun 2005, Pemerintah DKI Jakarta
Gambar 4.22 Ketersediaan lahan dan kemungkinan
pengembangannya
Maka atas dasar filtering di atas ditentukan tapak yang terpilih adalah lahan terbuka yang terletak pada jalan arteri utama Jl. Kemang Raya, yang merupakan bagian dari daerah simpul fasilitas umum terkemuka yang berhubungan dengan kegiatan seni dan pendukungnya.
Sumber : Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.23 Penentuan Site Perencanaan
commit to user
Tabel intensitas ruang lokasi perencanaan
Sumber: LRK Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan Perkiraan perhitungan intensitas area terbangun berdasarkan
LRK diatas: Luas Site Perencanaan 16086,5 m 2
- Luas lantai dasar yang boleh terbangun: KDB x Luas Lahan
· 50% x 16086,5 m 2 = 8043,25 m 2
- Luas total lantai yang boleh terbangun: KLB x Luas Lahan
· 20250 m 2 = 38607,6 m 2 · Tinggi lantai = 4 lantai.
Sumber: Perhitungan Penulis
Gambar 4.24 Gambar Perkiraan perhitungan intensitas
area terbangun
4.2 Analisa Perancangan
4.2.1 Analisa Penerapan Karakter Film Pada Wadah Komunitas
Film Independen
Penerapan karakter film ini menjadi konsep dasar dalam
perancangan dan perencanaan Wadah Komunitas Film
Independen. Dalam hal ini pencitraan visual diharapkan dapat
3. Jumlah Lantai
Maksimal bertingkat 2- 4 Lantai
4. Jenis bangunan
Bangunan Tunggal
8043,25 m 2
Luas total lantai 38607,6 m 2
commit to user
mengekspresikan unsur-unsur dari karakteristik film sehingga mendapatkan, peran, kesan, serta bentuk bangunan Wadah Komunitas Film Independen sesuai dengan pencitraan guna bangunan Wadah Komunitas Film Independen itu sendiri, dengan kata lain dapat terkomunikasikan dengan baik. Dalam diagram
berikut ini bisa dilihat hubungan antara karakter film dengan rancangan arsitektural.
Sumber :Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.25 Diagram hubungan karakter film dengan rancangan
arsitektural
KARAKTER FILM
PENERAPAN ARSITEKTURAL
Ilusi/kepalsuan
·Menggunakan secondary skin ·Definisi dinding dikaburkan (Andre
Bazin)
Kokoh dalam ide cerita
·Menggunakan struktur dan material yang mendukung
Dinamis
·Penggunaan unsur-unsur lingkaran untuk elemen ruang dalam dan luar bangunan
·Analogi dinamis sebagai analisa pengolahan gubahan massa
Komunikasi yang searah
·Menganalogikan bangunan sebagai layar kaca dan yang melihat bangunan itu sebagai penonton dimana terlihat aktifitas didalam bangunan dan menarik orang untuk
datang (bangunan sebagai frame)
Kegiatan kreatif dan
edukatif
·Penempatan
unsur-unsur ruang menurut arah keliling lingkaran (DK Ching)
·Permainan lantai dapat mewujudkan suasana aktif (Ashihara)
commit to user
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.26 Analogi Film yang Dinamis
A. menggunakan material kaca atau secondary skin guna menyamarkan dinding sebagai perwujudan karakter kepalsuan dalam film.
commit to user
Gambar 4.27 Contoh penerapan material kaca sebagai
secondary skin
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.28 Penerapan karakter film pada bangunan
B. Menerapkan permainan garis pada tampilan luar bangunan mencitrakan karakteristik film yang aktif serta kebebasan dalam berekspresi. Menerapkan permainan garis pada tampilan luar bangunan mencitrakan karakteristik film yang aktif serta kebebasan dalam berekspresi.
Gambar 4.29 Archipelago Arena karya URBANE
Archipelago Arena karya URBANE dengan permainan garis pada tampak, mengesankan bangunan seolah aktif bergerak seperti karakter olahraga.
Sumber: www.google.co.id/archipelago/senay an.
commit to user
a) Gubahan Massa.
Desain direncanakan dengan 1 massa bangunan. Dimana terdapat pembagian zona pada sirkulasi dalam bangunan.
b) Orientasi Bangunan. Berdasarkan dengan tujuan dan sasaran dari Wadah Komunitas Film Independen orientasi bangunan akan menghadap kearah yang paling ramai, yaitu menghadap jalan utama dari site guna menangkap masa sebanyak mungkin. Serta karakter dari komunitas film independen yang cenderung terbuka pada orang lain.
C. Penerapan Karakter Film Pada Ruang Dalam
a) Layout ruang. Penataan ruang-ruang yang kegiatannya dianggap dapat bersinergi atau berkesinambungan dapat dijadikan dalam satu wadah/ruang yang multifungsi sesuai dengan perimeter pembentuk ruang semi formal. Dalam Wadah Komunitas Film Independen ini kegiatan
yang dapat dijadikan dalam satu wadah yang berkesinambungan adalah ruang seminar, ruang workshop, dan ruang pameran film.
Gambar 4.30 Ruang Multifungsi
b) Permainan bidang lantai. Disebutkan oleh Ashihara bahwa perubahan dan pergantian secara kontinyu dalam irama, tekstur dan tinggi permukaan
Ruang seminar
Ruang workshop
Pada area selasarnya dapat menjadi ruang pameran film
Sumber: www.archithings.com
commit to user
lantai akan dapat membuat suasana menjadi lebih meriah dan hidup dan sesuai untuk karakter aktif dalam film (rekreatif) serta membuat suasana tidak monoton.
sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.31 Sketsa penerapan split level
4.2.2 Analisa Pendekatan Pengolahan Tapak
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.32 Eksisting Site (belum sesuai dengan skala
sebenarnya)
SITE
commit to user
4.2.3 Analisa Pendekatan Pada Pencapaian dan Sirkulasi
Tujuan dari analisa ini adalah untuk mendapatkan akses baik masuk maupun keluar pada tapak, serta jalan masuk utama (ME) maupun jalan masuk service (SE) sesuai dengan fungsi dan pemanfaatan kondisi sekitar. Dasar Pertimbangan
1) Kondisi, potensi dan pola sirkulasi jalan di sekitar site
2) Aspek aksesibilitas ke dalam dan keluar tapak bagi kendaraan dan pejalan kaki.
3) ME
· Mudah dikenali dan dicapai pengunjung · Dekat dengan spot-spot tempat generasi muda. · Mudah dicapai dari jalan utama · Arah kedatangan dan keluar pengunjung dari jalan
utama · Kelancaran lalu lintas tanpa ada gangguan dengan
kegiatan sirkulasi · Aktivitas disekitar site
4) SE
· Kegiatan yang terjadi tidak mengganggu pengunjung · Mendukung fungsi kegiatan bagi pengelola karyawan
dan servis.
Dalam pertimbangan pencapaian, menggunakan 2 alternatif, yaitu :
commit to user
Gambar 4.33 Perbandingan Dua Alternatif Site
Penilaian proses pencapaian dapat terlihat dari tabel sebagai berikut :
Tabel 4.14 Tabel Penilaian ME dan SE
Keterangan Bobot
Keterangan Nilai
2 : Menentukan
3 : Sangat Baik
1 : Kurang Menentukan
2 : Baik 1 : Kurang Baik
KETERANGAN : ME SE
Alternatif 1
Alternatif 1 · ME berada pada JL.Kemang Raya
yg merupakan jalan utama (15m) · ME berada pada peralihan 2 jalan
utama dan jalan merupakan arus searah
· SE berada pada JL Kemang 1 juga
merupakan jalan utama (15m) · SE terletak pada jalan satu arah
Alternatif 2 · ME berada pada JL.Kemang 1 yg
juga merupakan jalan utama.(15m)
· ME berada pada jalan arus searah · SE berada pada JL Kemang 2 yg
merupakan jalan lingkungan (6m) · SE terletak pada jalan satu arah
Alternatif 2
Kriteria
Bobot Alternatif
Mudah dikenali dan dicapai pengunjung Dekat dengan spot-spot tempat generasi muda Arah kedatangan pengunjung dari jalan utama Kelancaran lalu lintas tanpa ada gangguan dengan kegiatan sirkulasi Kegiatan yang terjadi tidak menggangu kegiatan pengunjung Mendukung fungsi kegiatan bagi pengelola/karyawan dan servis
16 11
commit to user
4.2.4 Analisa Pendekatan Pada View dan Orientasi
Tujuan dari analisa ini adalah untuk menentukan arah orientasi bangunan yang terbaik sehingga mendapatkan view yang menarik bagi orang-orang yang melintasi Wadah Komunitas Film Independen (view to site) sehingga dapat menarik masa untuk datang. Dasar pertimbangan:
1. Bangunan menghadap ke arah Main Entrance guna menarik massa dan sesuai dengan karakter dari komunitas film independen yang terbuka pada masyarakat luas.
2. View to site: bangunan nantinya dapat menjadi view yang bisa dilihat dari arah barat, selatan, dan dari arah utara saat terdapat kegiatan yang berlangsung didalamnya sehingga orang tertarik untuk melihat, menyaksikan serta ikut serta didalamnya.
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.34 Analisa Pendekatan Pada View dan Orientasi
commit to user
Kesimpulan
ü View To Site
Dari arah Jl Kemang Raya menuju Jl. Kemang 1 memiliki sudut pandang perspektif (viewpoint) yang cukup luas bagi orang yang melintasi jalan. Tingkat keleluasan view ke site cukup besar.
Penekanan pengolahan massa agar dapat menarik perhatian harus terlihat mulai dari arah Jl Bangka menuju Jl Kemang Raya karena hampir keseluruhan site terlihat dari sisi ini. Area ini memiliki nilai ekspose tinggi.
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.35 Kesimpulan View To Site (1)
SITE
SITE
commit to user
Sumber: Analisis Penulis, 2012 Gambar 4.36 Kesimpulan View To Site (2)
ü Orientasi Bangunan
Orientasi bangunan menghadap ke Jl.Kemang Raya dimana Jl.kemang Raya merupakan jalan utama dan bangunan dapat diakses langsung dari jalan tersebut diharapkan juga dapat menarik masa sesuai dengan karakter komunitas film independen yang terbuka
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.37 Kesimpulan Orientasi Bangunan
Arah pandang
Arah pandang
Massa yang akan menjadi titik ekspose pada posisi dimana massa dapat terlihat dari jalan utama
Penekanan pengolahan tampilan bangunan pada perspektif arah pandang ke bangunan guna menarik perhatian masa
commit to user
4.2.5 Analisa Noise
Analisa tingkat kebisingan (noise) bertujuan untuk mengetahui efek kebisingan yang ditimbulkan dari area Wadah Komunitas Film Independen berhubungan dengan adanya teater terbuka yang direncanakan sebagai ajang promosi terbuka film independen untuk publik dan juga untuk menganalisa kebisingan dari luar site. Dasar pertimbangannya adalah:
1. Mempertimbangkan area disekitar site yang menuntut ketenangan seperti hotel, apartemen, dan restaurant.
2. Mempertimbangkan letak site yang berada pada jalan utama dengan lalu lintas yang cenderung padat menimbulkan polusi suara.
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.38 Analisis Kebisingan dari Luar Site
Noise dari luar site:
1) Pada Jl.Kemang 2 dan batas barat site memiliki noise terendah.
2) Jl Kemang Raya memiliki noise tertinggi karena merupakan jalan utama.
3) Jl Kemang 1 memiliki noise yang cukup tinggi.
commit to user
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.39 Analisis Kebisingan dari Dalam Site
Noise dari dalam site: Area teater terbuka direncanakan berada didekat main entrance. Noise yang ditimbulkan dari teater terbuka kemungkinan berdampak pada bangunan hotel dan apartemen, restaurant Mc Donald yg terletak bersebelahan dengan site dan toko buku pada utara site.
Respon:
Memberi jarak antara area teater terbuka dan tepi jalan serta memberi vegetasi sebagai buffer suara.
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.40 Respon Analisis Kebisingan
Teater terbuka ME
Memberi jarak antara area teater dengan jalanan
Memberi vegetasi di sekeliling area teater terbuka
guna mereduksi suara yang
dihasilkan
commit to user
4.2.6 Zonifikasi Site
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.41 Hirearki ruang
Keterangan
1. Zonifikasi Berdasarkan Pencapaian dan Sirkulasi
Identifikasi zonifikasi berdasarkan kemudahan akses dianalisa melalui akses ME dan SE serta efisiensi kedua akses tersebut dalam menunjang kegiatan yang dilaksanakan dalam Wadah Komunitas Film Independen yang direncanakan. Berdasarkan akses ME maka zonifikasi kegiatan utama dan pendukung fasilitas dibagi menjadi:
Sumber: Analisis Pribadi
Gambar 4.42 Zonifikasi Berdasarkan Pencapaian dan Sirkulasi
AREA PENGELOLA
AREA EKSEBISI
AREA PENDIDIKAN
AREA KOMERSIL
AREA PRODUKSI
Kegiatan Produksi (Zona Semi Publik)
Kegiatan Pendidikan (Zona Semi Publik) Kegiatan Komersil (Zona Publik) dan kegiatan
pengelola (Zona Privat)
Zona Kreatif
Zona Edukatif
Zona Komersil dan penunjang
commit to user
2. Zonifikasi Berdasarkan View dan Orientasi
Identifikasi zonifikasi berdasarkan view dan orientasi menentukan perletakkan bangunan agar memberikan view to site yang dapat menjadi daya tarik orang untuk datang berdasarkan sisi arah pandang yang paling luas. Pada zona sisi tersebut akan menjadi area ekspose untuk bangunan. Berdasarkan view dan orientasi maka zonifikasi dibagi menjadi:
Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.43 Zonifikasi Berdasarkan View dan Orientasi
Arah pandang
Arah pandang
Arah pandang
Arah pandang
Area ekspose bangunan
Memusatkan view to site pada pusat area kegiatan, yaitu kegiatan eksebisi/zona kreatif
Area kreatif berada di jangkauan arah pandang dari kedua jalan utama
commit to user
3. Zonifikasi Berdasarkan Noise
Tujuan analisa yaitu untuk menentukan zonifikasi tapak berdasarkan analisa kebisingan (noise) dari dalam site terutama dari area teater terbuka/zona publik. Berdasarkan analisa noise maka didapatkan zonifikasi sebagai berikut:
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.44 Zonifikasi Berdasarkan Noise
Area
teater
Daerah bebas bangunan dimanfaatkan
sebagai sirkulasi dan area hijau
Area fungsi bangunan
Teater terbuka/layar tancap, termasuk dalam zona publik
commit to user
4. Zonifikasi Akhir
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.45 Zonifikasi Akhir
4.2.7 Analisa Pendekatan Konsep Bangunan
1. Massa
a) Penentuan Jumlah Massa Dasar pertimbangan:
· Jumlah unit-unit fasilitas kegiatan · Hubungan/organisasi ruang, serta efisiensi pelaksanaan
kegiatan dan sirkulasi · Pembagian zoning pada tapak Berdasarkan fungsi dan efisiensi kegiatan, maka hubungan
ruang ditentukan sebagai berikut:
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.46 Pola Hubungan Ruang Makro
AREA PENGELOLA
AREA EKSEBISI
AREA PENDIDIKAN
AREA KOMERSIL
AREA PRODUKSI
commit to user
Maka sebagai hasilnya desain direncanakan dengan massa tunggal. Sementara jumlah lantai ditentukan menurut peraturan KDB dan KLB yang berlaku pada lokasi perencanaan.
Tabel 4.15
Tabel perhitungan ruang lokasi perencanaan
sumber:RTRWK Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
Menurut ketentuan intensitas ruang pada wilayah site perencanaan, maka ketinggian bangunan direncanakan berlantai banyak/bertingkat, maksimal 4 lantai.
a. Penentuan Gubahan Massa Gubahan bentuk massa ditentukan melalui penerapan karakter film pada perencanaan bangunan (dalam hal ini dimetaforakan filosofi hubungan antara karakteristik film dan rancangan arsitektural) dan kemudian diterjemahkan kedalam bentuk.
No
Data
Data dan Peraturan
Perhitungan
1 Luas daerah terbangun
§ KDB = 50% § Luas
tapak
16086,5 m 2
L = 50% x 16086,5 = 8043,25 m 2
2 Jumlah lantai
§ KLB = maks 2,4 § Total luas ruang =
9710,18 m 2
L = 2,4 x 9710,18 = 23304,43 m 2 > 9710,18 m 2 = 3-4 lantai
commit to user
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.47 Diagram hubungan antara karakteristik film dan
rancangan arsitektural
Konsep penerapan karakter film pada bangunan diwujudkan dengan mengolah masing-masing zona yaitu zona kreatif (area produksi dan area eksebisi), zona edukatif (area pendidikan), serta zona komersil dan penunjang. Pengolahan massa akan ditekankan pada zona kreatif dimana ada area eksebisi didalamnya yang merupakan area pusat kegiatan dan menjadi zona ekspose bangunan,
KARAKTER FILM PENERAPAN ARSITEKTURAL
Ilusi/kepalsuan
·Menggunakan secondary skin ·Definisi dinding dikaburkan (Andre
Bazin)
Kokoh dalam ide cerita ·Menggunakan struktur dan material
yang mendukung Dinamis
·Penggunaan unsur-unsur lingkaran untuk elemen ruang dalam dan luar bangunan
·Analogi dinamis sebagai analisa pengolahan gubahan massa
Komunikasi yang searah ·Menganalogikan bangunan sebagai layar kaca dan yang melihat bangunan itu sebagai penonton
dimana terlihat aktifitas didalam bangunan dan menarik orang untuk datang (bangunan sebagai frame)
Kegiatan kreatif dan
edukatif
·Penempatan
unsur-unsur ruang menurut arah keliling lingkaran (DK Ching)
·Permainan
lantai dapat
mewujudkan
suasana aktif
(Ashihara)
commit to user
Gubahan massa teater terbuka
Gambar 4.48 Gubahan massa teater terbuka
Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.49 Konsep gubahan massa Wadah Komunitas Film
Independen
b) Pola Letak Tata Massa Bangunan Pada Tapak Dasar Pertimbangan:
· Efisiensi pelaksanaan kegiatan dan pola sirkulasi pada
tapak · Penempatan dan pengaturan massa bangunan pada tapak dengan menggunakan grid-grid sebagai alat bantu
“framing” dalam film mengibaratkan bangunan sebagai media layar kaca
Dengan framing pada bangunan viewpoint tampak jelas dan menjadikan komunikasi satu arah seperti karakter film
Dinding “dikaburkan” dengan menggunakan material kaca
commit to user
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.50 Pola Letak Tata Massa Bangunan Pada Tapak
2. Penataan Sirkulasi Ruang
Penataan Layout ruang atau denah mempertimbangkan hubungan antar fungsi ruangan. Pada Wadah Komunitas Film Independen ini setiap fungsi dari dalam bangunan saling dihubungkan dengan plaza dan pedestrian agar tetap saling berhubungan. Untuk sirkulasi dalam bangunan, tiap zona dihubungkan dengan foyer.
Gambar 4.51 Analisa sirkulasi dalam bangunan pada Wadah Komunitas Film Independen
commit to user
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.52 Analisa sirkulasi antar fungsi pada Wadah Komunitas Film Independen
3. Bahan Bangunan
Pemilihan material ini terkait dengan karakter dari film yang memiliki unsur dinamis, kokoh dalam ide cerita (idealis), dan komunitas film independen yang hangat dan terbuka (informal). Pemilihan material seperti beton dan kaca menjadi opsi untuk material Wadah Komunitas Film Independen.
4. Konsep “Layar Tancap” pada Wadah Komunitas Film Independen
Salah satu fasilitas yang ada pada Wadah Komunitas Film Independen adalah sinema di ruang terbuka, di Jakarta sering disebut dengan “layar tancap”. Sebagai salah satu cara
commit to user
untuk mengenalkan film independen ke masyarakat adalah dengan memberikan cara menonton alternatif dan spot layar tancap diharapkan dapat mengundang animo masyarakat untuk menonton film independen.
Pada teater terbuka Wadah Komunitas Film Independen ini tidak memiliki layar permanen, teknologi open air cinema
yang sedang menjadi tren di Amerika diadaptasi untuk teater terbuka ini. Layar yang bisa dipompa dan dilipat ini memungkinkan maintenance yang lebih mudah. Serta penggunaan wireless speaker yang ditempatkan di dekat bangku penonton di beberapa titik memungkinkan kenyamanan akustik bagi para penonton serta menambah estetika dengan bentuknya yang menyerupai batu.
Sumber: http://www.openaircinema.au
Gambar 4.53 Jenis layar yang akan digunakan pada area teeater
terbuka
4.2.8 Analisa Struktur Bangunan
Struktur bangunan Wadah Komunitas Film Independen akan disesuaikan dengan konsep bangunan dengan penerapan karakter film. Analisa pemilihan struktur yang sesuai dengan pendekatan konsep bangunan tersebut diantaranya:
commit to user
1. Sub Struktur
a) Sumuran Mendukung bangunan berlantai 3 keatas, dapat digunakan pada berbagai jenis tanah, dimensi yang besar dan banyak membuang tanah galian.
Gambar 4.54 Pondasi Sumuran
b) Tiang Pancang Penggunaan pondasi tiang pancang merupakan pondasi yang banyak digunakan untuk pembangunan gedung berlantai banyak seperti Apartment, Kondominium, Rent Office dan sebagainya. Berikut contoh pondasi tiang pancang.
Gambar 4.55 Tiang Pancang
commit to user
a) Rangka/Frame · Struktur rangka memadukan konstruksi antara kolom
sebagai unsur vertikal yang berfungsi menyalurkan gaya beban menuju ke tanah, dan balok sebagai unsur horizontal yang memegang dan membagi gaya ke kolom.
· Mudah diterapkan ke semua jenis bangunan. · Dapat di kombinasi dengan sistem lain. · Mudah dalam penampilan berbagai bentuk. · Mudah dalam pelaksanaan.
b) Shear wall · Ketinggian bangunan relatif terbatas · Dapat dikembangkan menjadi sistem core wall
· Mudah dalam pelaksanaan dan relatif ekonomis. · Memungkinkan bentuk-bentuk yang lebih atraktif.
c) Upper Struktur Untuk struktur atap terdapat beberapa alternatif struktur, yaitu: · Struktur rangka baja
Bentangan relatif besar, kemungkinan variasi bentuk atap lebih luas.
· Struktur kabel
Dapat menahan atap dengan bentangan besar. · Struktur beton bertulang
Bentangan besar dan kemungkinan variasi bentuk atap cukup luas.
· Space frame
Bentangan relatif besar, kemungkinan variasi bentuk atap lebih luas.
· Struktur rangka kayu
Bentangan relatif kecil dan variasi bentuk terbatas
commit to user
Pada area teater terbuka menggunakan kombinasi antara struktur kabel dan frame dengan penutup membran. Hal ini bertujuan untuk memberikan bentuk yang berbeda atau sebagai point of interest pada bangunan Wadah Komunitas Film Independen
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.56 Aplikasi struktur space frame, struktur membran, dan struktur kabel pada area teater terbuka
4.2.9 Analisa Utilitas Bangunan
1. Sistem Air Bersih
Kebutuhan air bersih dalam kawasan digunakan untuk :
· Kolam buatan · Lavatory · Aktivitas servis serta pemeliharaan bangunan dan area hijau
binaan
commit to user
Sumber air yang digunakan adalah Sumur dalam/deep well sebagai sumber utama dan air dari PDAM sebagai cadangan, dengan pertimbangan suplai air dapat disesuaikan terhadap kebutuhan. Jaringan distribusi menggunakan sistem Down Feed Distribution , dimana air tanah tidak terus-menerus
dipompa ke atas (seperti pada Up Feed Distribution), tetapi ditampung dalam tangki-tangki air yang diletakkan pada beberapa menara kemudian didistribusikan. Keuntungan menggunakan sistem ini adalah mampu memperhitungkan jangkauan distribusi dengan membagi area pelayaran terhadap luasan tapak. Sistem ini digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.57 Alur Sistem Air Bersih
Diasumsikan jumlah pengunjung dan pengelola pada jam-jam sibuk adalah 1000 orang. Kebutuhan air diperkirakan hanya 10%, maka bila tiap orang membutuhkan 10 liter air, air bersih
yang dibutuhkan yaitu 10 lt x 1000 = 10.000 lt = 10 m 3 air. Maka kapasitas water tank yang dibutuhkan yaitu + 10 m 3 =2
m x 2 m x 2,5 m.
2. Sistem Drainase
Jaringan drainase ini meliputi jaringan pembuangan air kotor dan air hujan. Sumber air kotor berasal dari WC, kantin, café, restoran dan kegiatan servis. Pembuangan air kotor dan air hujan disalurkan langsung menuju sumur resapan.
Sumur pompa
Pomp
Water treatment
PDAM
Ground Reservoir
Pompa
Water tank
Distribusi seluruh tapak
commit to user
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.58 Alur Sistem Drainase
Diasumsikan pembuangan air rata-rata: 25 lt / orang = 0,025 m 3 / orang. Jumlah pemakai diperhitungkan kira-kira + 200 orang. Sehingga jumlah air kotor = 200 x 0,025 m 3 =
5 m 3 . Dengan waktu pembusukan 3 hari, maka volume septitank = 3 x 5 m 3 = 15 m 3 . Dimensi bak = 3 m x 5 m x
1m.
3. Sistem Jaringan Listrik
Dua jenis sumber tenaga listrik yang dapat digunakan yaitu listrik PLN dan listrik dari generator. Kriterianya antara lain:
1. Efisiensi operasional / perawatan sangat dibutuhkan sehingga penting untuk dibuat struktur pembagian sehingga dapat tercapai kemudahan operasional dan perawatan
2. Atas dasar pertimbangan keamanan, banyak hal yang perlu diperhatikan seperti penempatan jaringan terpisah, penempatan jaringan pipa tanpa mengganggu konstruksi dan penempatan ruang yang rawan kebakaran terpisah dari ruang lain
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.59 Alur Sistem Jaringan Listrik
Air kotor (limbah dari WC,
pantry, dapur dan
Kotoran cair
Kotoran padat
Bak pengolahan
limbah Septitank
Sumur resapan
PLN
Gardu distribusi
Genset switch
Sekering
utama
Panel distribusi
Panel cabang
Distribusi
commit to user
4. Sistem Komunikasi
a. Sistem komunikasi didalam tanpa akses keluar kompleks menggunakan intercom, PABX (Public Automatic Branch Machine) dan CTV Monitor (Close Circuit Television).
b.Sistem komunikasi dari / keluar lokasi Wadah Komunitas Film Independen menggunakan layanan line telepon PT. Telkom.
c. Keterjangkauan lokasi menggunakan komunikasi wireless dimaksudkan agar hubungan komunikasi dapat digunakan peralatan teknologi wireless.
d.Jaringan LAN, terhubung dengan server yang terkoneksi ke
internet.
5. Sistem Fire Protection
Dasar pertimbangan:
1. Keamanan penghuni, bangunan dan isi bangunan, terutama karya film indie dan peralatan
2. Efisiensi dan kemudahan penggunaan, agar semua orang dapat melakukan tindakan pengamanan
Sistem keamanan terhadap bahaya kebakaran yang digunakan terdiri dari Sistem Alarm Kebakaran dan Sistem Pemadam Kebakaran, kedua jenis sistem ini ditempatkan secara merata di ruang-ruang dalam, seperti ruang bioskop, ruang studio, ruang pengelola dan ruang-ruang servis yang membutuhkan pengamanan terhadap bahaya api.
a. Sistem Alarm Kebakaran terdiri atas: · Otomatis
- Smoke Detector, alat sensor terhadap timbulnya
asap yang berlebihan - Thermal
Control ,
alat
sensor terhadap
panas/peningkatan kondisi suhu
commit to user
· Manual
Menggunakan alat push bottom box, dengan cara menekan tombol yang ada pada setiap ruangan bila terjadi kebakaran.
b. Sistem Pemadam Kebakaran terdiri atas: · Hydrant box, menggunakan jaringan pipa bertekanan
tinggi yang disambungkan dengan selang. · Sprinkler gas, digunakan untuk menganggulangi kebakaran pada ruang-ruang yang memakai peralatan
elektronik. · Fire extinguisher, merupakan tabung karbondioksida
portable untuk memadamkan api secara manual oleh manusia. Ditempatkan pada daerah-daerah strategis agar mudah dijangkau dan dikenali serta ruangan- ruangan yang memiliki resiko kebakaran tinggi.
6. Sistem Penghawaan Alami dan Buatan
a. Pertimbangan Penghawaan Alami Untuk mendukung adanya hemat energi, maka penghawaan alami diusahakan penggunaannya pada fasilitas Wadah Komunitas Film Independen yang direncanakan. Penggunaan penghawaan alami yang utama dilakukan pada area servis, café, restoran, dan ruang studio pada saat tidak aktif.
b. Pertimbangan Penghawaan Buatan Fasilitas yang membutuhkan penghawaan buatan adalah ruang biskop, ruang workshop, ruang diskusi, ruang seminar, perpustakaan, ruangproduksi dan pasca produksi, ruang pengelola, dan ruang kelas. Dalam kondisi ini tiap ruang tidak selalu digunakan bersama-sama, sehingga pengatur AC ditempatkan dalam
commit to user
tiap ruang dan dinyalakan sesuai keperluan sehingga menghemat biaya dan energi.
7. Sistem Pencahayaan Alami dan Buatan
a. Pencahayaan Alami Pencahayaan alami ini dari samping dihasilkan melalui
bukaan dinding, baik berupa bukaan biasa (dengan berbagai bentuk, ukuran, dan internal) maupun melalui bukaan menerus. Bukaan semacam ini memberi pencahayaan yang baik pada tengah ruang maupun pada dinding selebihnya ruang tersebut. Di samping itu bukaan ini memungkinkan pemandangan ke arah luar yang akan memberikan penyegaran pada pemakai.
b. Pencahayaan Buatan Dewasa ini pencahayaan yang seragam cenderung ditinggalkan untuk memberi penekanan cahaya pada kualitas ruang tertentu, obyek, ataupun menambah kesan pada bagian yang diharapkan. Jenis penerangan yang digunakan:
· Fluoresence
Digunakan pada ruang-ruang yang menuntut kuat penerangan tinggi. Sehingga dipilih fluoresence jenis daylight atau white deluxe dengan berbagai kuat penerangan sesuai dengan kebutuhan, seperti hall dengan 200 lux
· Lampu Pijar
Digunakan pada ruang-ruang yang menuntut kuat penerangan sedang, seperti lavatory, mini pantry dan ruang penjaga.
· Special Lighting (Spotlight, Armatur Arcilite) Digunakan untuk memberi penerangan khusus pada
objek-objek pamer baik indoor maupun outdoor, serta
commit to user
untuk menciptakan suasana khusus pada beberapa area yang dibutuhkan, seperti misalnya pada teater terbuka dan wadah.
8. Sistem Penangkal Petir
Dengan melihat keunggulan atau kelebihan dari masing– masing sistem, maka untuk pengamanan bangunan dari bahaya petir pada Bangunan Wadah Komunitas Film Independen ini diterapkan system System Franklin Merupakan suatu tongkat logam beaka dengan puncak penghantar listrik yang baik dan dihubungkan dengan suatu plat atau pipa logam yang ditanam di dalam tanah. Tongkat itu diletakan di atas bangunan dan dibuat sepanjang mungkin.
commit to user
V-1