WADAH KOMUNITAS FILM INDEPENDEN DI JAKARTA YANG DIRENCANAKAN

BAB III WADAH KOMUNITAS FILM INDEPENDEN DI JAKARTA YANG DIRENCANAKAN

3.1 Perspektif Jakarta

Jakarta merupakan kota megapolitan dimana semua ras, budaya, adat dan tradisi yang berbeda-beda dapat ditemukan disetiap sudut

kotanya. Sebagai ibu kota negara, Jakarta dipenuhi dengan segala fasilitas yang dibutuhkan penduduknya. Kota Jakarta yang dibagi dalam lima kotamadya. Yaitu Timur, Barat, Selatan, Utara, dan Pusat.

Kota Jakarta berada di dataran rendah pantai utara Pulau Jawa di bagian barat, dengan luas wilayah sebesar ± 650 km2 atau 65.000 Ha, termasuk wilayah daratan Kepulauan Seribu yang tersebar di teluk Jakarta. Wilayah Jakarta terletak pada :

106°22’42” BT - 106°58’18” BT -5°19’12” LS - -6°23’54” LS

Sumber : www.tatakotajakartaku.net

Gambar 3.1 (a), (b) Peta Jakarta

Wilayah Jakarta dilewati oleh ±10 sungai, baik alami maupun buatan yang sangat penting sumbangann ya bagi kehidupan dan penghidupan kota. Batas wilayah kota Jakarta adalah :

(a)

(b)

commit to user

Ø Sebelah utara

: Laut Jawa.

Ø Sebelah selatan : Kabupaten Bogor dan wilayah Depok. Ø Sebelah timur : Kabupaten dan kotamadya Bekasi. Ø Sebelah barat

: Kabupaten dan Kotamadya Tangerang. Pusat pemerintahan dan perekonomian ditempatkan di kota ini

sehingga banyaknya peluang kerja lebih banyak dibanding kota lainnya. Karena sifatnya yang megapolitan, kota Jakarta lebih menerima perbedaan dalam berbagai aspek. Banyaknya segala jenis pekerjaan dan kegiatan menimbulkan banyaknya komunitas yang berbeda. Penentuan Jakarta sebagai lokasi site diambil dari banyak pertimbangan yang diperoleh dari berbagai sumber data yang berhubungan dengan user bangunan yaitu komunitas film independen yang ada di Jakarta.

3.2 Komunitas Film Independen di Jakarta

Banyak komunitas perfilman indie di Jakarta yang masih berdiri sendiri- sendiri. Beberapa diantaranya yang sudah terdata adalah:

Tabel 3.1 Komunitas Film Indie di Jakarta

KOMUNITAS FILM

1. Boemboe 2. Forum Filmmaker Pelajar Jakarta 3. Forum Lenteng 4. Kineforum 5. Klub Kajian Film DKJ 6. Konfiden 7. Kultur Visual 8. Komka UIN Syarif Hidaytullah 9. Ruang Rupa

10. Bioskop Merdeka 11. Komunitas Film Jeruk Purut 12. Bioskop Merdeka 13. Kultur Visual 14. Sinema Kopi Hitam 15. JCM Kineklub UIN 16. Sinema Adikara

Sumber : http://www.in-docs.org

Komunitas film di Indonesia sejauh ini merupakan wadah bagi kelompok penggiat film dalam tataran sebagai ruang ekspresi dan berkreasi melalui media film. Bisa pula sebagai ruang workshop atau pembelajaran untuk memasuki wilayah industri perfilman yang ada. Komunitas film ada ribuan

commit to user

jumlahnya, tersebar sejak dari Jakarta sampai di kota-kota di kecamatan. Akan tetapi banyak komunitas film di Indonesia mati atau bubar karena tidak ada yang peduli. Kurang memperoleh dukungan dan perhatian dari pemerintah. Komunitas film berperan penting karena menghidupkan sinema Indonesia.

3.2.1 Kegiatan Komunitas Film Independen

Kegiatan perfilman indie di jakarta yang sering dilakukan adalah screening dan diskusi film-film indie indonesia dan internasional. Karena jalur distribusi yang resmi bagi publik umum (bioskop) belum bisa digunakan film pendek, sebab format pemutarannya berupa film 35 mm, hadir ‘bioskop alternatif’ yang digunakan untuk pemutaran film-film pendek seperti Kineforum di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Kegiatan lain dari komunitas film independen adalah mengikuti festival-festival film baik skala nasional maupun internasional serta temu komunitas. Berangkat dari semangat kebersamaan dan persaudaraan yang telah terjalin antar komunitas maka temu komunitas menjadi sebuah agenda penting untuk menguatkan jejaring komunitas film dan menjadi sebuah media untuk berbagi wacana untuk kemajuan perkembangan film.

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011

Gambar 3.2 Kegiatan Perfilman Indie di Jakarta

commit to user

Festival Film Independen di Indonesia yang secara rutin diadakan untuk menjadi sebuah barometer perkembangan film independen diantaranya adalah:

A. Pesta Sinema Indonesia (PSI) – Purwokerto

Acara yang dimotori oleh komunitas budaya Youth Power ini berlangsung setiap bulan Juni sejak tahun 2001. Acara

ini menjadi salah satu kegiatan rutin komunitas ini.

B. Festival Film Dokumenter (FFD) – Jogjakarta

FFD berlangsung setiap bulan Desember sejak tahun 2002 dan mengkhususkan diri pada film dokumenter baik film dalam negeri maupun luar negeri. Festival yang diselenggarakan oleh Komunitas Film Dokumenter ini mempunyai program pemutaran, diskusi, klinik film dan workshop dokumenter. Selama penyelenggaraannya, Kompetisi FFD telah diikuti lebih dari 300 filmmaker dari seluruh Indonesia.

Sumber:http://www.google.com

Gambar 3.3 Festival Film Dokumenter (FFD) – Jogjakarta

C. Q-Film Festival (QFF) – Jakarta

Festival non-kompetisi ini diselenggarakan oleh Q-munity sejak tahun 2002. QFF dapat disebut sebagai festival film pertama di Indonesia dengan tema khusus Gay, Lesbian,

commit to user

dan AIDS. Lingkup pemutaran filmnya juga mencakup skala nasional dan internasional.

D. Hello;Fest – Jakarta

Hello Fest Motion Art Festival yang diadakan oleh Hello;Motion sejak tahun 2004 mengkhususkan diri pada

film pendek dan animasi. Hello;Motion merupakan sekolah animasi dan film dibilangan Jakarta Selatan. Festival ini rutin diadakan setiap tahunnya dan terbuka untuk umum.

Sumber: http://www.hellomotion.id

Gambar 3.4 Hello;Fest – Jakarta

E. Boemboe Forum – Teater Utan Kayu – Jakarta

Forum film pendek dari Boemboe ini mempresentasikan dan mendiskusikan hanya 6 hingga 8 film terpilih dari berbagai kota di Pulau Jawa dan akan dihadiri oleh pembuat film yang bersangkutan serta publik pencinta film pendek.

Sumber: http://www.rumahsinema.com

Gambar 3.5 Boemboe Forum – Teater Utan Kayu, Jakarta

commit to user

F. Festival Film Animasi Indonesia – Jakarta

Festival yang berskala internasional ini berlangsung setiap

2 tahun sekali dan diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.

G. LA Lights Indie Movie

Gelaran festival tahunan bagi para pembuat film muda ini telah diadakan sejak tahun 2007. Program ini dijadikan wadah bagi sineas muda untuk berani berkarya dengan semangat independen. LA Lights Indie Movie memilik tema yang berbeda disetiap tahunnya.

Sumber: http://www.lalights.com

Gambar 3.6 LA Lights Indie Movie

H. Jiffest

Festival film dengan skala lokal ini menjadi meeting point atau titik temu bagi para pelaku perfilman Indonesia sejak tahun 1999. Festival yang setiap tahun diadakan di Jakarta ini terbuka gratis untuk umum.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2008

Gambar 3.7 Jiffest

commit to user

3.2.2 Potensi Jakarta Terhadap Perkembangan Film Independen di

Indonesia

Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia merupakan pusat segala kegiatan baik itu ekonomi, sosial dan budaya serta sarana dan prasarana yang sangat lengkap, sehingga merupakan pusat pertumbuhan dari segala akivitas termasuk perfilman. Dengan frekuensi kegiatan yang sangat tinggi memungkinkan juga bagi perkembangan perfilman dimana hampir seluruh film-film yang diproduksi atau yang masuk ke Indonesia melalui jalur pendistribusian Jakarta terlebih dahulu. Ditambah dengan banyaknya kegiatan-kegiatan seperti peluncuran produksi, temu bintang, festival-festival dan lain sebagainya yang berhubungan dengan perfilman dilaksanakan disini. Jakarta dengan kurang lebih

10 juta penduduknya merupakan masyarakat perkotaan yang serba modern dimana mereka dapat lebih bebas dan terbuka dalam berekspresi dan berkreasi juga dalam menanggapi hal-hal baru salah satunya perfilman, sehingga masyarakat ini sangat potensial dan terlihat jelas betapa dunia perfilman melekat erat pada masyarakat Jakarta dalam berbagai kalangan. Dengan segala perkembangan yang terjadi di era globalisasi ini, perfilman tidak hanya sebagai media rekreasi akan tetapi sebagai media pendidikan, bisnis, kebudayaan dan promosi melalui pesan-pesan yang disampaikan sesuai dengan kondisi Jakarta yang melingkupi berbagai bidang.

Sumber: http://www.tatakotajakartaku.net

Gambar 3.8 Gambaran DKI Jakarta

commit to user

Perkembangan perfilman indie di Jakarta relatif pesat, dapat dilihat dari jumlah peminat film-film indie yang bertambah setiap tahunnya serta filmmaker di Jakarta yang kian aktif mengadakan screening karya dan diskusi-diskusi dengan penonton. Belakang juga terdapat sebuah statement bahwa film mainstream di

Indonesia sudah mulai membosankan dan penonton butuh film alternatif seperti film indie. Jakarta sebagai ibukota Indonesia memiliki peran penting dalam perkembangan film independen, sering diadakannya festival-festival film baik skala nasional maupun internasional di Jakarta menjadikan Jakarta berpotensi sebagai pusat perfilman di Indonesia.

3.3 Wadah Komunitas Film Independen

3.3.1 Fungsi

Wadah Komunitas Film Independen dalam kaitannya sebagai bangunan adalah untuk mewadahi kegiatan komunitas-komunitas film independen di Jakarta agar dapat mengembangkan dunia perfilman Indonesia, yaitu dengan menjadikan Wadah Komunitas Film Independen sebagai wahana kreasi, edukasi, dan eksebisi.

3.3.2 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran dari Wadah Komunitas Film Independen adalah:

1) Merancang sarana bagi kegiatan komunitas film independen di Jakarta.

2) Untuk meningkatkan perkembangan film Indonesia, melalui penyediaan fasilitas yang memadai, baik dari segi fisik bangunan maupun non fisik bangunan.

3) Mengembangkan potensi perfilman Indonesia yang dimiliki oleh komunitas-komunitas film independen Jakarta khususnya dan nasional umumnya.

commit to user

4) Melestarikan dan mengapresiasikan film independen untuk kemudian memperkenalkan karya film independen baik dalam skala nasional maupun internasional.

Sasaran dari Wadah Komunitas Film Independen ini adalah masyarakat Jakarta pada umumnya terutama para pecinta film

independen. Diharapkan dengan hadirnya Wadah Komunitas Film Independen, masyarakat Jakarta bisa lebih mencintai film lokal dan komunitas-komunitas film memiliki sebuah wadah untuk menuangkan ide-ide mereka dengan fasilitas yang memadai, selain itu juga wadah ini diharapkan dapat memberikan cara alternatif dalam menonton film alternatif.

3.3.3 Manfaat dan Skala Pelayanan

Manfaat dari Wadah Komunitas Film Independen di Jakarta adalah:

1) Sarana untuk menyatukan komunitas pecinta film indie Indonesia pada umumnya dan Jakarta pada khususnya.

2) Sarana untuk mewadahi kegiatan dan mewujudkan aspirasi dari komunitas-komunitas film di Jakarta pada khususnya agar dapat menciptakan karya-karya terbaik perfilman nasional.

3) Mendukung terciptanya iklim yang kondusif untuk merangsang para pengkarya film independen baik dari kalangan akademis maupun awam serta para penikmat film independen agar lebih kritis, inovatif dan komunikatif serta percaya diri dalam usahanya untuk memajukan dan mengembangkan khasanah perfilman Indonesia .

Skala pelayanan Wadah Komunitas Film Independen ini diharapkan meliputi daerah DKI Jakarta dan sekitarnya,

commit to user

3.3.4 Fasilitas

Fasilitas yang ada pada Wadah Komunitas Film Independen adalah fasilitas yang dapat membantu pengembangan film independen di Indonesia. Adapun pengembangan film yang dimaksud adalah melalui fasilitas kreasi, edukasi, dan eksebisi.

Sumber: Analisa Pribadi, 2012

Gambar 3.9 Kerangka Fasilitas Wadah Komunitas Film

Independen

A. Fasilitas Kreasi

Fasilitas kreasi ini merupakan sebuah fasilitas yang berfungsi sebagai fasilitas pendukung kegiatan komunitas- komunitas film untuk membuat kreasi film yang nantinya dapat menghasilkan kreasi karya-karya film yang terbaik.

o Ruang komunitas film o Ruang produksi o Post production house o Ruang diskusi o Ruang screening

B. Fasilitas Edukasi

Fasilitas edukasi ini diperuntukkan bagi masyarakat umum yang tertarik pada dunia perfilman. Baik orang awam

WADAH KOMUNITAS FILM

INDEPENDEN

ASPIRASI DAN

KEGIATAN KOMUNITAS FILM

WADAH EKSEBISI

WADAH EDUKASI

commit to user

maupun filmmaker yang memang sudah lama

berkecimpung dibidangnya sendiri. o Kursus film

o Perpustakaan o Ruang koleksi film o Ruang seminar

C. Fasilitas Eksebisi

Kegiatan eksebisi dilakukan untuk memperkenalkan karya- karya film independen yang telah dihasilkan di Taman Komunitas Film Independen kepada masyarakat luas maka dari itu perlu adanya fasilitas eksebisi yang mendukung kegiatan eksebisi dan diharapkan melalui fasilitas ini jalur pendistribusian film independen di Jakarta sudah lebih mudah.

o Ruang workshop o Ruang pameran o Big screen studio o Mini studio o Ruang konfrensi o “Layar Tancap”/ teater terbuka

3.4 Kegiatan Wadah Komunitas Film Independen

3.4.1 Pelaku Kegiatan

A. Komunitas Film Independen Yang dikategorikan dalam kelompok ini adalah pecinta film independen yang benar-benar tertarik dengan perkembangan film independen. Komunitas film yang akan diwadahi dipertimbangkan berdasarkan eksistensi dan pengaruh mereka terhadap film independen di Jakarta.

B. Filmmaker

Filmmaker adalah seseorang yang ber-apresiasi dengan menghasilkan karya film. Dalam hal ini filmmaker bukan hanya

commit to user

orang yang ingin belajar untuk menghasilkan sebuah film.

C. Peserta Pendidikan Perfilman Karena Wadah Komunitas Film Independen juga berfungsi sebagai wadah pengembangan film independen yang disertai dengan kegiatan pendidikan non-formal, maka peserta pendidikan perfilman yang menjadi sasaran adalah anak-anak SMA hingga mahasiswa.

D. Pengunjung Merupakan kelompok orang-orang yang sekedar berkunjung, ingin mengenal atau ingin mengetahui tentang film independen, baik dengan tujuan untuk mencari hiburan, prestise, sosialisasi antar pengunjung ataupun pencarian minat bakat.

E. Pengelola Pengelola meliputi orang-orang yang mengoperasikan Wadah Komunitas Film Independen dan bertanggung jawab pada jalannya kegiatan.

3.4.2 Jenis Kegiatan

Kegiatan yang diwadahi pada Wadah Komunitas Film Independen ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi perfilman Indonesia, yaitu:

A. Kegiatan Produksi Film (kreasi) Merupakan kegiatan-kegiatan komunitas film dalam membuat sebuah karya, mulai dari proses produksi hingga apresiasi film.

B. Kegiatan Pendidikan Film (edukasi) Memberikan sebuah wadah kegiatan para pecinta film untuk mendapatkan edukasi dalam dunia perfilman.

C. Kegiatan Eksebisi (eksebisi) Wadah untuk festival-festival perfilman baik skala nasional maupun internasional, kegiatan workshop perfilman hingga penayangan film independen dengan cara alternatif.

commit to user

3.5 Hubungan Karakteristik Film dengan Rancangan Arsitektural

Keterkaitan antara film dan arsitektur memiliki hubungan yang erat, namun diantara hubungan keduanya itu kurang terjadi simbiosis mutualisme. Selama ini arsitektur hanya dianggap sebagai backdrop (latar) dari film, padahal peran arsitektur sangat penting, sehingga yang menjadi masalah disini adalah bagaimana menjadikan arsitektur dapat merangkul film untuk mendapatkan hasil sebuah rancangan yang baik.

3.5.1 Film dan Arsitektur sebagai media

Kelebihan film dan arsitektur yakni merupakan produk seni yang yang memiliki posisi dalam kebudayaan manusia. Kelebihan potensi tersebut telah membawa berbagai isu (realitas sosial, politik, ekonomi maupun budaya itu sendiri) untuk menjadikan film dan arsitektur sebagai sebuah media untuk ‘berkembang-biak’ melalui proses berkomunikasi. Peran arsitektur maupun film dalam mengubah wajah dunia cenderung senafas dan seirama. Karena itu sangatlah beralasan bila dilihat relasi-relasi yang terdapat pada keduanya, termasuk pemaknaan masing-masing diantaranya. Posisi film sendiri bagi arsitektur yaitu sebagai media inpirasional arsitektur maupun sebagi media komunikasi (termasuk propaganda) bagi arsitektur. Sehingga peran maupun pemaknaan film terhadap arsitektur menjadi penting dalam melihat dan mencermati visi arsitektur untuk keberlangsungan serta keberadaannya.

Sumber:http://www.blogspot.com/zakaria/filmdanarsitektur/

Gambar 3.10 Poster Film yang menggabungkan Film dan

Arsitektur, “August Rush

commit to user

3.5.2 Film sebagai wilayah untuk inovasi model arsitektur

Sejauh ini yang dimaksud oleh peran arsitektur dalam film, diartikan sebagai latar dekoratif dari berbagai adegan ataupun peran arsitektur sebagai wadah bagi individu maupun sebagai penguat latar waktu. Artinya arsitektur berperan dalam film sebagai penguat dari apa yang direpresentasikan oleh film sekaligus menguatkan penuturan film. Kondisi ini menempatkan arsitektur jauh ke masa depan maupun ke masa lalu, dan menempatkan arsitektur seiring dengan sejarah umum serta sejarah arsitektur sendiri. Tetapi apa yang sudah ada menjadikan pandangan mengenai sesuatu yang baru atau yang belum ada menjadi lebih menarik minat, apalagi bila kita mengkaitkannya dalam konteks mencermati perkembangan arsitektur selanjutnya.

Hubungan Film dan Arsitektur sebagai media, terutama pada variabel film sebagai media inspirational bagi arsitektur menjadi prinsip dalam konsep perancangan dan perencanaan Wadah Komunitas Film Independen ini.

3.6 Penerapan Karakteristik Film dalam Wadah Komunitas Film Independen

Seperti yang telah dijelaskan pada BAB II bahwa film memiliki karakter kepalsuan atau ilusi dimana cerita dan kejadian dalam film seluruhnya telah ditulis dalam skenario. Skenario dalam film juga harus kokoh dalam ide cerita sebelum dimulai proses produksi. Alur cerita dalam film terus bergerak dan memiliki alur dengan ritme naik dan turun (dinamis) dimana terdapat alur pengenalan cerita, klimaks, dan tahap penyelesaian cerita. Film juga melibatkan komunikasi searah melalui emosi penonton. Komposisi juga memiliki peran yang sangat penting dalam film, sama halnya dalam fotografi framing menentukan para penonton dimana sisi yang harus dilihat (viewpoint). Film juga memiliki nilai kreatif dan edukatif karena film memiliki kegiatan apresiasi dan kegiatan pembinaan kreatifitas dan keterampilan.

commit to user

KARAKTER FILM PENERAPAN ARSITEKTURAL

Ilusi/kepalsuan

·Menggunakan secondary skin ·Definisi dinding dikaburkan (Andre

Bazin)

Kokoh dalam ide cerita ·Menggunakan struktur dan material yang mendukung

Dinamis

·Penggunaan unsur-unsur lingkaran untuk elemen ruang dalam dan luar

bangunan ·Analogi dinamis sebagai analisa

pengolahan gubahan massa Komunikasi yang searah

·Menganalogikan bangunan sebagai layar kaca dan yang melihat

bangunan itu sebagai penonton dimana terlihat aktifitas didalam bangunan dan menarik orang untuk datang (bangunan sebagai frame)

Kegiatan kreatif dan

edukatif

·Penempatan unsur-unsur ruang menurut arah keliling lingkaran (DK Ching)

·Permainan lantai dapat mewujudkan

suasana aktif (Ashihara)

Sumber: Analisa Pribadi, 2012

Gambar 3.11 Diagram penerapan karakteristik film dalam Wadah Komunitas Film Independen yang direncanakan

3.7 Konsep Cara Menonton Film Alternatif.

Pada Wadah Komunitas Film Independen terdapat cara untuk menonton film alternatif, yaitu dengan konsep teater terbuka atau di Jakarta sering disebut dengan sinema layar tancap atau free outdoor cinema yang tayang setiap malam weekend. Hal ini dimaksudkan untuk menarik masyarakat agar dapat lebih mengapresiasi film-film dengan tema alternatif dan menumbuhkan kecintaan akan film lokal. Fasilitas lain yang ada pada Taman Komunitas Film Independen ini adalah fasilitas bioskop (komersil) yang juga menayangkan karya-karya komunitas film independen. Fasilitas bioskop ini juga berfungsi sebagai tempat pemutaran festival-festival film

commit to user

dan pameran perfilman untuk komunitas film independen Berikutnya ada mini studio (komersil) yang memiliki koleksi film independen Indonesia maupun luar negeri, pecinta film dapat memilih sendiri film yang akan

ditonton.

commit to user