Pola Hubungan Kerja
F. Pola Hubungan Kerja
Pola dan hubungan kerja yang telah terbentuk dalam organisasi SAS sejak tahun 1918, disebabkan karena adanya jaringan dan kepercayaan antara masyarakat yang merantau dengan masyarakat yang tinggal di kampung dalam pembangunan. Pola hubungan kerja di organisasi SAS didasari oleh rasa saling mempercayai dan menuju kepentingan bersama yang dimiliki oleh masing- masing pengurus DPC dan DPP SAS serta masyarakt rantau untuk mencapai tujuan bersama yaitu
membangun nagari Sulit Air yang jaya, adapun pola hubungan kerja dalam organisasi SAS 43 meliputi:
1. Pola Hubungan Kerja DPP SAS dengan Masing-Masing DPC di Daerah Rantau SAS sebagai organisasi perantau telah memiliki perwakilan dibanyak tempat. Dalam menjalankan roda organisasi, SAS telah dijadikan sebagai wadah bersama dalam mencapai tujuan pembangunan di Sulit Air. Organisasi SAS adalah organisasi terbesar di Sumatra Barat dan telah memiliki kantor pusat (DPP) dan kantor perwakilan di tingkat provinsi di setiap daerah di Indonesia (DPC). Pola hubungan antara DPP dan DPC lebih sebagai perpanjang tangan perwakilan DPP di setiap daerah atau DPC bertugas sebagai perbantuan DPP di tingkat provinsi. Prinsip-prinsip dasar dari bentuk hubungan kerja antara DPP SAS dengan DPC dalam menjalankan misi organisasi SAS sebagai berikut:
43 Ibid, halaman 72-78 43 Ibid, halaman 72-78
b. DPP SAS mengkoordinir semua DPC dalam kegiatan pulang basamo yang diselenggarakan satu kali dalam 2 tahun di Sulit Air. Dalam kegiatan tersebut diadakan Musyawarah Besar (Mubes) yang membahas berbagai persoalan pembangunan dan bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat nagari Sulit Air.
c. DPP SAS mengkoordinir dan mengajak semua DPC menggalang kedermawanan sosial perantau di tempat mereka masing-masing untuk membantu pembangunan di nagari Sulit Air.
d. Setiap menghasilkan keputusan dalam musyawarah kerja SAS, pengurus DPP SAS mengeluarkan surat edaran atau instruksi kepada masing-masing DPC untuk dapat dilaksanakan segala hasil keputusan dalam musyawarah kerja SAS.
2. Pola Hubungan Kerja DPP SAS dengan Masyarakat Rantau, Kampung dan Pemerintahan Nagari Sulit Air Implementasi pola hubungan antara masyarakat rantau, DPP SAS dengan DPC SAS dan masyarakat kampung terlihat dalam setiap agenda Mubes yang selalu membahas berbagai persoalan yang berkembang di kampung dan daereah rantau diantaranya: (1) membahas perkembangan dan tantangan yang dihadapi organisasi SAS baik yang ditingkat DPC maupun DPP SAS, (2) membahas perkembangan dan persoalan serta pembiayaan pembangunan di kampung, (3) membicarakan persoalan sosial ekonomi dan budaya masyarakat kampung dan rantau, (4) membahas peningkatan pendidikan masyarakat di Sulit
Air yang ada dikampung maupun yang diperantauan dan (5) merumuskan agenda musyawarah kerja (muker) DPP SAS sebagai wujud tindak lanjut hasil Mubes.
Pola hubungan kerja DPP SAS dengan DPC setelah Mubes di Sulit Air dilakukan musyawarah kerja di luar nagari Sulit Air. Sedangkan Mubes disepakati para pengurus DPP, DPC SAS serta masyarakat rantau selalu diadakan di Sulit Air sebagai upaya mengenang kampung halaman. Hubungan DPP SAS dengan pemerintahan nagari relatif berjalan baik. Hal ini didukung oleh adanya visi dan misi yang sama antara SAS dengan pemerintahan nagari untuk memajukan nagari Sulit Air dari berbagai aspek pembangunan
3. Pola Hubungan Kerja Organisasi SAS dengan Organisasi Perantau Minang lainnya. Hubungan atau bentuk kerjasama organisasi sosial perantau SAS dengan organisasi perantau Minang lainnya belum begitu kongkret. Pola hubungan hanya sebatas menghadiri undangan perkumpulan rantau se-Sumatra Barat (Minang), dengan mengadakan kegiata- kegiatan tertentu. Organisasi SAS biasanya diminta sebagai narasumber dengan membagi pengalamannya kepada para perantau Minangkabau lainnya, karena bagi setiap organisasi perantau yang berasal dari Sumatra Barat menjadikan SAS sebagai percontohan sebab SAS dianggap berhasil.
BAB IV
Peranan Organisasi Sulit Air Sepakat (SAS)