BAB III LAYANAN PERBANKAN TANPA KANTOR BRANCHLESS BANKING
E. Pengertian  dan  Dasar  Hukum  Layanan  Perbankan  Tanpa  Kantor branchless banking
Saat  ini  pendekatan  pengentasan  kemiskinan  dengan  penurunan  tingkat pengangguran  salah  satunya  dilakukan  dengan  pendekatan  akses  terhadap
lembaga  keuangan.  Survei  Bank  Dunia  di  seluruh  dunia  menunjukkan  bahwa sektor  keuangan  memiliki  peran  penting  dan  signifikan  dalam  pengentasan
kemiskinan,  mengurangi  perbedaan  pendapatan,  dan  meningkatkan  pertumbuhan perekonomian.  Melihat  kesenjangan  pendapatan  yang  masih  lebar  di  Indonesia,
maka  akses  terhadap  lembaga  keuangan  sebagai  alat  untuk  mempercepat pemerataan pendapatan menjadi relevan dan strategis untuk dilakukan.
74
Masyarakat  masih  merasakan  hambatan  namun  demikian,  masyarakat berpendapatan  rendah  adalah  active  money  managers  yang  sangat  membutuhkan
akses  keuangan  terhadap  lembaga  keuangan  khususnya  perbankan  dalam memperoleh  layanan  jasa  keuangan  formal  dari  perbankan.  Selain  keterbatasan
fasilitas  lembaga  keuangan,  juga  disebabkan  rendahnya  penghasilan  di  pedesaan sehingga pendapatan yang diterima penduduk desa lebih banyak digunakan untuk
74
Pungki Purnomo Wibowo, ―Branchless banking Setelah Multilicense: Ancaman Atau
Kesempatan    Bagi  Perbankan  Nasional ‖Jakarta:  Disampaikan  dalam  Rangka  Memenuhi  Salah
Satu Persyaratan Sekolah Staf Pimpinan Bank Indonesia SESPIBI Angkatan XXXI pada tanggal 27 Juni 2013, hlm. 17.
Universitas Sumatera Utara
konsumsi.  Berdasarkan  hasil  survei  Bank  Dunia  79  masyarakat  yang  tidak memiliki tabungan karena tidak memiliki uang.
75
Salah  satu  program  dalam  pilar  SNKI  tentang  fasilitas  intermediasi  dan distribusi adalah penyediaan layanan keuangan tanpa kantor branchless banking
yang  antara  lain  dapat  dilakukan  melalui  Laku  Pandai.  Melalui  Laku  Pandai, lembaga  jasa  keuangan  berperan  penting  untuk  mendukung  SNKI  dalam  rangka
mewujudkan  keuangan  inklusif.  Selanjutnya,  Laku  Pandai  akan  menyediakan produk  keuangan  yang  disesuaikan  dengan  kebutuhan  masyarakat  di  daerah
terpencil  danatau  berpenghasilan  rendah,  dengan  karakteristik  yang  sederhana sehingga  lebih  mudah  dipahami  yang  diiringi  dengan  kemudahan  dalam
pemrosesan  dokumen  permohonan  dari  calon  nasabah.  Dengan  bertambahnya pengetahuan  dan  pemahaman  mengenai  layanan  keuangan  diharapkan  dapat
membantu  peningkatan  kesadaran  masyarakat  mengenai  pentingnya  pengelolaan keuangan.
76
Pengelolaan keuangan yang lebih baik dapat meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan  masyarakat.    Apabila  kesadaran  ini  sudah  semakin  meluas  dan
menguat  pada  setiap  lapisan  masyarakat,  maka  akan  mendukung  terwujudnya keuangan  inklusif  di  Indonesia.  Sehubungan  dengan  hal-hal  tersebut  dan  dalam
rangka  pelaksanaan  kegiatan  Laku  Pandai  serta  untuk  memitigasi  risiko  yang mungkin timbul, perlu pengaturan tentang  Laku Pandai  dalam Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan.
77
75
.Ibid, hlm. 27.
76
Penjelasan POJK Laku Pandai.
77
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Otoritas  lembaga  perbankan  baik  BI  maupun  OJK  ingin  menarik  lebih banyak  masyarakat  yang  belum  tersentuh  sektor  keuangan  melalui  sistem
branchless  banking.  Hal  tersebut  disebakan  karena  masih  banyak  masyarakat Indonesia  yang  belum  tersentuh  lembaga  keuangan,  baik  karena  tingkat
kemiskinan  maupun  lokasi  tempat  tinggal  yang  terpencil.  OJK  kemudian mengeluarkan  Peraturan  OJK  No.19POJK.032014  tentang  Layanan  Keuangan
Tanpa  Kantor  Dalam  Rangka  Inklusif  Laku  Pandai.  Aturan  sebagai  penerapan dari sistem branchless banking tersebut diharapkan dapat menjangkau masyarakat
yang tidak bisa dilayani oleh lembaga perbankan secara fisik melalui unit-unitnya. Hal  tersebut  akan  menimbulkan  kemanfaatan  bagi  masyarakat  dengan  produk
yang  tepat  atau  sesuai  bagi  masyarakat  yang  dituju,  maka  produk-produk branchless  banking  dapat  menjadi  alternatif  yang  efektif  dan  efisien  bagi  sistem
Bank  dalam  menawarkan  jasa  keuangan  kepada  unbanked  dan  unbankable people.
78
Penerbitan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dalam bentuk Layanan Tanpa Kantor  tidak  akan  mengubah  esensi  regulasi  yang  sebelumnya  dikeluarkan  BI.
Pada  2012,  BI  telah  menerbitkan  juga  aturan  pendukung  sistem  branchless banking melalui peraturan tentang Layanan Keuangan Digital. Sebelum itu, pada
2009, BI juga sudah menerbitkan aturan tentang Uang Elektronik. Pada 2014, BI menerbitkan  lagi  aturan  PBI  No.168PBI2014  tentang  Perubahan  Atas  PBI
No.1111PBI2009  tentang  Uang  Elektronik.  Meski  memiliki  ruang  lingkup berbeda, dua aturan yang dirilis dua otoritas tersebut sama- sama melibatkan agen
78
Reka  Dewantara,  ―Implikasi  Yuridis  Mengenai  Pengaturan  Branchless  banking  oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan‖, Risalah Hukum, Vol. 10, No 1, Juni 2014, hlm. 4.
Universitas Sumatera Utara
perbankan  yang  diharapkan  mampu  menjangkau  kelompok  masyarakat  yang selama ini belum tersentuh oleh layanan perbankan.
79
Peraturan  Otoritas  Jasa  Keuangan  tentang  Laku  Pandai  menetapkan  syarat bank  yang  mengikuti  program  tersebut  harus  berbadan  hukum  Indonesia,
memiliki  peringkat  profil  risiko,  tingkat  risiko  operasional  dan  risiko  kepatuhan dengan  peringkat  1,2,  atau  3.  Bank  peserta  program  ini  juga  wajib  memiliki
jaringan  kantor  di  wilayah  Timur  Indonesia  dan  atau  provinsi  Nusa  Tenggara Timur.  OJK  juga  mewajibkan  bank  memiliki  infrastruktur  pendukung,  berupa
layanan  transaksi  elektronik  bagi  nasabah,  seperti  SMS Banking,  mobile  banking dan Internet Banking atau host to host. Dalam POJK tersebut juga terdapat klausul
mengenai keberadaan agen Laku Pandai.
80
Pengertian Laku Pandai menurut Pasal 5 POJK Laku Pandai yaitu: ―Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif yang
selanjutnya  disebut  Laku  Pandai  adalah  kegiatan  menyediakan  layanan perbankan danatau layanan keuangan lainnya yang dilakukan tidak melalui
jaringan  kantor,  namun  melalui  kerjasama  dengan  pihak  lain  dan  perlu
didukung dengan penggunaan sarana teknologi informasi.‖ Poin menimbang pada POJK Laku Pandai menjelaskan bahwa OJK, industri
perbankan,  serta  industri  jasa  keuangan  lainnya  berkomitmen  untuk  mendukung terwujudnya  keuangan  inklusif  melalui  program  SNKI  yang  dicanangkan  oleh
pemerintah.
81
Bentuk  komitmen  tersebut  dinyatakan  dalam  membuka  akses layanan laku pandai ke seluruh Indonesia.
79
Ibid, hlm. 5.
80
http:stabilitas.co.idhomedetailbranchless-banking---panggilan-kepada-unbanked- people diakses pada tanggal 11 Maret 2016 pukul 22.20 WIB.
81
Poin Menimbang POJK Laku Pandai.
Universitas Sumatera Utara
Literatur  terkait  Branchless  banking  di  Indonesia  saat  ini  boleh  dikatakan belum  ada.  Consultative  Group  to  Assist  the  Poor  selanjutnya  disebut  dengan
CGAP memberikan definisi Branchless banking, sebagai berikut:
82
―CGAP  defines  Branchless  banking  as  the  delivery  of  financial  services outside conventional Bank branches using information and communications
technologies and retail Agents ‖.
Branchless  banking  didefinisikan  sebagai  pemberian  jasa  keuangan  yang dilakukan  di  luar  kantor  cabang  bank  konvensional  dengan  menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi serta agen ritel bukan bank. Berdasarkan  penelitian  yang  dilakukan,      CGAP    membedakan    2    jenis
Branchless banking, yaitu:
83
1. Bank-based Model
CGAP  menyatakan  bahwa  In  the  bank-based  model,  every  customer  has  a direct  contractual  relationship  with  a  prudentially  licensed  and  supervised
financial institution - whether account-based or involving  a one-off transaction - even  though  the  customer  may  deal  exclusively  with  a  retail  Agent  who  is
equipped to communicate directly with the Bank typically using either a mobile phone  or  a  point-of-sale  POS  terminal.  Dengan  kata  lain,  perbankan
menggunakan  jasa  telekomunikasi  atau  Agen  atau  kedua-duanya  untuk  melayani
82
http:www.cgap.orggmdocument-1.9.2319Brazil-Notes-On-Regulation  Branchless- Banking-2008.pdf, diakses pada tanggal 11 Maret 2016 pukul 23.00 WIB.
83
http:www.cgap.orggmdocument-1.9.2319Brazil-Notes-On-Regulation-Branchless- Banking-2008.pdf,
http:www.cgap.orggmdocument-1.9.2322India-Notes-On-Regulation- Branchless-Banking-2008.pdf,http:www.cgap.orggmdocument-
1.9.2304PKNotes_RegulationBranchless_2007.pdf,  diakses  pada  tanggal  11  Maret  2016  pukul 23.05 WIB
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan  perbankan  masyarakat.  Model  perbankan  ini  digunakan  oleh  negara Brazil, India, Pakistan dan beberapa negara di Amerika Latin.
2. Non Bank-based Model
CGAP menyatakan bahwa In the nonbank-based model, customers have no direct  contractual  relationship  with  a  fully  prudentially  licensed  and  supervised
financial  institution.  Instead,  the  customer  exchanges  cash  at  a  retail  Agent  or otherwise  transfers,  or  arranges  for  the  transfer  of,  funds  in  return  for  an
electronic  record  of  value.  This  virtual  account  is  stored  on  the  server  of  a nonbank,  such  as  a  mobile  operator  or  an  issuer  of  stored-value  cards.  Dengan
kata lain,  bahwa  model  ini  tidak  melibatkan  Bank  secara langsung  dalam  proses kegiatan  perbankannya.  Bank  hanya  sebagai  suporting  saja,  karena  secara
operasional      akan      dijalankan     oleh     Agen      atau    perusahaan telekomunikasi saja. Model non perbankan ini dianut oleh negara Kenya dan Philipina.
Branchless  banking  memiliki  potensi  besar  dalam  meningkatkan  fungsi Bank sebagai lembaga intermediasi khususnya distribusi layanan keuangan untuk
masyarakat  kurang  mampu  maupun  masyarakat  yang  berada  di  daerah  terpencil yang  tidak  terjangkau  oleh  kantor-kantor  Bank.  Keberadaan  agen  di daerah-
daerah terpencil akan menurunkan biaya yang seharusnya dikeluarkan oleh Bank seperti  biaya-biaya  yang  terkait  dengan  investasi  jaringan  Kantor  dan  bagi
masyarakat  terutama  biaya  untuk  mendapatkan  akses  jasa  perbankan,  misalnya biaya  yang  harus  dikeluarkan  tatkala  mengunjungi  bank  biaya  kehadiran  fisik
dan hilangnya waktu produktif ketika harus pergi dan mengantri di kantor Bank. Dengan  demikian  agen  juga  dinilai  merupakan  salah  satu  alternatif  yang
Universitas Sumatera Utara
memungkinkan  memberikan  penyelesaian  terhadap  permasalahan  penanganan transaksi-transaksi yang bernilai rendah atau kecil selama ini.
Branchless  banking  merupakan  salah  satu  cara  yang  dapat  digunakan, dengan  beragam  contoh  sukses  bertebaran  di  semua  benua.  Uang  elektronik
menjadi  sandingan  setara  untuk  layanan  ini.  Menumpang  pada  cepatnya perkembangan  teknologi  informasi  setingkat  telepon  genggam,  peluang
memperdalam  dan  memperluas  akses  layanan  keuangan  termasuk  perbankan, terbentang.  Pada  akhirnya,  pendalaman  dan  perluasan  akses  finansial  bukan
semata  soal  angka  kepemilikan  rekening  bank.  Banyak  peluang  bisa dikembangkan, ketika masyarakat menggenggam akses dalam sebuah sistem yang
sama.  Beragam  persoalan  yang  menjadi  tantangan  perekonomian  bangsa, mendapatkan  celah  yang  lebih  besar  untuk  mendapatkan  solusi  dengan  hadirnya
terobosan ini.
84
F. Tujuan  dan  Manfaat  Penyelenggaraan  Layanan  Perbankan  Tanpa Kantor branchless banking