peran OJK sebagai pengawas layanan perbankan tanpa kantor. Serta dengan adanya penulisan skripsi ini para pihak tersebut terhindar dari kerugian.
D. Keaslian Penulisan
Sebelum melakukan penulisan skripsi ini, telah dilakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara. Dalam penelusuran yang dilakukan, ditemukan salah satu penelitian skripsi yang telah dilakukan oleh Alumni Fakultas Hukum USU terkait dengan
Standardisasi yang berjudul Fungsi dan Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan dalam
Kegiatan Jasa Keuangan di Sektor Perbankan Studi Pada Otoritas Jasa Keuangan oleh M. Syahputra Lubis. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian tersebut
mengkaji fungsi dan kewenangan OJK dalam kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan. Sedangkan penelitian skripsi ini mengkaji aspek hukum OJK sebagai
pengawas branchless banking di Indonesia. Pusat dokumentasi dan informasi hukumperpustakaan Universitas cabang
Fakultas Hukum USU melalui surat tertanggal 26 Agustus 2015 yang menyatakan bahwa tidak ada judul yang sama. Surat tersebut dijadikan dasar bagi Ibu Windha,
S.H, M.Hum dan Bapak Ramli Siregar, S.H, M.Hum selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk
menerima judul yang diajukan karena substansi yang terdapat dalam skripsi ini dinilai berbeda dengan judul-judul skripsi lain yang terdapat di lingkungan perpustakaan
Fakulltas Hukum Universitas Sumatera Utara. Apabila dikemudian hari terdapat judul
Universitas Sumatera Utara
yang sama atau telah tertulis orang lain dalam tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat, maka hal tersebut dapat diminta pertanggungjawaban.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Lembaga Perbankan
Lembaga perbankan mempunyai arti penting dalam kegiatan perekonomian di setiap negara. Dalam membahas Lembaga Keuangan Bank, ada dua istilah yang perlu
dijelaskan lebih dahulu, yaitu Perbankan dan Bank. Perbankan diatur dalam Undang- Undang No 7 Tahun 1992 juncto Undang-Undang No 10 Tahun 1998, selanjutnya
disebut dengan UU Perbankan. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 UU Perbankan, perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Pada angka 2 pasal tersebut ditentukan, bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak Berdasarkan definisi di atas, dapat dipahami bahwa pengertian perbankan itu
lebih luas dibandingkan dengan pengertian bank. Pengertian perbankan merupakan rumusan yang abstrak mencangkup 3 tiga aspek utama yaitu:
21
a. kelembagaan bank;
21
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 37.
Universitas Sumatera Utara
b. kegiatan usaha bank;
c. cara dan proses pelaksanaan kegiatan usaha bank.
Pengertian Bank merupakan rumusan khusus yang konkret mencangkup 2 dua aspek utama, yaitu:
22
a. badan usaha bank corporate company;
b. kegiatan usaha bank business activities.
Menurut ketentuan Pasal 21 UU Perbankan, dikenal dan diatur 2 dua jenis bank yaitu bentuk hukum bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang memiliki
bentuk sebagai berikut : a.
Perseroan Terbatas; b.
Perusahaan Daerah; atau c.
Koperasi. Ketiga bentuk hukum ini adalah badan hukum. Badan hukum bank dapat
berupa Perseroan Terbatas, yaitu Badan Usaha Milik Negara BUMN, Badan Usaha Milik Daerah BUMD, dan Badan Usaha Milik Swasta BUMS. Sedangkan badan
hukum Bank yang berupa Perusahaan Daerah, hanya Badan Usaha Milik Daerah BUMD, dan yang berupa Koperasi hanya Badan Usaha Milik Swasta BUMS.
Berdasarkan fungsinya, bank dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu Bank Indonesia selanjutnya disebut dengan BI, Bank Umum, dan Bank Perkreditan
Rakyat. Bank Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat diatur dengan
22
Ibid, hlm. 38.
Universitas Sumatera Utara
UU Perbankan. BI berfungsi sebagai Bank Sentral. Bank Umum berfungsi sebagai bank yang dapat menjalankan segala jenis usaha di bidang jasa Perbankan.
23
2. Otoritas Jasa Keuangan OJK
Sejak tanggal 22 November 2011, telah disahkan dan diundangkan Undang- Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253. Menurut pasal 1 angka 1 Undang- Undang No
21 Tahun 2011, menyebutkan: ―Otoritas Jasa keuangan yang selanjutnya disingkat OJK adalah lembaga
yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang memiliki tugas, fungsi dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan
penyidikan sebagaimana dimaksud dalam undang- undang ini‖.
Independen dapat terkecuali apabila diatur lebih lanjut dalam UU OJK. Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah lembaga pengawasan jasa keuangan seperti
industri perbankan, pasar modal, reksa dana, asuransi, dana pensiun dan perusahaan pembiayaan. Secara normatif ada empat tujuan pendirian OJK yaitu:
24
a. meningkatkan dan memelihara kepercayaan publik di bidang jasa
keuangan;
23
Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Edisi Revisi Bandar Lampung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004, hlm. 36.
24
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan Jakarta: Raih Asa sukses, 2014, hlm. 42
Universitas Sumatera Utara
b. menegakkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan;
c. meningkatkan pemahaman publik mengenai bidang jasa keuangan;
d. melindungi kepentingan konsumen jasa keuangan.
Menurut Pasal 4 UU OJK, OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan di sektor jasa keuangan:
a. terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel;
b. serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil; c.
mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Berdasarkan tujuan tersebut, OJK diharapkan dapat mendukung kepentingan
sektor jasa keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya saing nasional. Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional antara lain sumber daya
manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan disektor jasa keuangan, dengan tetap mempertimbangkan aspek globalisasi.
Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dan dilandasi atas prinsip-prinsip tata kelola yang baik yang meliputi independensi, akuntablitas, pertanggungjawaban,
transparansi dan kewajaran. Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas dan wewenangnya berdasarkan asas-asas sebagai berikut:
25
a. Asas independensi, yakni independen dalam pengambilan keputusan dan
pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang OJK, dengan tetap sesuai
25
Ibid, hlm. 113.
Universitas Sumatera Utara
peraturan perundang-undangan yang berlaku; b.
Asas kepastian hukum, yakni asas dalam Negara hukum yang mengutamakan landasasn peraturan perundang-undangan dan keadilan
dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan; c.
Asas kepentingan umum, yakni asas yang membela dan melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan
umum; d.
Asas keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif
tentang penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan; e.
Asas profesionalitas, yakni asas yang mengutamakan keahlian dalam pelaksanaan tugas dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap
berlandaskan pada kode etik dan ketentuan peraturan perundang- undangan; f.
Asas integritas, yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan
Otoritas Jasa Keuangan; g.
Asas akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. 3.
Layanan Kantor Tanpa Bank Branchless banking Otoritas Jasa Keuangan industri perbankan dan industri jasa keuangan lainnya
berkomitmen untuk mendukung terwujudnya keuangan inklusif. Hal ini selaras
Universitas Sumatera Utara
dengan program pemerintahan yaitu Strategi Nasional Keuangan Inklusif SNKI yang dikeluarkan Juni 2012. Salah satu programnya adalah branchless banking.
Menindak lanjuti hal tersebut Otoritas Jasa Keuangan OJK menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 19POJK.032014 tentang Layanan Keuangan Tanpa
Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif. Otoritas juga sudah mengeluarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 6SEOJK.032015 tentang Layanan Keuangan
Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif oleh Bank.
26
Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif yaitu program penyediaan layanan perbankan dan atau layanan keuangan lainnya melalui
kerjasama dengan pihak lain agen bank dan juga didukung oleh penggunaan sarana teknologi informasi. Tujuan dari Laku Pandai adalah menyediakan produk-produk
keuangan yang sederhana, mudah dipahami, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang belum dapat menjangkau layanan keuangan saat ini. Apabila berbagai kelompok
masyarakat di Indonesia menggunakan layanan keuanganperbankan, diharapkan kegiatan ekonomi masyarakat bisa menjadi lebih lancar sehingga mendorong
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan antarwilayah di Indonesia terutama antara desa-kota.
27
Upaya implementasi Laku Pandai membutuhkan peranan agen Laku Pandai. Agen ini merupakan pihak perorangan dan badan hukum yang bekerjasama dengan
bank penyelenggara Laku Pandai dan menjadi kepanjangan tangan bank untuk
26
Bank Kaltim, ―Program Laku Pandai dari OJK‖, Majalah Bank Kaltim Media, Edisi 53, Oktober-November 2015, hlm. 30
27
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
menyediakan layanan perbankan dan layanan keuangan lainnya sesuai yang diperjanjikan kepada masyarakat dalam rangka keuangan inklusif. Selain dari
perorangan dan badan hukum, agen Laku Pandai bisa juga diperankan oleh penduduk setempat dengan syarat memiliki kegiatan di lokasi sebagai sumber penghasilan
utama.
28
Perorangan dan badan hukum juga harus memiliki kemampuan, kredibilitas, reputasi dan integritas. Sementara untuk badan hukum harus memenuhi syarat
memiliki kegiatan usaha di lokasi, memiliki teknologi informasi yang memadai, memiliki reputasi, kredibilitas dan kinerja yang baik serta lulus uji tuntas due
diligence oleh bank penyelenggara. Agen Laku Pandai dapat berada di seluruh wilayah Indonesia dengan wilayah operasional di kelurahan atau desa dimana agen
tersebut bertempat tinggal jika agen perorangan atau berlokasi usaha jika agen berbadan hukum.
29
Mengenal agen Laku Pandai, masyarakat dapat mengenali tempat atau lokasi usaha agen laku pandai dengan melihat atribut pengenal berupa tanda pengenal laku
pandai seperti papan nama atau spanduk dan surat penunjukan agen Laku Pandai. Kedua jenis atribut pengenal agen tersebut dipasang di tempat usaha agen sedemikian
rupa agar mudah dilihat oleh nasabah dan calon nasabah. Untuk bertransaksi, agen dapat melayani transaksi nasabah secara real time online dengan menggunakan
perangkat elektronik seperti telepon seluler, laptop, komputer, tablet, internet
28
Ibid.
29
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
banking, atau host to host, selaras dengan perjanjian kerjasama dengan bank. Dan untuk nasabah transaksi dapat melalui telepon seluler atau bisa juga tanpa perangkat
elektronis seperti kartu, buku tabungan, atau hanya bukti transaksi, sesuai dengan yang ditetapkan oleh bank.
30
F. Metode Penelitian