BAB IV KAJIAN YURIDIS OTORITAS JASA KEUANGAN SEBAGAI
PENGAWAS DALAM KEGIATAN LAYANAN PERBANKAN TANPA KANTOR BRANCHLESS BANKING
A. Layanan Perbankan Tanpa Kantor branchless banking sebagai Perwujudan dari Keuangan Inklusif
Keuangan inklusif financial inclusion adalah seluruh upaya yang bertujuan meniadakan segala bentuk hambatan yang bersifat harga maupun non
harga, terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan. Keuangan inklusif ini merupakan strategi nasional untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi melalui pemerataan pendapatan, pengentasan kemiskinan serta stabilitas sistem keuangan.
108
Keuangan inklusif merupakan strategi pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pemerataan pendapatan, pengentasan
kemiskinan serta stabilitas sistem keuangan. Strategi yang berpusat pada masyarakat ini perlu menyasar kelompok yang mengalami hambatan untuk
mengakses layanan keuangan. Strategi keuangan inklusif secara eksplisit menyasar kelompok dengan kebutuhan terbesar atau belum dipenuhi atas layanan
keuangan yaitu tiga kategori penduduk orang miskin berpendapatan rendah, orang miskin bekerjamiskin produktif, dan orang hampir miskin dan tiga lintas
kategori pekerja migran, perempuan, dan penduduk daerah tertinggal.
109
108
Republik Indonesia, Bank Indonesia, Op. Cit, hlm. 4.
109
Ibid, hlm. 8.
Universitas Sumatera Utara
Definisi keuangan inklusif dalam Strategi Nasional Keuangan Inklusif, adalah:
110
Hak setiap orang untuk memiliki akses dan layanan penuh dari lembaga keuangan secara tepat waktu, nyaman, informatif, dan terjangkau
biayanya, dengan penghormatan penuh kepada harkat dan martabatnya. Layanan keuangan tersedia bagi seluruh segmen masyarakat, dengan
perhatian khusus kepada orang miskin, orang miskin produktif, pekerja migrant, dan penduduk di daerah terpencil.
Visi nasional keuangan inklusif dirumuskan sebagai berikut:
111
Mewujudkan sistem keuangan yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, penanggulangan
kemiskinan, pemerataan pendapatan dan terciptanya stabilitas sistem keuangan di Indonesia.
Visi keuangan inklusif tersebut dijabarkan dalam beberapa tujuan sebagai berikut:
112
1. Menjadikan strategi keuangan inklusif sebagai bagian dari strategi besar
pembangunan ekonomi, penanggulangan kemiskinan, pemerataan pendapatan dan stabilitas sistem keuangan. Keuangan inklusif adalah strategi untuk
mencapai tujuan
pembangunan ekonomi
yang lebih
luas, yaitu
penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta bagian dari strategi untuk mencapai stabilitas sistem keuangan. Kelompok
miskin dan marjinal merupakan kelompok yang memiliki keterbatasan akses ke layanan keuangan. Tujuan keuangan inklusif adalah memberikan akses ke
110
Ibid, hlm. 6
111
Ibid.
112
Ibid, hlm. 7-8.
Universitas Sumatera Utara
jasa keuangan yang lebih luas bagi setiap penduduk, namun terdapat kebutuhan untuk memberikan fokus lebih besar kepada penduduk miskin.
2. Menyediakan jasa dan produk keuangan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Konsep keuangan inklusif harus dapat memenuhi semua kebutuhan yang berbeda dari segmen penduduk yang berbeda melalui
serangkaian layanan holistik yang menyeluruh. 3.
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai layanan keuangan. Hambatan utama dalam keuangan inklusif adalah tingkat pengetahuan
keuangan yang rendah. Pengetahuan ini penting agar masyarakat merasa lebih aman berinteraksi dengan lembaga keuangan.
4. Meningkatkan akses masyarakat ke layanan keuangan. Hambatan bagi orang
miskin untuk mengakses layanan keuangan umumnya berupa masalah geografis dan kendala administrasi. Menyelesaikan permasalahan tersebut
akan menjadi terobosan mendasar dalam menyederhanakan akses ke jasa keuangan.
5. Memperkuat sinergi antara bank, lembaga keuangan mikro, dan lembaga
keuangan non bank. Pemerintah harus menjamin tidak hanya pemberdayaan kantor cabang, tetapi juga peraturan yang memungkinkan perluasan layanan
keuangan formal. Oleh karena itu, sinergi antara Bank, Lembaga Keuangan Mikro LKM, dan Lembaga Keuangan Bukan Bank menjadi penting
khususnya dalam mendukung pencapaian stabilitas sistem keuangan. 6.
Mengoptimalkan peran teknologi informasi dan komunikasi TIK untuk memperluas cakupan layanan keuangan. Teknologi dapat mengurangi biaya
Universitas Sumatera Utara
transaksi dan memperluas sistem keuangan formal melampaui sekedar layanan tabungan dan kredit. Namun, pedoman dan peraturan yang jelas perlu
ditetapkan untuk menyeimbangkan perluasan jangkauan dan resikonya. World Bank mengungkapkan setidaknya terdapat empat jenis layanan jasa
keuangan yang dianggap vital bagi kehidupan masyarakat yakni layanan penyimpanan dana, layanan kredit, layanan sistem pembayaran dan asuransi
termasuk di dalamnya dana pensiun. Keempat aspek inilah yang menjadi persyaratan mendasar yang harus dimiliki setiap masyarakat untuk memperoleh
kehidupan yang lebih baik. Peningkatkan akses masyarakat kepada lembaga keuangan tersebut tentunya merupakan masalah kompleksitas yang memerlukan
koordinasi lintas sektoral yang melibatkan otoritas perbankan, jasa keuangan non bank dan kementerian atau lembaga lain yang menaruh perhatian pada upaya
pengentasan kemiskinan, sehingga diperlukan kebijakan komprehensif serta menyeluruh dalam suatu SNKI.
113
Ketersediaan akses layanan keuangan sangat diperlukan bagi masyarakat yang belum mengenal, menggunakan, danatau mendapatkan layanan perbankan
dan layanan keuangan lainnya. Dalam rangka memperluas akses layanan keuangan, OJK, industri perbankan, dan industri jasa keuangan lainnya
berkomitmen mendukung terwujudnya keuangan inklusif yang juga sejalan dengan SNKI yang telah dicanangkan pemerintah. salah satu wujud komitmen
dari industri jasa keuangan yang sudah dituangkan sebagai salah satu program SNKI adalah penyediaan layanan keuangan tanpa kantor branchless banking.
113
Ibid, hlm. 11.
Universitas Sumatera Utara
Melalui layanan keuangan tanpa kantor branchless banking tersedia produk- produk keuangan yang dapat dijangkau, sederhana, mudah dipahami, dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dalam rangka mendukung keuangan inklusif. Laku Pandai yang memanfaatkan sarana teknologi informasi seperti
telepon seluler, Electronic Data Capture EDC danatau internet banking yang mendukung layanan keuangan oleh Bank melalui Agen, diharapkan dapat
menjangkau masyarakat di daerah terpencil. Dengan pemanfaatan sarana teknologi informasi tersebut, diharapkan juga dapat mengurangi biaya terkait
untuk melakukan transaksi keuangan, sehingga dapat menjadi lebih murah bagi masyarakat. Selanjutnya, Laku Pandai akan menyediakan produk keuangan yang
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di daerah terpencil danatau berpenghasilan rendah, dengan karakteristik yang sederhana sehingga lebih
mudah dipahami yang diiringi dengan kemudahan dalam pemrosesan dokumen permohonan dari calon nasabah.
114
Produk yang dapat disediakan oleh lembaga jasa keuangan yang menyelenggarakan Laku Pandai antara lain:
115
1. Tabungan.
Tabungan sebagaimana dimaksud dalam laku pandai adalah tabungan yang memiliki karakteristik Basic Saving Account selanjutnya disebut dengan
BSA.
116
Karakteristik BSA adalah sebagai berikut:
117
114
Penjelasan Peraturan OJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
115
Pasal 4 Peraturan OJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
116
Pasal 5 ayat 1 Peraturan OJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
Universitas Sumatera Utara
a. hanya dapat dimiliki oleh perorangan warga negara Indonesia;
b. dalam mata uang Rupiah;
c. tanpa batas minimum setoran;
d. tanpa batas minimum saldo rekening;
e. batas maksimum saldo rekening setiap saat ditetapkan paling banyak
Rp20.000.000,00 dua puluh juta rupiah; f.
batas maksimum transaksi debet rekening berupa penarikan tunai, pemindahbukuan danatau transfer keluar dalam 1 satu bulan secara
kumulatif pada setiap rekening paling banyak Rp5.000.000,00 lima juta rupiah;
g. batas maksimum transaksi debet rekening dapat ditetapkan Bank lebih
besar dari Rp5.000.000,00 lima juta rupiah dalam 1 satu bulan, namun tidak boleh lebih besar dari Rp60.000.000,00 enam puluh juta rupiah
dalam 1 satu tahun secara kumulatif, dalam hal nasabah juga merupakan debitur Bank;
h. dibebaskan dari pembebanan biaya untuk:
1
administrasi bulanan,
2
pembukaan rekening,
3
transaksi penyetoran tunai,
4
transaksi transfer masuk,
5
transaksi pemindahbukuan, dan
6
penutupan rekening;
117
Pasal 5 ayat 2 Peraturan OJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
Universitas Sumatera Utara
i. biaya untuk transaksi tarik tunai, transfer keluar, pembayaran melalui
rekening tabungan dan biaya lainnya, ditetapkan oleh Bank dan harus lebih sedikit dari biaya transaksi serupa untuk rekening tabungan reguler;
j. mendapatkan bunga atau bagi hasil mulai dari saldo rekening Rp1,00 satu
rupiah; dan k.
tidak diperkenankan untuk rekening bersama dengan status ―danatau‖. Tabungan dengan karakteristik BSA hanya dapat diberikan Bank kepada
nasabah yang belum memiliki tabungan lainnya.
118
Bank diberikan kebebasan untuk menetapkan:
119
a. nama produk tabungan dengan karakteristik BSA; dan
b. bentuk bukti kepemilikan rekening tabungan.
Dalam hal jumlah transaksi nominal dalam 1 satu bulan melampaui batas maksimum danatau saldo melampaui batas maksimum saldo rekening dan
nasabah tetap ingin melakukan transaksi danatau meningkatkan saldo rekening, Bank dapat mengubah status tabungan dengan karakteristik BSA menjadi
tabungan reguler setelah:
120
a. Bank terlebih dahulu meminta konfirmasi persetujuan kepada nasabah
pemilik tabungan dengan karakteristik BSA; atau
118
Pasal 5 ayat 3 Peraturan OJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
119
Pasal 5 ayat 4 Peraturan OJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
120
Pasal 5 ayat 5 Peraturan OJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
Universitas Sumatera Utara
b. Bank memberikan persetujuan atas permintaan nasabah pemilik tabungan
dengan karakteristik BSA untuk mengubah status tabungan dengan karakteristik BSA menjadi tabungan reguler.
Saldo BSA nihil danatau tidak ada transaksi selama 6 enam bulan berturut-turut, status tabungan dengan karakteristik BSA dapat diubah menjadi
rekening tidur dormant account.
121
Bank hanya dapat menerbitkan kartu Anjungan Tunai Mandiri ATM atau kartu debet kepada nasabah tabungan
dengan karakteristik BSA berdasarkan permohonan dari nasabah.
122
Dalam hal Bank memerlukan kerjasama dengan perusahaan penyelenggara sistem
pembayaran dalam menerbitkan kartu ATM atau kartu debet, kerjasama harus dilakukan dengan perusahaan yang berbadan hukum Indonesia dan memiliki
lokasi pemrosesan transaksi dan penempatan pusat data di Indonesia.
123
Bank yang telah disetujui menjadi penyelenggara Laku Pandai wajib menyediakan
tabungan dengan karakteristik BSA pada setiap jaringan kantor Bank.
124
2. Kredit atau pembiayaan untuk nasabah mikro.
Kredit atau pembiayaan untuk nasabah mikro diberikan Bank kepada nasabah pemilik tabungan dengan karakteristik BSA, dalam hal:
125
a. calon debitur telah menjadi nasabah paling singkat 6 enam bulan; atau
121
Pasal 5 ayat 6 Peraturan OJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
122
Pasal 5 ayat 7 Peraturan OJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
123
Pasal 5 ayat 8 Peraturan OJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
124
Pasal 5 ayat 9 Peraturan OJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
125
Pasal 6 ayat 1 Peraturan OJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
Universitas Sumatera Utara
b. calon debitur menjadi nasabah kurang dari 6 enam bulan, namun Bank
telah memiliki keyakinan tentang kelayakan calon debitur danatau kemampuan keuangan yang bersangkutan; dan
c. kredit atau pembiayaan ditujukan untuk membiayai kegiatan usaha yang
bersifat produktif danatau kegiatan lain dalam rangka mendukung terwujudnya Keuangan Inklusif.
Kredit atau pembiayaan untuk nasabah mikro sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memiliki karakteristik paling sedikit:
126
a. jangka waktu kredit atau pembiayaan paling lama 1 satu tahun; atau
b. jangka waktu kredit atau pembiayaan dapat lebih lama dari 1 satu tahun
sepanjang sesuai dengan siklus usaha debitur; dan c.
batas maksimum nominal kredit atau pembiayaan ditetapkan paling banyak Rp20.000.000,00 dua puluh juta rupiah.
Pengajuan permohonan kredit atau pembiayaan untuk nasabah mikro dapat dilakukan melalui jaringan kantor Bank atau Agen.
127
Analisis kelayakan dan persetujuan atas permohonan kredit atau pembiayaan tetap dilakukan oleh
Bank.
128
Pencairan kredit atau pembiayaan untuk nasabah mikro dapat dilakukan melalui:
129
a. rekening tabungan dengan karakteristik BSA milik debitur; atau
126
Pasal 6 ayat 2 Peraturan OJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
127
Pasal 7 ayat 1 Peraturan OJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
128
Pasal 7 ayat 2 Peraturan OJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
129
Pasal 7 ayat 3 Peraturan OJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
Universitas Sumatera Utara
b. rekening milik pihak penyedia kebutuhan usaha debitur.
Bank wajib menyalurkan kredit atau pembiayaan produktif kepada nasabah mikro sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1 paling sedikit 70 tujuh
puluh perseratus dari total portofolio kredit atau pembiayaan untuk nasabah mikro dalam rangka Laku Pandai.
130
3. Asuransi mikro.
Asuransi mikro adalah produk asuransi yang ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
131
4. Produk keuangan lainnya berdasarkan persetujuan otoritas jasa keuangan. Produk layanan Laku Pandai diatas memudahkan masyarakat yang belum
merasakan pelayanan bank. Masyarakat dapat menyimpan uangnya di bank tanpa khawatir saldo tabungannya berkurang karena biaya administrasi rekening bahkan
tetap memperoleh bunga tabungan dan dijamin oleh LPS. Masyarakat dapat melakukan transaksi tanpa harus ke lokasi kantor bank, melainkan cukup
mengunjungi lokasi agen Laku Pandai yang lebih dekat dengan tempat tinggalnya.
B. Kajian Yuridis Otoritas Jasa Keuangan sebagai Pengawas dalam Kegiatan Layanan Perbankan Tanpa Kantor branchless banking
Sejak akhir tahun 2013, pengawasan perbankan telah beralih dari BI kepada OJK. Dengan bergabungnya pengawasan perbankan yang merupakan
bagian penting dalam industri jasa keuangan di Indonesia, maka pengawasan
130
Pasal 8 Peraturan OJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
131
Pasal 9 Peraturan OJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
Universitas Sumatera Utara
terhadap industri jasa keuangan secara terintegrasi telah dimulai oleh OJK. Hal ini selain diamanatkan dalam undang-undang juga merupakan jawaban atas
kecenderungan integrasi dan interkoneksi yang semakin kuat di industri keuangan. OJK mempunyai tekad dan komitmen yang tinggi untuk melanjutkan sekaligus
meningkatkan fungsi pengaturan dan pengawasan industri keuangan, termasuk dengan meningkatkan komunikasi dengan para pelaku industri untuk mendapat
masukan dan input untuk pengembangan industri keuangan ke depan. Otoritas Jasa Keuangan memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan
dan kegiatan usaha tertentu bank, menetapkan peraturan, melaksanakan pengawasan bank serta mengenakan sanksi terhadap bank. Pengaturan dan
pengawasan bank diarahkan untuk mengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia agar tercipta sistem perbankan yang sehat secara menyeluruh maupun individual,
dan mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi perekonomian nasional. Kewenangan untuk
mengawasi right to control dalam perbankan terbagi 2 dua, yaitu :
132
1. Pengawasan bank secara langsung on-site supervision terdiri dari
pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran keadaan keuangan bank dan untuk memantau tingkat
kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku, serta untuk mengetahui apakah
terdapat praktik-praktik
tidak sehat
yang membahayakan
kelangsungan usaha bank;
132
Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, Booklet Perbankan Indonesia 2014, Jakarta: OJK, 2014, hlm. 25.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengawasan tidak langsung off-site supervision yaitu pengawasan melalui
alat pemantauan seperti laporan berkala yang disampaikan bank, laporan hasil pemeriksaan dan informasi lainnya.
Tugas Pengawasan yang dijalankan oleh OJK dilakukan dengan sistem pengawasannya dengan menggunakan 2 dua pendekatan yaitu:
133
1. Pengawasan Berdasarkan Kepatuhan Compliance Based Supervision CBS,
yaitu pemantauan kepatuhan bank terhadap ketentuan-ketentuan yang terkait dengan operasi dan pengelolaan bank di masa lalu dengan tujuan untuk
memastikan bahwa bank telah beroperasi dan dikelola secara baik dan benar menurut prinsip-prinsip kehati-hatian. Pengawasan terhadap pemenuhan aspek
kepatuhan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan Pengawasan Bank berdasarkan Risiko;
2. Pengawasan Berdasarkan Risiko Risk Based Supervision RBS, yaitu
pengawasan bank yang menggunakan strategi dan metodologi berdasarkan risiko yang memungkinkan pengawas bank dapat mendeteksi risiko yang
signifikan secara dini dan mengambil tindakan pengawasan yang sesuai dan tepat waktu.
Program Laku Pandai yang dikeluarkan oleh OJK tidak luput dari pengawasan OJK. Hal ini bisa terlihat dalam berbagai ketentuan yang diatur
dalam
Peraturan OJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif dan ditindak lanjuti dengan
Surat Edaran Otoritas
133
Ibid, hlm. 26.
Universitas Sumatera Utara
Jasa Keuangan Nomor 6Seojk.032015 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif Oleh Bank.
Pengawasan berdasarkan
kepatuhan tercermin
bahwa dalam
menyelenggarakan Laku Pandai, bank yang akan menjadi penyelenggara Laku Pandai selain harus memenuhi persyaratan juga harus mendapatkan persetujuan
terlebih dahulu dari OJK. Bank yang telah mendapatkan persetujuan dari OJK selanjutnya
disebut sebagai
bank penyelenggara.
Bank yang
ingin menyelenggarakan Laku Pandai harus mencantumkan rencana penyelenggaraan
laku pandai dalam Rencana Bisnis Bank selanjutnya disebut dengan RBB tahun yang bersangkutan, yang paling sedikit memuat informasi dan penjelasan sebagai
berikut:
134
1. jenis dan gambaran umum penyelenggaraan Laku Pandai;
2. rencana waktu penyelenggaraan Laku Pandai mulai dilaksanakan;
3. keterkaitan penyelenggaraan Laku Pandai dengan strategi bisnis dan manfaat
yang diharapkan oleh Bank Penyelenggara; 4.
identifikasi risiko yang timbul dari dan mitigasi risiko yang disiapkan untuk penyelenggaraan Laku Pandai; dan
5. jumlah dan jenis Agen yang ditargetkan per tahun selama 3 tiga tahun
pertama penyelenggaraan dan untuk kerjasama pada tahun pertama disertai dengan rincian lokasi kabupatenkota.
134
Point III Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 6Seojk.032015 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif Oleh Bank.
Universitas Sumatera Utara
Bank selanjutnya harus mengajukan surat permohonan persetujuan disertai dengan dokumen pendukung yang paling sedikit memuat informasi sebagai
berikut:
135
1. informasi umum mengenai penyelenggaraan Laku Pandai meliputi antara lain
penjelasan produk yang akan disediakan dalam laku pandai, rencana waktu penerbitan produk, target pasar danatau nasabah, dan rencana atau target nilai
transaksi dalam 1 satu tahun pertama; 2.
manfaat, biaya dan risiko bagi bank; 3.
manfaat, biaya dan risiko bagi nasabah dan agen; 4.
rencana cakupan layanan agen termasuk klasifikasinya dan wilayah operasional agen;
5. prosedur pelaksanaan Standard Operating ProcedureSOP, struktur
organisasi dan kewenangan, termasuk pengawasan dari kantor pusat danatau kantor Bank di daerah yang menjadi target lokasi agen;
6. hasil analisis dari identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian
terhadap risiko yang melekat pada penyelenggaraan Laku Pandai dan rencana mitigasi risikonya, antara lain hasil analisis aspek hukum atas
penyelenggaraan Laku Pandai; 7.
rencana kebijakan dan prosedur terkait dengan penerapan program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme selanjutnya disebut
dengan APU dan PPT termasuk program APU dan PPT yang dijalankan oleh agen;
135
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
8. dokumen atau konsep dokumen dalam rangka:
a. transparansi dan edukasi kepada agen dan nasabah meliputi antara lain
perjanjian antara Bank dengan nasabah danatau agen, brosur, leaflet, danatau formulir aplikasi
b. kesiapan infrastruktur teknologi informasi,
c. kesiapan penerapan manajemen risiko khususnya untuk memastikan
terpenuhinya prinsip-prinsip pengamanan informasi; 9.
sistem informasi akuntansi termasuk penjelasan singkat mengenai keterkaitan sistem informasi akuntansi kegiatan laku pandai dengan sistem informasi
akuntansi Bank secara menyeluruh, danatau sistem pencatatan administrasi; 10.
hasil pemeriksaan dan pendapat dari pihak independen atas karakteristik produk, dan kecukupan pengamanan teknologi informasi terkait laku pandai
serta kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan best practices di bidang teknologi informasi.
Bank harus
mengajukan permohonan
persetujuan untuk
menyelenggarakan laku pandai paling cepat 60 enam puluh hari sebelum target waktu penyelenggaraan laku pandai dengan disertai dokumen pendukung.
136
OJK memberikan persetujuan atas permohonan penyelenggaraan laku pandai setelah
mempertimbangkan kelengkapan dokumen dan analisis terhadap kemampuan bank,
pemenuhan persyaratan,
dan kesesuaian
dengan karakteristik
penyelenggaraan laku pandai yang akan dilakukan oleh Bank. Bank yang telah
136
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
disetujui untuk menyelenggarakan Laku Pandai harus mulai melakukan kegiatan paling lama 6 enam bulan sejak persetujuan diberikan.
137
Pengawasan berdasarkan resiko dalam Laku Pandai tercermin bahwa Bank wajib menerapkan prinsip-prinsip pengendalian pengamanan data nasabah dan
transaksi e-banking pada sistem elektronik untuk penyelenggaraan Laku Pandai sebagaimana dimaksud dalam ketentuan mengenai penerapan manajemen risiko
dalam penggunaan teknologi informasi bagi bank. Dalam pelaksanaan prinsip keaslian authentication, Bank penyelenggara laku pandai paling sedikit
menetapkan dua faktor keaslian two factor authentication. Dalam pelaksanaan prinsip tidak dapat diingkari non repudiation, Bank penyelenggara laku pandai
paling sedikit menerapkan messaging security dan end to end encryption.
138
Peraturan OJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif juga mengatur ketentuan pelaporan Bank kepada OJK
sebagai bentuk pengawasan.
Bank yang telah memperoleh persetujuan menjadi penyelenggara Laku Pandai wajib menyampaikan:
139
1. laporan realisasi penyelenggaraan laku pandai untuk pertama kali, paling
lambat 15 lima belas hari kerja setelah laku pandai dilaksanakan; 2.
laporan rencana kerjasama dengan agen dalam rangka penyelenggaraan laku pandai setiap tahun dicantumkan dalam RBB tahun yang bersangkutan; dan
137
Pasal 14 ayat 4 POJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
138
Pasal 33 POJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
139
Pasal 35 POJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
Universitas Sumatera Utara
3. laporan realisasi kerjasama dengan agen sebagaimana dimaksud pada huruf b
disampaikan bersamaan dengan laporan realisasi RBB sebagaimana ketentuan yang berlaku.
Bank penyelenggara Laku Pandai wajib menyampaikan laporan perkembangan penyelenggaraan laku pandai.
140
Laporan perkembangan penyelenggaraan laku pandai disampaikan secara triwulanan untuk posisi bulan
Maret, Juni, September, dan Desember.
141
Laporan perkembangan penyelenggaraan Laku Pandai disampaikan paling lambat setiap tanggal 15 lima
belas setelah akhir bulan laporan.
142
Dalam hal tanggal 15 lima belas jatuh pada hari libur, laporan paling lambat disampaikan pada hari kerja terakhir
sebelumnya.
143
Laporan perkembangan penyelenggaraan Laku Pandai disampaikan secara online.
144
Selama penyampaian laporan secara online sebagaimana dimaksud pada ayat 5 belum dapat dilakukan, Bank menyampaikan hardcopy dan softcopy
laporan secara offline kepada OJK.
145
Laporan rencana kerjasama pertama kali dengan agen berbadan hukum yang telah bekerjasama dengan bank penyelenggara
140
Pasal 36 ayat 1 POJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
141
Pasal 36 ayat 2 POJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
142
Pasal 36 ayat 3 POJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
143
Pasal 36 ayat 4 POJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
144
Pasal 36 ayat 5 POJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
145
Pasal 36 ayat 6 POJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
Universitas Sumatera Utara
lain yang kegiatan usahanya sejenis wajib disampaikan paling cepat 7 tujuh hari kerja sebelum kerjasama dilakukan.
146
146
Pasal 37 POJK No. 19POJK.032014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN