commit to user
yang ada di Surakarta setelah itu dilihat dimana yang paling prioritas dimungkinkan dilakukan pencegahan, karena pencegahan tidak efektif jika
dilakukan di pinggir-pinggir jalan. Maka lebih efektif jika dilakukan pengorganisiran,
dengan cara
melakukan edukasi
penguatan stakeholdersnya bagaimana bisa melakukan pencegahan sendiri. SpekHam
juga memfasilitasi dengan adanya outlet-outlet kondom di daerah-daerah prostitusi dan adanya mobile clinic bekerjasama dengan puskesmas
Manahan dan Sangkrah sebagai klinik IMS di kota Surakarta. Respon dari para WPS, ada 2 macam. Respon cepat, yaitu mereka menyambut positif
adanya sosialisasi bahaya HIVAIDS atau pemeriksaan kesehatan. Respon lambat, yaitu ketika dihadapkan pada bagaimana ketika mereka beresiko
terkena HIVAIDS dan harus melakukan perubahan perilaku. Setiap bulan SpekHam melaporkan pada KPA tentang program yang dijalankan, orang-
orang yang berhasil dijangkau, dan laporan penggunaan kondom karena kebutuhan kondom sudah disuplai dari KPA.
3. LSM Kakak
Yayasan Kakak merupakan sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang perlindungan dan perwujudan hak-hak anak
terutama hak anak sebagai konsumen dan anak korban eksploitasi serta kekerasan seksual.Menurut UU Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002
menyebutkan anak adalah seseorang yang berusia 18 tahun kebawah termasuk yang ada di dalam kandungan dengan tidak memandang jenis
kelamin.Pada awal Yayasan Kakak berdiri pada 23 Juli 1997 merupakan
commit to user
perwujudan dari sekelompok orang yang mempunyai kepedulian terhadap permasalahan anak sebagai konsumen. Anak-anak yang mempunyai pola
hidup konsumtif dapat menjadikan mereka korban prostitusi anak penelitian Yayasan Kakak, 2002.
Dalam upaya ikut menurunkan angka penularan HIVAIDS di kota Surakarta, Yayasan Kakak selama ini fokus melakukan pendampingan
terhadap anak-anak korban ESKA Eksploitasi Seksual Komersial Anak. Korban ESKA terdiri dari anak-anak korban prostitusi, pornografi dan
perdagangan anak untuk tujuan seksual. Anak-anak korban ESKA ini cenderung rentan terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
penyakit menular seksual IMS. Program-program yang dilakukan adalah :
1. Pendampingan terhadap anak korban ESKA
Pendampingan yang dilakukan bersifat umum, anak-anak korban ESKA yang masih sekolah yang masih punya keinginan untuk belajar
maka difasilitasi dengan pendidikan formal maupun informal. Misalnya untuk pendidikan formal dengan bantuan SPP, sedangkan untuk
pendidikan informal dicarikan tempat-tempat kursus yang sesuai dengan minat dan bakat anak misalnya kursus salon, desain, menjahit
dan lain-lain. 2. Pemberian pendidikan kesehatan reproduksi
Penyampaian informasi tentang kesehatan reproduksi ini dilakukan ketika melakukan home visit. Home visit merupakan kunjungan yang
commit to user
dilakukan baik ke rumah, tempat kos, atau hot spot tempat-tempat anak korban ESKA melakukan transaksi prostitusi. Informasi yang
diberikan kepada anak-anak korban ESKA ini meliputi bahaya beberapa penyakit menular seksual yang bisa menyerang mereka jika tetap aktif
terlibat dalam prostitusi. 3. Yayasan Kakak memberi kesempatan bagi anak-anak korban ESKA
untuk melakukan konseling Konseling yang dilakukan meliputi keluhan mengenai kesehatan
reproduksi karena untuk anak-anak yang terjebak dalam prostitusi ini sangat rentan terkena penyakit menular seksual. Mereka melakukan
konseling menanyakan bagaimana tindak lanjut jika sudah terkena penyakit
menular seksual.
Yayasan Kakak
konsisten tidak
memperbolehkan anak-anak korban ESKA yang terjebak di prostitusi untuk menggunakan kondom karena jika memberikan kondom itu
berarti masih melegalkan prostitusi anak-anak. Yayasan Kakak mengharapkan anak-anak bisa terbebas dari korban perdagangan anak
untuk tujuan seksual. Mimpi besar Yayasan Kakak adalah tidak ada lagi anak yang menjadi korban dalam prostitusi.
4. Pemberian pelayanan kesehatan Bagi para anak korban ESKA yang memerlukan pemeriksaan
kesehatan, Yayasan Kakak bekerjasama dengan beberapa instansi rumah sakit untuk memeriksa kesehatan reproduksi mereka bila mereka
mengalami gangguan atau sudah terkena penyakit IMS. Kerjasama
commit to user
yang dilakukan diluar jaringan KPA Surakarta adalah dengan salah satu rumah sakit swasta yang ada di Surakarta. Ketika ada anak korban
ESKA yang butuh pemeriksaan kesehatan reproduksi, maka diantar ke rumah sakit tersebut dan Yayasan Kakak membantu mereka dalam hal
dana sekalipun tidak 100, dan dari pihak rumah sakit membantu dengan keringanan-keringanan tertentu, misalnya ongkos periksa
maupun obat-obatannya. Selain itu, pemberian pelayanan kesehatan ini juga dilakukan bekerjasama dengan instansi rumah sakit atau
puskesmas milik pemerintah. Untuk klinik IMS di kota Surakarta ada 2, yaitu puskesmas Manahan dan puskesmas Sangkrah. Karena lokasi
Yayasan Kakak lebih dekat dengan puskesmas Manahan maka dirujuk kesana, tetapi jika tempat tinggal mereka lebih dekat dengan puskesmas
Sangkrah maka akan dirujuk untuk periksa ke puskesmas Sangkrah. Di samping itu, karena KPA Surakarta memiliki program VCT, saat ada
anak korban ESKA dengan kesadaran sendiri ingin mengetahui ‘status HIV’nya maka Yayasan Kakak merekomendasi ke KPA Surakarta
bahwa benar anak tersebut adalah dampingan dari Yayasan Kakak dan ingin melakukan VCT. Kecendungan selama ini anak-anak korban
ESKA hanya terkena penyakit IMS dan belum ada yang diketahui terkena HIVAIDS.
Selain itu untuk program-program penanganan HIVAIDS yang terlepas dari anak korban ESKA, Yayasan Kakak melakukan sosialisasi
pada masyarakat lewat siaran radio, opini-opini publik di surat kabar lokal,
commit to user
atau menjadi pembicara dalam siaran atau seminar tentang bahaya HIVAIDS khususnya bagi anak korban ESKA. Yayasan Kakak selalu
memberikan laporan ke KPA terkait dengan anak-anak korban ESKA yang berhasil dijangkau setiap bulannya. Hambatan yang dihadapi adalah perlu
butuh waktu yang lama untuk menyadarkan anak-anak korban ESKA tersebut terkait bahaya HIVAIDS. Seluruh upaya sosialisasi sudah
dilakukan dan semua kembali pada keputusan anak-anak korban ESKA itu sendiri.
4. LSM Graha Mitra