LSM Gessang Hasil Penelitian 1. Komisi Penanggulangan Aids Surakarta

commit to user outlet-outlet kondom yang terdapat di salon-salon atau panti pijat tertentu yang biasa didatangi para waria. 3. Pengadaan seminar atau penyuluhan Dari seminar dan penyuluhan yang dilakukan, akan diambil beberapa dari kaum waria yang mengikuti seminar dan penyuluhan tersebut untuk selanjutnya dibentuk peer educator. Para peer educator ini akan ditraining lebih lanjut sehingga dapat menyampaikan segala informasi bahaya HIVAIDS kepada kaum waria yang lain. Diharapkan dengan adanya peer educator ini maka hasil penyuluhan akan jauh lebih efektif dan maksimal.

5. LSM Gessang

LSM Gessang selama ini fokus penanggulangan HIVAIDS pada komunitas MSM Man who have sex with Man atau laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, entah dari komunitas homo seksual atau biseksual, semuanya menjadi wilayah kerja dari LSM Gessang. Maka dari itu kampanye atau program yang dimiliki oleh LSM Gessang menjadi berbeda dengan LSM yang lain. Tujuan umum dari LSM Gessang adalah untuk menahan laju epidemi HIVAIDS di kota Surakarta, dan tujuan khususnya adalah supaya penyakit kelamin dan angka HIVAIDS dari komunitas gay itu bisa terus turun. commit to user Program-program yang dijalankan meliputi : 1. Outreach atau penjangkauan atau pendampingan Outreach ini dilakukan kepada para pelaku MSM dengan cara memberikan informasi tatap muka antara petugas lapangan dengan kaum gay baik yang komersial maupun yang non komersial tentang bahaya HIVAIDS. Kemudian juga diberikan brosur, leaflet, maupun stiker serta dijelaskan maksud dari isi media informasi tersebut. Penjangkauan ini juga dilakukan pada istri dan pacar dari para kaum MSM karena ada juga laki-laki heteroseksual yang menjadi pria pekerja seks sehingga mereka juga perlu tahu bahaya HIVAIDS. 2. Pendistribusian kondom dan pelicin Pendistribusian kondom ini ada yang secara komersial dan ada yang secara gratis. 3. Pembentukan outlet kondom Di tempat-tempat mangkal para komunitas gay baik yang komersial maupun yang non komersial dibuat suatu outlet kondom, bisa di warung atau salon atau kafe atau diskotik atau tempat-tempat lain yang memungkinkan terdapat komunitas gay di Surakarta. 4. Melakukan Cyber outreach Cyber out reach adalah chatting, dimana ada gay-gay yang tidak mau berkumpul secara terbuka dengan kaum gay yang lain sehingga dalam mencari partner seksnya melalui internet, maka ada petugas lapangan dari LSM Gessang yang khusus melakukan chatting untuk memberikan commit to user informasi tentang HIVAIDS, informasi tempat dimana bisa melakukan tes VCT atau periksa IMS atau tempat dimana bisa mendapatkan kondom. 5. Web Site khusus komunitas kaum gay Ini merupakan cara pemberian informasi efektif lewat internet. Hal ini dikarenakan tidak semua kaum gay itu berani muncul di muka umum karena ada faktor takut ketahuan keluarga atau teman-temannya bahwa sebenarnya mereka gay. Dengan demikian maka perlu web site khusus yang bisa diakses kapanpun yang berisi informasi lengkap tentang kaum gay dan bahaya HIVAIDS yang mengancam mereka. 6. Hotline Service Program ini merupakan program layanan konsultasi seputar HIVAIDS dan seksualitas bagi kaum gay. Selama ini banyak kaum gay yang memanfaatkan layanan ini, khusunya bagi mereka yang belum berani berkumpul dalam komunitas gay kota Surakarta. 7. Edutainment Sebuah program yang menggabungkan antara education dan entertainment yaitu pentas seni, dimana kaum gay dapat berkreasi dalam ajang tersebut baik untuk menyanyi, fashion show, atau menari. Kemudian di dalam pentas seni tersebut dimasukan pesan-pesan moral tentang HIVAIDS. commit to user 8. Sportainment Sebuah acara yang menggabungkan antara olahraga dan hiburan, yang didalamnya dikaitkan dengan HIVAIDS baik dalam bentuk poster, baliho, dan lain-lain. 9. Mobile Clinic Mobile clinic sangat dibutuhkan karena komunitas gay itu masih sangat malu untuk pergi ke klinik IMS atau VCT dengan alasan takut ketahuan orang lain yang mereka kenal. Caranya dengan mengundang dan mengumpulkan kaum gay di suatu tempat, ada konselor yang berasal dari kaum gay itu sendiri. Lalu dilakukan pengambilan data dan konseling di mobile clinic tersebut baru hasilnya akan dibawa ke rumah sakit atau puskesmas. 10. Manajemen PE Peer Educator Dengan adanya keterbatasan dari pekerja lapangan, maka perlu bantuan dari pihak lain. Maka dibentuklah PE atau pendidik sebaya yang bertugas sebagai pemberi informasi pada kelompok gay masing-masing tentang HIVAIDS. Karena kecenderungan kaum gay adalah berkelompok, misalnya gay dari kelompok sesama model, sesama desainer, sesama penari,sesama polisi, atau sesama tentara maka dari masing-masing kelompok itu diambil satu orang yang di training untuk bisa menjadi PE, bagaimana memberikan informasi HIVAIDS pada kelompoknya, dan bagaimana memberikan laporan hasil out reach mereka dari kelompoknya kepada LSM Gessang. Dari 30 PE yang commit to user dimiliki oleh LSM Gessang, semua bekerja secara sukarela karena ini dilakukan semata-mata sebagai keberlangsungan LSM Gessang ke depan. 11. Manajer Kasus Pendampingan bagi para kaum gay yang sudah positif HIVAIDS dilakukan dengan cara memberikan manajer kasus atau KDS kelompok dukungan sebaya supaya tetap terkontrol kehidupan mereka. Dalam perkembangannya, LSM Gessang akhirnya juga menerima komunitas lesbi untuk ditangani juga permasalahannya yang berkaitan dengan HIVAIDS. Keunikan dari LSM Gessang adalah dimana seluruh pengurus yang ada dan aktif di dalamnya merupakan bagian dari komunitas itu sendiri sehingga dapat lebih efektif dalam penyampaian bahaya HIVAIDS.

6. LSM Mitra Alam