gambaran pengetahuan mengenai AMS pada pendaki gunung yang merupakan mahasiswa USU.
4.4.3. Teknik Skoring dan Skala AMS didiagnosis dengan kuesioner AMS-LLS meliputi lima keluhan yang
paling sering dijumpai, yaitu sakit kepala, gangguan pencernaan, insomnia, lelah, oyong, dan gangguan tidur. Setiap keluhan memiliki skor dengan skala 0 – 3,
yang masing-masing skor memiliki deskripsi sesuai dengan jenis keluhan. Total skor AMS-LLS minimal = 0 dan maksimal = 15. AMS ditegakkan bila individu
mengalami sakit kepala, disertai adanya ≥ 1 keluhan lainnya, dan total skor AMS- LLS ≥ 3. Derajat keparahan AMS dapat ditentukan berdasarkan total skor AMS-
LLS dengan kategori AMS ringan 3—4, AMS sedang 5—10, dan AMS berat 11—15 Bartsch et al., 2004 dalam Liu et al., 2014.
Selanjutnya untuk mendapatkan gambaran pengetahuan responden, kuesioner terdiri atas 15 pertanyaan. Setiap jawaban benar dari 15 pertanyaan
pada kuesioner yang digunakan bernilai 1 dan jawaban salah bernilai 0. Dengan 15 pertanyaan tersebut, peneliti kemudian mendapatkan gambaran gambaran
pengetahuan responden yang dibagi menjadi 3 kategori, yaitu pengetahuan baik, cukup, dan kurang. Penentuan 3 kategori tersebut sesuai dengan aturan normatif
yang menggunakan rata-rata mean dan simpangan baku standard deviation Riwidikdo, 2008.
4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
4.5.1. Pengolahan Data Setelah pengumpulan data dengan kuesioner sebagai alat bantu,
pengolahan data dilakukan dengan berbagai tahap. Langka pertama adalah editing data, yaitu tahapan memeriksa kelengkapan pengisian kuesioner, kejelasan,
jawaban, relevansi jawaban terhadap pertanyaan dan konsistensi jawaban pada isian kuesioner. Selanjutnya, pengolah data melakukan coding, yakni data yang
Universitas Sumatera Utara
telah terkumpul kemudian diberi kode secara manual sebelum diolah dengan komputer. Langkah ketiga yaitu entry atau memasukkan data yang telah diberi
kode ke dalam program komputer. Kemudian, dilanjutkan dengan cleaning data, yaitu dengan cara memeriksa semua data yang telah dimasukkan untuk
menghindari terjadinya kesalahan dalam memasukkan data. Terakhir, menyimpan data yang telah dimasukkan dan menganalisis data.
4.5.2. Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini akan diproses dan dianalisis dengan
menggunakan program aplikasi analisis statistik untuk menganalisis faktor yang memengaruhi kejadian AMS di kalangan pendaki gunung.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Sumatera Utara USU yang
terletak di Jalan dr. Mansyur No. 5, Medan. Beberapa fakultas dan tempat unit kegiatan mahasiswa tertentu di USU dipilih sebagai tempat penelitian yang
meliputi Fakultas Pertanian dan Kehutanan, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas, UKM Kompas Komunitas Mahasiswa Pecinta Alam USU, dan UKM Pramuka
USU.
5.1.2. Karakteristik Responden Total responden dalam penelitian ini sebanyak 96 orang yang merupakan
mahasiswa Universitas Sumatera Utara dari berbagai fakultas dan jurusan, serta umumnya aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa UKM yang menaungi para
pecinta alam. Karakteristik responden dapat dilihat dengan menggunakan kuesioner yang meliputi kelompok jenis kelamin, ketinggian gunung yang didaki,
dan penyakit penyerta yang berhubungan dengan sistem kardiovaskular. Sebaran distribusi kedua hal tersebut berupa frekuensi n dan persentase dan dapat
dilihat dalam bentuk tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden
No. Variabel
Kategori n
1 Jenis kelamin
• Pria 53
55,2 • Wanita
43 44,8
2 Ketinggian gunung
yang didaki mdpl • 2000 – 2500
63 65,6
• 2500 – 3500 26
27,1 • 3500 - 4500
7 7,3
3 Penyakit penyerta
• Asma 2
2,1 • Penyakit jantung
bawaan 2
2,1 • Tidak ada penyakit
penyerta 92
95,8
Berdasarkan Tabel 5.1, diketahui bahwa pria 55,2 lebih banyak terlibat sebagai subjek penelitian ini daripada wanita 44,8. Selanjutnya, ketinggian
gunung yang didaki oleh responden dikelompokkan menjadi 3 bagian, yakni 2000 - 2500 mdpl 65,6, 2500 – 3500 mdpl 27,1, dan 3500 – 4500 mdpl 7,3.
Selain jenis kelamin dan ketinggian pendakian, penyakit penyerta yang berhubungan dengan sistem respirasi dan kardiovaskular juga menjadi
karakterisktik responden dalam penelitian ini yang mana didapati terdapat penyakit asma 2,1 dan penyakit jantung bawaan 2,1.
5.1.3. Kejadian Acute Mountain Sickness AMS Gambaran mengenai kejadian Acute Mountain Sickness didapatkan
menggunakan kuesioner Acute Mountain Sickness-Lake Louis Scoring AMS- LLS. Dalam kuesioner tersebut, kejadian AMS ditentukan berdasarkan lima
keluhan, yaitu sakit kepala, gangguan pencernaan, oyong, lelah, dan gangguan
Universitas Sumatera Utara
tidur. Setiap keluhan tersebut memiliki tingkatan yang menentukan penegakkan diagnosis AMS dan derajat keparahannya. Kejadian AMS dalam penelitian ini
akan digambarkan dalam tabel sebaran distribusi penegakkan diagnosis AMS dan derajat keparahannya.
Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Kejadian AMS Berdasarkan Kuesioner AMS-LLS
Kejadian AMS n
Mengalami AMS 33 34,4
Tidak mengalami AMS 63 65,6
Berdasarkan Tabel 5.2, jumlah responden yang mengalami AMS sebanyak 33 orang 34,4. Jumlah responden yang tidak mengalami AMS lebih banyak,
yakni sebanyak 63 orang 65,6.
Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Derajat Keparahan AMS
Derajat Keparahan AMS n
Ringan 15 45,5
Sedang 18 54,5
Berdasarkan Tabel 5.3, responden yang mengalami AMS dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan derajat keparahan, yaitu AMS ringan dan AMS
sedang. Proporsi AMS ringan diketahui lebih besar, yaitu dengan jumlah 18 orang 54,5. Sementara itu, jumlah reponden yang mengalami AMS ringan sebanyak
15 orang 45,5
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Kejadian AMS Berdasarkan Karakteristik Responden
No Variabel
Kategori Kejadian AMS
AMS Tidak AMS
n n
1 Jenis kelamin
• Pria 16
48,5 37
58,7 • Wanita
17 51,5
26 41,3
2 Ketinggian gunung
yang didaki mdpl • 2000 – 2500
18 28,6
45 71,4
• 2500 – 3500 11
42,3 15
57,7 • 3500 - 4500
4 57,1
3 42,9
3 Penyakit penyerta
• Asma 1
50 1
50 • Penyakit jantung
bawaan 2
100 • Tidak ada penyakit
penyerta 30
32,6 62
67,4
Berdasarkan Tabel 5.6, kejadian AMS lebih banyak terjadi pada wanita 51,5 daripada pria 48,5. Selanjutnya, semakin tinggi ketinggian yang
didaki, maka semakin besar angka kejadian AMS sebagaimana pada ketinggian 3500 – 4500 mdpl, angka kejadian AMS memiliki persentase terbesar 57,1
dibandingkan dengan persentase pada rentang ketinggian lainnya. Kejadian AMS berdasarkan penyakit penyerta meliputi 1 orang yang menderita asma 50 dan 2
orang yang menderita penyakit jantung bawaan 100.
Universitas Sumatera Utara
5.1.5. Gambaran pengetahuan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara USU dan Kejadian AMS.
Gambaran pengetahuan mahasiswa USU didapatkan dengan meminta responden untuk menjawab kuesioner berisi 15 pertanyaan yang telah dilakukan
uji validasi dan reliabilitas sebelumnya. Berikut ini merupakan sebaran distribusi jawaban benar dan salah pada setiap pertanyaan, gambaran pengetahuan
berdasarkan total skor kuesioner tersebut, dan kejadian AMS berdasarkan gambaran pengetahuan. Hasil ini juga dijabarkan dalam bentuk tabel dan
penjelasannya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Jawaban Kuesioner Pengetahuan Responden Pada Setiap Pertanyaan
No. Pertanyaan
Benar Salah
n n
1. Ketentuan untuk menentukan ketinggian
79 82,3
17 17,7
2. Pakaian yang sebaiknya dikenakan ketika
melakukan pendakian 80
83,3 16
16,7 3.
Diberikan gambaran
kasus Jumlah
perbekalan yang sebaiknya dibawa 76
79,2 20
20,8 4.
Diberikan opsi jawaban Yang sesuai dengan kondisi di pegunungan
77 80,2
19 19,8
5. Definisi aklimatisasi
46 47,9
50 52,1
6. Penyebab terjadinya peningkatan laju nafas
saat mendaki gunung 75
78,1 21
21,9 7.
Suhu tubuh normal sesorang 61
63,5 35
36,5 8.
Definisi seseorang dengan suhu tubuh di bawah rentang normal
70 72,9
26 27,1
9. Penyebab hipotermia
49 51
47 49
10. Penanganan hipotermia
64 66,7
32 33,3
11. Definisi AMS
63 65,6
33 34,4
12. Faktor yang memengaruhi AMS
42 43,8
54 56,2
13. Keluhan utama pada AMS
47 49
49 51
14. Keluhan tambahan yang dapat ditemukan
pada AMS 67
69,8 29
30,2 15.
Penanganan AMS 78
81,3 18
18,8
Berdasarkan tabel di atas, persentase terbesar jawaban benar pada pertanyaan seputar pengetahuan umum mengenai perisapan, apa yang dilakukan
ketika pendakian,
dan kondisi
lingkungan serta
faal tubuh
pada ketinggianpertanyaan nomor 1 – 10 yaitu pertanyaan mengenai pakaian apa
Universitas Sumatera Utara
yang sebaiknya dikenakan ketika melakukan pendakian. Jumlah responden pada kelompok tersebut yakni sebanyak 80 orang 83,3. Sementara itu, berdasarkan
lima pertanyaan seputar AMS pertanyaan nomor 11 – 15, jawaban benar paling banyak pada pertanyaan ke-15, yaitu pertanyaan mengenai tindakan apa yang
sebaiknya dilakukan jika kita mendapati diri sendiri atau orang lain menunjukkan gejala AMS. Responden yang menjawab benar pertanyaan tersebut sebanyak 78
orang 81,3. Selanjutnya untuk pertanyaan nomor 1 – 10 yang salah memiliki
persentase terbesar pada pertanyaan mengenai istilah respon tubuh yang terjadi ketika melakukan pendakian atau aklimatisasi. Besar persentase tersebut yaitu
52,1 atau berjumlah 50 orang. Pada pertanyaan seputar AMS pertanyaan nomor 11 – 15, jawaban salah terbanyak yaitu pada pertanyaan mengenai hal-hal yang
memengaruhi kejadian AMS. Jumlah responden yang salah pada pertanyaan tersebut sebanyak 54 orang 56,2.
Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Gambaran Pengetahuan Pendaki Gunung Pada Kelompok Mahasiswa USU tentang AMS
Gambaran Pengetahuan N
Baik 52 54,2
Cukup 36 37,5
Kurang 8
8,3
Berdasarkan Tabel 5.6, gambaran pengetahuan responden umumya termasuk kategori baik dengan jumlah sebanyak 52 orang 54,2. Sementara itu,
gambaran pengetahuan cukup berjumlah 36 orang 37,5 dan gambaran pengetahuan rendah berjumlah 8 orang 8,3
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.7 Distribusi Proporsi Kejadian AMS Berdasarkan Gambaran Pengetahuan Pendaki Gunung pada Kelompok Mahasiswa USU tentang AMS
Gambaran Pengetahuan
Kejadian AMS AMS
Tidak AMS n
N
Baik 17
32,7 35
67,3 Cukup
12 33,3
24 66,7
Kurang 4
50 4
50
Berdasarkan tabel di atas, responden dengan gambaran pengetahuan baik dan cukup umumnya tidak mengalami AMS. Pada kelompok berpengetahuan
baik, jumlah yang tidak mengalami AMS sebanyak 35 orang 67,3, sementara yang mengalami AMS hanya 17 orang 32,7. Selanjutnya, pada kelompok
berpengetahuan cukup, jumlah yang tidak mengalami AMS sebanyak 24 orang 66,7 dan yang mengalami AMS sebanyak 12 orang 33,3. Namun, hal
berbeda didapati pada responden dengan pengetahuan kurang. Pada kelompok rsponden dengan pengetahuan yang kurang, baik yang mengalami AMS maupun
tidak AMS, memiliki jumlah yang sama, yakni sebanyak 4 orang 50.
5.2. Pembahasan