Pengertian Active Noise ControlANC

2. Tuli Menetap Diakibatkan waktu paparan yang lama kronis dan pengaruhi faktor-faktor sebagai berikut : a. Tingginya level suara b. Spektrum suara c. Kepekaan individu d. Pengaruh obat-obatan, beberapa obat-obatan dapat memperberat pengaruh synergistik ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara, misalnya quinine, aspirin, dan beberapa obat lainnya. e. Keadaan Kesehatan 3. Prebycusis Penurunan dayadengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan gejala yang dialami hampir semua orang dan dikenal dengan prebycusis menurunnya daya dengar pada nada tinggi [10].

2.4. Pengertian Active Noise ControlANC

Merupakan suatu teknologi yang berguna untuk menghilangkan bisingsuara yang tidak diinginkan. Prinsip kerjanya adalah dengan menghasilkan gelombangfrekuensi yang berkekuatan cukup untuk menetralkan sinyal gelombang frekuensi bising dari sumber suara. Lingkungan pekerjaan yang menggunakan teknologi dengan prinsip mekanis, terutama di bidang perpabrikan, penyiaran, dan transportasi, akan selalu terlibat dengan bising berfrekuensi tinggi. Terkait dengan kesehatan dan keselamatan kerja, ANC berperan dalam meredam bising tersebut sehingga lingkungan kerja komersil tidak menimbulkan kerusakan, baik bagi manusia maupun objek lainnya. Dalam teknik peredaman suara bertujuan untuk menghilangkan suara atau kebisingan yang tidak diinginkan. Universitas Sumatera Utara 2.4.1 Teori dan Cara Kerja Pengendalian Kebisingan Aktif Gelombang suara adalah rambatan energi dari suatu sumber yang berosilasi, melalui proses rapat dan renggang molekul-molekul udara atau medium penghantar gelombang suara sebagai akibat dari osilasi sumber suara. Gelombang suara dapat berbentuk sinyal sinusoidal seperti misalnya suara nada tunggal atau sinyal kompleks seperti misalnya wicara atau bising. Pengendalian Bising Aktif Active Noise Control adalah pengendalian sinyal bising dengan cara membangkitkan sinyal bising yang sama sinyal bising sekunder tapi dengan fase yang berbeda 180 derajat dari sinyal bising yang hendak dikendalikan sinyal bising primer. Interferensi antara sinyal bising primer dan sekunder tersebut menyebabkan terjadinya peristiwa saling menghapuskan atau kanselasi cancelation antara keduanya sehingga diharapkan bising primer dapat dihilangkan. Peristiwa kanselasi tersebut sering tidak terjadi secara ideal sehingga masih diperoleh residu sinyal bising walaupun dengan amplitudo yang rendah. Metode kanselasi gelombang untuk pengendalian bising aktif dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain arah rambatan atau fase gelombang primer dan sekunder, kandungan frekuensi dalam sinyal bising primer, serta fluktuasi sinyal bising terhadap waktu. Gelombang sinyal dari constructive akan direduksi menjadi gelombang sinyal destructive seperti gambar 2.3 dibawah ini : Gambar 2.3Constructive to destructive [11] Universitas Sumatera Utara Bardasarkan gambar 2.3 diatas speaker tersebut harus memiliki tingkat kekuatan suara yang sama dengan sumber suara yang tidak diinginkan. Selain cara tersebut, transduser yang menimbulkan sinyal peredaman juga dapat diletakkan pada tempat dimana peredaman suara diinginkan, seperti telinga pengguna. Hal ini memerlukan kekuatan peredam yang lebih kecil, namun hanya efektif bagi satu pengguna saja. Gambar 2.4 Noise bertemu dengan Anti Noise [11] Cara kerja sistem kendali kebisingan aktif adalah dengan cara menambahkan bunyi kebalikan yang tepat untuk mereduksi sinyal bising. Pada gambar 2.4 Kita dapat melihat gelombang dengan amplitudo yang awal kemudian kita berikan amplitudo yang berlawanan berbeda fasa 180 ̊. Pada sisi lain gelombang dengan fasa berlawanan dan amplitudo sama digabungkan maka akan dapat mereduksi sinyal noise. Sistem kendali kebisingan aktif adalah suara melawan suara yaitu dengan metode sinyal yang telah kita dapatkan harus kita cari anti sinyalnya yaitu yang sama dengan sinyal awal tapi berlawanan fasa. Berikut contoh sinyal tegak amplitudo rendah dengan kondisi tanpa suara pada uraian Gambar 2.5 dibawah ini: Gambar 2.5 Gelombang Tegak Low Amplitudo diam [12] Universitas Sumatera Utara Gambar 2.6 Gelombang Tegak High Amplitudo [12] Dari perbandingan gambar diatas 2.5 dan 2.6 dapat dilihat bahwa amplitudo dalam keadaan diam dengan keadaan amplitudo rendah dan tinggi. Terlihat pada amplitudo rendah tidak mempunyai bunyi untuk amplitudo bunyi nyaring. Gambar 2.7 Gelombang Tegak pada pergeseran fasa [12] Pada Gambar 2.7 diatas diperlihatkan pergeseran fasa ynag berfluktuasi terhadap waktu. dimana dengan pergeseran fasa tersebut akan terjadi reduksi noise. Gambar 2.8. Dua buah gelombang tegak dengan perbedaan fasa 180 ̊ saling meniadakan [12] Universitas Sumatera Utara Pada Gambar 2.8 diperlihatkan dua bunyi yang berbeda fasa 180 ̊ yang saling meniadakan yang akan menuju kuadran tidak ada bunyi sama sekali. Gambar 2.9 Sinyal sumber atau sinyal 1 [12] Pada Gambar 2.9 diperlihatkan sebuah sinyal bunyi sumber atau sinyal 1 dalam suatu Sistem kendali kebisingan aktif. Dimana persamaan yang ditunjukan adalah : � 1= A sin ��...............................2.6 Gambar 2.10 Sinyal lawan atau sinyal 2 [12] Pada Gambar 2.10 diperlihatkan sinyal lawan atau sinyal 2 dari suatu sistem kendali kebisingan aktif. Dimana persamaannya adalah : � 2= − A sin��..........................................2.7 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.11 Aktif Sinyal [12] Pada Gambar 2.11 adalah merupakan aktif sinyal , dimana sinyal 1 dan sinyal 2 tergabung dengan fasa yang berlawanan 180 ̊ dan sinyal saling meniadakan. Maka persamaan dari penggabungan Sinyal 1 dengan Sinyal 2 adalah : ������ ����� = �1 + �2....................................2.8 � ����� ����� = � sin �� = 0.............................2.9

2.5. Penjelasan Active Noise ControlANC