commit to user 41
Subrogasi  yang  terdapat  di  dalam  ketentuan  Kitab  Undang-Undang Hukum Perdata ini, lebih menitikberatkan pada perjanjian hutang-piutang antara
debitur  dan  kreditur  serta  pihak  ketiga.  Sehingga  subrogasi  dari  Pasal  1400  – 1403  Kitab  Undang-Undang  Hukum  Perdata  hanya  digunakan  dalam  perjanjian
hutang piutang.
b. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
Menurut  ketentuan  Pasal  284  Kitab  Undang-Undang  Hukum  Dagang
menyatakan bahwa :
Seseorang  penanggung  yang  telah  membayar  ganti kerugian
atas suatu
benda yang
dipertanggungkan, menggantikan tertanggung dalam segala hak yang diperolehnya
terhadap  pihak  ketiga  yang  telah  menimbulkan  kerugian tersebut,  dan  tertanggung  bertanggung  jawab  untuk  setiap
perbuatan  yang  dapat  merugikan  hak  penanggung  terhadap pihak ketiga tersebut.
Penggantian  kedudukan  semacam  ini  dalam  perjanjian  asuransi dikenal dengan istilah prinsip subrogasi, yang secara khusus hanya dikenal
dalam asuransi kerugian. Dari ketentuan Pasal 284 Kitab Undang-Undang Hukum  Dagang  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa  syarat  terjadinya
subrogasi, yaitu :
1 Tertanggung mempunyai hak terhadap penanggung dan pihak ketiga;
dan 2
Adanya hak tersebut karena timbul kerugian sebagai akibat perbuatan pihak ketiga  Abdulkadir Muhammad, 2002 : 129 .
Ketentuan  tersebut  menyangkut  risiko  yang  timbul  dari  perjanjian pertanggungan  khususnya  asuransi  kerugian  yang  melibatkan  tiga  pihak,
yaitu  penanggung,  tertanggung,  dan  pihak  ketiga  yang  menimbulkan kerugian akibat suatu perbuatan yang telah dilakukannya.
Jadi  secara  tegas  penanggung  dan  pihak  tertanggung  telah  terjadi hubungan hukum dalam perjanjian asuransi kerugian. Maka apabila terjadi
suatu risiko atas suatu barang milik tertanggung yang dapat menimbulkan
commit to user 42
kerugian, dengan sendirinya penanggung berkewajiban untuk memberikan pengantian sesuai yang diperjanjikan.
Dalam  hal  yang  menimbulkan  kerugian  tersebut  adalah  pihak ketiga,  dan  kemudian  penanggung  melakukan  kewajibannya  untuk
memberikan  ganti  kerugian,  maka  kepada  si  tertanggung  tidak diperbolehkan  lagi  untuk  menuntut  ganti  kerugian  kepada  pihak  ketiga
tersebut. Dalam  keadaan  yang  demikian,  penanggung  justru  akan
menggantikan  kedudukan  tertanggung  untuk  menuntut  kepada  pihak ketiga  guna  memperoleh  penggantian  atas  pembayaran  yang  telah
dilakukan kepada pihak tertanggung. Disini telah timbul prinsip subrogasi perwalian,  yaitu  penggantian  kedudukan  tertanggung  oleh  pihak  ketiga
yang  menyebabkan  kerugian  tersebut.  Demikian  pula  ditegaskan  bahwa tertanggung bertanggung jawab terhadap setiap perbuatan yang merugikan
hak penanggung terhadap pihak ketiga. Subrogasi  ini  dilakukan  untuk  memenuhi  prinsip  Indemnitas
Indemnity
dalam  rangka  mendapatkan  ganti  kerugian  yang  wajar  atau tidak  boleh  berlebihan,  artinya  tidak  dibenarkan  mendapatkan  ganti
kerugian ganda atau dua kali atau memperkaya diri tanpa hak, yang mana dipegang  teguh  dalam  hukum  pertanggunggan.  Pada  dasarnya  Subrograsi
mempunyai tujuan sebagai berikut :
a Untuk  mencegah  tertanggung  memperoleh  ganti  kerugian
melebihi hak yang sesungguhnya; dan b
Untuk  mencegah  pihak  ketiga  membebaskan  diri  dari kewajibannya  untuk  membayar  kerugian    Abdulkadir
Muhammad, 2002 : 130.
c. Dalam Undang-Undang Perasuransian Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha