commit to user 20
2. Tinjauan Umum Tentang Asuransi
a. Pengertian Asuransi
Asuransi dalam Bahasa Belanda disebut
” verzekering”
atau juga berarti pertanggungan. Secara yuridis, pengertian asuransi atau pertanggungan menurut
Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang adalah :
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada
seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan diderita karena suatu peristiwa yang tak tertentu.
Pengertian asuransi menurut Pasal 246 Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang mendefinisikan mengenai asuransi kerugian, karena secara historis ketentuan-ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang kebanyakan diambil dari asuransi laut, yang merupakan asuransi kerugian yang paling lengkap peraturannya.
Dalam
Jurnal Essentials and Legalities of an Insurance Contract
menyebutkan :
Insurance means the act of securing the payment of a sum of money in the event of loss or damage to property, life, a person
etc., by regular payment of premiums. Insurance is a method of spreading over a large number of persons, a possible financial loss
too serious to be conveniently borne by an individual. The aim of all insurance is to protect the owner from a variety of risks which
he anticipates. The happening of the specified event must involve some loss to the assured or at least should expose him to adversity
which is, in the law of insurance, called commonly the ‘risk’ G. Gopalakrishna. 2008:6.
Adapun terjemahan dalam bahasa Indonesia dari jurnal di atas yaitu :
“Asuransi berarti tindakan mengamankan pembayaran jumlah uang dalam hal terjadi kerugian atau kerusakan properti,
kehidupan, dan lain-lain orang, dengan pembayaran premi berkala. Asuransi adalah sebuah metode untuk menyebarkan ke sejumlah
besar orang, kerugian keuangan yang mungkin terlalu serius untuk bisa mudah ditanggung oleh individu. Tujuan dari semua asuransi
adalah untuk melindungi pemilik dari berbagai risiko yang mengantisipasi. Terjadinya beberapa peristiwa tersebut berkaitan
dengan beberapa kerugian atau setidaknya harus mengekspos dia
commit to user 21
dari kesulitan yang, dalam hukum asuransi, biasanya disebut dengan risiko.”.
Selanjutnya menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1992 tentang Perasuransian, yang dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah :
Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian,
kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Dari definisi ini dapat ditentukan beberapa unsur penting dalam
pertanggungan, yaitu :
1 Ada pihak-pihak yaitu penanggung dan tertanggung jadi merupakan
perjanjian timbal balik; 2
Peralihan risiko dari tertanggung kepada penanggung; 3
Premi dari tertanggung kepada penanggung; 4
Peristiwa yang tidak tentu; dan 5
Ganti Kerugian Abdulkadir Muhammad, 2002 : 28.
Asuransi atau pertanggungan merupakan suatu perjanjian, maka didalamnya paling sedikit terdapat dua pihak yang mengadakan
kesepakatan. Pihak yang satu adalah pihak yang mengalihkan risiko kepada pihak lain, yang disebut dengan tertanggung. Sedangkan pihak
yang lain adalah pihak yang menerima risiko dari pihak tertanggung, yang disebut dengan penanggung, yaitu perusahaan asuransi.
Perjanjian dalam asuransi merupakan perjanjian dengan ciri dan sifat khusus, jika dibandingkan dengan perjanjian lainnya. Kekhususan
tersebut antara lain :
a Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang bersifat aleatair
aleatary,
maksudnya ialah bahwa perjanjian ini merupakan perjanjian, yang prestasi penanggung harus digantungkan pada
suatu peristiwa yang belum pasti, sedangkan prestasi tertanggung
commit to user 22
sudah pasti. Dan meskipun tertanggung sudah memenuhi prestasinya dengan sempurna, pihak penanggung belum pasti
berprestasi dengan nyata; b
Perjanjian asuransi adalah perjanjian bersyarat
conditional,
maksudnya adalah bahwa perjanjian ini merupakan suatu perjanjian yang prestasi penanggung hanya akan terlaksana
apabila syarat-syarat yang ditentukan dalam perjanjian dipenuhi. Pihak tertanggung pada suatu sisi tidak berjanji untuk memenuhi
syarat, tetapi ia tidak dapat memaksa penanggung melaksanakan, kecuali dipenuhi syarat-syaratnya;
c Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang bersifat pribadi
personal,
maksudnya ialah bahwa kerugian yang timbul harus merupakan kerugian orang perorangan, secara pribadi, bukan
kerugian kolektif ataupun kerugian masyarakat luas. Kerugian yang bersifat pribadi itulah yang nantinya akan diganti oleh
penanggung; d
Perjanjian asuransi sebagai perjanjian sepihak, maksudnya dalam perjanjian asuransi prinsipnya hanya ada satu pihak yang berjanji
akan mengganti kerugian yang dilakukan penanggung, yaitu jika tertanggung sudah membayar premi dan sebaliknya penanggung
tidak berjanji apapun pada penanggung;
e Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang melekat pada syarat
penanggung
adhesion,
karena di dalam perjanjian asuransi pada hakikatnya syarat dan kondisi perjanjian hampir seluruhnya
ditentukan diciptakan oleh penanggung perusahaan asuransi sendiri, dan bukan karena adanya kata sepakat yang murni atau
menawar. Oleh karena itu dapat dianggap bahwa kondisi perjanjian asuransi sebagian besar ditentukan sepihak oleh
penanggung sehingga penanggung dianggap sebagai penyusun perjanjian dan seharusnya mengetahui apabila timbul pengertian
yang tidak jelas, harus diuntungkan pihak tertanggung; dan f
Perjanjian asuransi adalah perjanjian dengan syarat itikad baik yang sempurna, maksudnya ialah bahwa perjanjian asuransi
merupakan perjanjian dengan keadaan kata sepakat dapat
commit to user 23
tercapai negosiasi dengan posisi masing-masing mempunyai pengetahuan yang sama mengenai fakta, dengan penilaian sama
penelaahannya untuk memperoleh fakta yang sama pula, sehingga dapat bebas dari cacat-cacat tersembunyi Man
Suparman Sastrawidjaja, 2003 : 18 .
Sifat kekhususan perjanjian asuransi juga nampak dari syarat sahnya perjanjian asuransi. Syarat sah perjanjian asuransi, yaitu :
1 Kesepakatan antara kedua belah pihak dalam :
a Benda yang menjadi obyek asuransi;
b Pengalihan risiko dan pembayaran premi;
c Evenement dan ganti kerugian;
d Syarat khusus asuransi; dan
e Dibuad secara tertulis.
2 Kecakapan atau kewenangan melakukan perbuatan hukum.
Dibagi menjadi 2, yaitu : a
Kewenangan subyektif dimana pihak-pihak yang melakukan perjanjian asuransi dewasa, sehat, dan
tidak berada dibawah pengampuan; dan b
Kewenangan obyektif
dimana tertanggung
mempunyai hubungan yang sah dengan benda yang dijadikan obyek asuransi.
3 Obyek pertanggungan tertentu yang dapat berupa :
a Harta kekayaan;
b Kepentingan yang melekat pada diri tertanggung;
dan c
Jiwa manusia itu sendiri. d
Kausa yang halal, tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan ;
dan 4
Pemberitahuan
Notifications
Dalam teori obyektifitas dimana tertanggung mempunyai kewajiban memberitahukan
Notify
keadaan benda yang dipertanggungkan kepada penanggung, apabila tertanggung
lalai memberitahukan maka perjanjian asuransi dinyatakan
commit to user 24
batal sebagai akibat hukumnya. Ketentuan ini tercantum dalam Pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
Abdulkadir Muhammad, 2002 : 49 .
Mengingat asuransi adalah perjanjian, maka ketentuan- ketentuan perikatan dan perjanjian yang terdapat dalam buku
III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat berlaku bagi perjanjian asuransi, selama ketentuan-ketentuan Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang tidak mengatur atau sebaliknya.
b. Risiko Dalam Asuransi Kerugian