Prinsip-Prinsip dalam Perjanjian Asuransi

commit to user 31 Sementara itu ketentuan dalam Pasal 268 Kitab Undang- Undang Hukum Dagang menyatakan bahwa : ”Pertanggungan dapat berpokok semua kepentingan, yang dapat dinilai dengan uang, diancam oleh suatu bahaya, dan oleh undang-undang tidak terkecualikan.”

d. Prinsip-Prinsip dalam Perjanjian Asuransi

Suatu perjanjian asuransi tidak cukup hanya dipenuhi syarat umum perjanjian yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata saja, tetapi harus pula memenuhi prinsip-prinsip khusus yang diatur dalam Kitab Undang- Undang Hukum Dagang. Hal ini agar sistem perjanjian asuransi tersebut dapat dipertahankan, karena suatu norma tanpa dilengkapi dengan prinsip tidak mempunyai kekuatan mengikat. Prinsip-prinsip tersebut antara lain : 1 Prinsip Kepentingan Yang Dapat Diasuransikan Principle of Insurable Interest Prinsip ini dijabarkan dalam Pasal 250 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang menentukan bahwa : Apabila seorang yang telah mengadakan pertanggungan untuk diri sendiri, atau apabila seorang, yang untuknya telah diadakan suatu pertanggungan, pada saat diadakannya pertanggungan itu tidak mempunyai kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan itu, maka penanggung tidaklah diwajibkan memberikan ganti rugi. Kepentingan yang terdapat dalam Pasal 250 Kitab Undang- Undang Hukum Dagang harus memenuhi syarat yang diatur dalam Pasal 268 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang di mana kepentingan tersebut dapat dinilai dengan uang, dapat diancam oleh suatu bahaya dan tidak dikecualikan oleh undang-undang. Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan dapat timbul dari beberapa hal sebagai berikut : commit to user 32 a Adanya kepemilikan atas harta benda atau tanggung gugat seseorang kepada orang lain dalam hal kelalaian; b Adanya kontrak. Menempatkan suatu pihak dalam suatu hubungan yang diakui secara hukum dengan harta benda atau tanggung jawab yang menjadi pokok perjanjian itu. Misalnya, dalam perjanjian kontrak sewa bangunan, perjanjian kredit; dan c Adanya undang-undang. Misalnya, di Indonesia terdapat asuransi keselamatan kerja yang diatur dengan Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 2 Prinsip Indemnitas atau Prinsip Keseimbangan Indemnity Principle Prinsip ini merupakan salah satu prinsip utama dalam perjanjian asuransi, karena merupakan prinsip yang mendasari mekanisme kerja dan memberi arah tujuan dari perjanjian asuransi itu sendiri khusus untuk asuransi kerugian. ”Perjanjian asuransi mempunyai tujuan utama dan spesifik ialah untuk memberi ganti kerugian kepada pihak tertanggung oleh pihak penangung” Sri Rejeki Hartono, 2001 : 98. Apabila obyek yang diasuransikan terkena musibah sehingga menimbulkan kerugian, maka penanggung akan memberi ganti rugi untuk mengembalikan posisi keuangan tertanggung setelah terjadi kerugian menjadi sama dengan sesaat sebelum terjadi kerugian. Dengan demikian tertanggung tidak berhak memperoleh ganti rugi lebih besar daripada kerugian yang diderita. 3 Prinsip Itikad Baik Utmost Good Faith Principle Prinsip itikad baik merupakan prinsip atau prinsip yang harus ada dan dilaksanakan dalam setiap perjanjian. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1388 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa : “Persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Penekanan terhadap berlakunya prinsip itikad terbaik dalam perjanjian asuransi diatur secara tegas dalam Pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang menyatakan : commit to user 33 Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh si tertanggung, betapapun itikad baik ada padanya, yang demikian sifatnya, sehingga, seandainya si penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama mengakibatkan batalnya perjanjian. Hal untuk melaksanakan itikad baik bukan hanya merupakan kewajiban tertanggung, namun juga menjadi kewajiban penanggung. Pihak penanggung yaitu pihak Asuransi tidak dibenarkan memberikan pernyataan atau keterangan yang tidak benar pada saat merundingkan penutupan asuransi; penanggung tidak dibenarkan menyembunyikan fakta-fakta yang dapat merugikan posisi tertanggung. 4 Prinsip Subrogasi atau Prinsip Perwalian Subrogation Principle Prinsip Subrogasi pada dasarnya hanya dikenal dalam asuransi kerugian bukan asuransi sejumlah uang. Karena di dalam asuransi kerugian, bertujuan untuk mengganti kerugian yang timbul pada harta kekayaan tertanggung yang disebabkan sebuah evenement yang terjadi akibat campur tangan pihak ketiga. Sedangkan pada asuransi sejumlah uang bertujuan untuk membayar sejumlah uang tertentu dan tidak tergantung apakah evenement menimbulkan kerugian atau tidak. Prinsip ini berkaitan dengan suatu keadaan dimana kerugian yang dialami tertanggung merupakan akibat dari kesalahan pihak ketiga orang lain. Prinsip ini memberikan hak perwalian kepada penanggung oleh tertanggung jika melibatkan pihak ketiga. Prinsip ini diatur dalam Pasal 284 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang menyatakan bahwa : Seseorang penanggung yang telah membayar ganti kerugian atas suatu benda yang dipertanggungkan, menggantikan tertanggung dalam segala hak yang commit to user 34 diperolehnya terhadap pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian tersebut, dan tertanggung bertanggung jawab untuk setiap perbuatan yang dapat merugikan hak penanggung terhadap pihak ketiga tersebut. Dimana prinsip yang merupakan konsekuensi logis dari prinsip idemnitas keseimbangan. 5 Prinsip Kontribusi Contribution Principle “Prinsip kontribusi adalah hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang sama-sama menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung untuk ikut memberikan indemnity ”, dikutip dari http:id.wikipedia.orgwikiasuransi. Menurut Man Suparman, apabila dalam suatu polis ditandatangani oleh beberapa penanggung, maka masing-masing penanggung itu menurut imbangan dari jumlah mereka menandatangani polis, memikul hanya harga yang sebenarnya dari kerugian itu yang diderita oleh tertanggung. Prinsip kontribusi ini terjadi apabila ada asuransi berganda double insurance sebagai dimaksud dalam Pasal 278 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang : Bila pada satu polis saja, meskipun pada hari yang berlainan oleh berbagai penanggung dipertanggungkan lebih dari nilainya, mereka bersama-sama menurut perimbangan jumlah yang mereka tanda tangani, hanya memikul nilai sebenarnya yang dipertanggungkan Ketentuan ini juga berlaku bila pada hari yang sama, terhadap satu benda yang sama diadakan berbagai pertanggungan Pasal 278 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. commit to user 35 6 Prinsip Sebab Akibat Causalitiet Principle Menurut definisi asuransi yang diatur dalam Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, pihak penanggung hanya akan wajib membayar ganti rugi, apabila kerugian atau kerusakan itu disebabkan oleh suatu peristiwa yang tidak tertentu, yang dimaksud dengan suatu peristiwa yang tidak tertentu disini adalah suatu peristiwa yang tak tertentu yang telah diperjanjikan antara pihak tertanggung dengan pihak tertanggung. Dari aspek hubungan sebab akibat, untuk menentukan apakah penyebab terjadinya kerugian dijamin atau tidak dijamin oleh polis, terdapat 3 tiga pendapat, yaitu : a Causa proxima yaitu sebab dari kerugian itu adalah peristiwa yang mendahului kerugian itu secara urutan kronologis terletak paling dekat pada kerugian itu; b Condition Sine Quanon, yaitu segala kejadian dan kenyataan yang merupakan syarat mutlak untuk terjadinya suatu akibat; dan c Causa remota yaitu peristiwa yang menjadi sebab dari timbulnya kerugian itu ialah peristiwa yang terjauh. M. Suparman Sastrawijaya, 2003 : 64.

e. Polis Asuransi