75
4.4 Hasil Rangkuman
Adapun hasil rangkuman dari penelitian ini adalah menentukan nilai VSI pada setiap bus penerima jurusan penyulang sebelum dan setelah terhubung DG:
a. Penyulang Jurusan Kota Pada Gambar 4.25 dapat dilihat bahwa nilai profil tegangan semakin naik setelah
terhubung DG.
Gambar 4.25 Perbandingan Nilai Tegangan pada Penyulang Jurusan Kota
Pada Gambar 4.26 tampak bahwa nilai indeks kestabilan tegangan pada bus yang terletak dekat dengan sumber bernilai lebih besar dibandingkan dengan
bus yang terletak jauh dari sumber. Hal ini terjadi disebabkan semakin jauhnya beban dari sumber maka drop tegangan akan semakin besar.
Sebelum terhubung DG pada Tabel 4.1, bus yang memiliki tegangan paling tinggi adalah KTA Bus2 yang merupakan bus paling dekat dengan sumber
dengan tegangan 0,8840 p.u juga memiliki indeks stabilitas tegangan paling tinggi yaitu 0,61054. Bus yang memiliki nilai tegangan terkecil yaitu KTA Bus104
dengan 0,8710 p.u, juga memiliki nilai indeks kestabilan tegangan yang paling kecil yaitu 0,57553.
Setelah terhubung DG pada Tabel 4.5, bus yang memiliki tegangan paling tinggi adalah KTA Bus2 yang merupakan bus paling dekat dengan sumber dengan
0,8200 0,8400
0,8600 0,8800
0,9000 0,9200
0,9400 0,9600
KT A
Bu s2
KT A
Bu s9
KT A
Bu s1
6 KT
A Bu
s2 3
KT A
Bu s3
KT A
Bu s3
7 KT
A Bu
s4 4
KT A
Bu s5
1 KT
A Bu
s5 9
KT A
Bu s6
6 KT
A Bu
s7 3
KT A
Bu s8
KT A
Bu s8
7 KT
A Bu
s9 4
KT A
Bu s1
01
Te gan
gan p
u
Bus
Dengan DG Tanpa DG
Universitas Sumatera Utara
76 tegangan 0,9393 p.u juga memiliki indeks stabilitas tegangan paling tinggi yaitu
0,77857. Bus yang memiliki nilai tegangan terkecil yaitu KTA Bus104 dengan 0,9255 p.u, juga memiliki nilai indeks kestabilan tegangan yang paling kecil yaitu
0,73367.
Hal ini menunjukkan bahwa bus yang terletak jauh dari sumber memiliki nilai tegangan dan indeks kestabilan tegangan cenderung lebih kecil dibandingkan
dengan bus yang terletak dekat dengan sumber. Kestabilan tegangan bukan hanya ditentukan oleh jarak paling jauh dari sumber tetapi juga ditentukan oleh
tegangan, daya aktif, dan daya reaktif yang mengalir di bus tersebut. Seperti pada KTA Bus8 dengan tegangan 0,9390 p.u memilki indeks stabilitas 0,77740 lebih
besar dibanding KTA Bus39 yang jaraknya lebih dekat dengan sumber Gardu Hubung. Untuk jarak bus dapat dilihat pada single line diagram pada lampiran.
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa sebelum maupun setelah terhubung DG, bus yang paling rentan terhadap keruntuhan tegangan saat terjadi kenaikan
beban berada pada bus yang sama, yaitu pada KTA Bus104. Kondisi di tiap bus pada sistem stabil karena tidak ada nilai indeks kestabilan tegangan yang kurang
dari nol.
Gambar 4.26 Perbandingan Nilai VSI pada Penyulang Jurusan Kota
0,00000 0,10000
0,20000 0,30000
0,40000 0,50000
0,60000 0,70000
0,80000 0,90000
KT A
Bu s2
KT A
Bu s9
KT A
Bu s1
6 KT
A Bu
s2 3
KT A
Bu s3
KT A
Bu s3
7 KT
A Bu
s4 4
KT A
Bu s5
1 KT
A Bu
s5 9
KT A
Bu s6
6 KT
A Bu
s7 3
KT A
Bu s8
KT A
Bu s8
7 KT
A Bu
s9 4
KT A
Bu s1
01
VS I
Bus
Dengan DG Tanpa DG
Universitas Sumatera Utara
77 b. Penyulang Jurusan Muara
Pada Gambar 4.27 dapat dilihat bahwa nilai profil tegangan semakin naik setelah terhubung DG.
Gambar 4.27 Perbandingan Nilai Tegangan pada Penyulang Jurusan Muara
Berdasarkan Gambar 4.28 tampak bahwa nilai indeks kestabilan tegangan pada bus yang terletak dekat dengan sumber bernilai lebih besar dibandingkan
dengan bus yang terletak jauh dari sumber. Hal ini terjadi disebabkan semakin jauhnya beban dari sumber maka drop tegangan akan semakin besar.
Sebelum terhubung DG pada Tabel 4.2, bus yang memiliki tegangan paling tinggi adalah MRA Bus2 yang merupakan bus paling dekat dengan sumber
dengan tegangan 0,8837 p.u juga memiliki indeks stabilitas tegangan paling tinggi yaitu 0,60984. Bus yang memiliki nilai tegangan terkecil yaitu MRA Bus92
dengan 0,8764 p.u, juga memiliki nilai indeks kestabilan tegangan yang paling kecil yaitu 0,56606.
Setelah terhubung DG pada Tabel 4.4. Bus yang memiliki tegangan paling tinggi adalah MRA Bus2 yang merupakan bus paling dekat dengan sumber
dengan tegangan 0,9390 p.u juga memiliki indeks stabilitas tegangan paling tinggi
0,8200 0,8400
0,8600 0,8800
0,9000 0,9200
0,9400 0,9600
MR A
Bu s2
MR A
Bu s8
MR A
Bu s1
4
MR A
Bu s2
1
MR A
Bu s2
7
MR A
Bu s3
3
MR A
Bu s3
9
MR A
Bu s4
5
MR A
Bu s5
1
MR A
Bu s5
7
MR A
Bu s6
4
MR A
Bu s7
MR A
Bu s7
6
MR A
Bu s8
2
MR A
Bu s8
8
Te gan
gan p
u
Bus
Dengan DG Tanpa DG
Universitas Sumatera Utara
78 yaitu 0,77767. Bus yang memiliki nilai tegangan terkecil yaitu MRA Bus92
dengan 0,9217 p.u, juga memiliki nilai indeks kestabilan tegangan yang paling kecil pula yaitu 0,72167.
Hal ini menunjukkan bahwa bus yang terletak jauh dari sumber memiliki nilai tegangan dan indeks kestabilan tegangan yang cenderung lebih kecil
dibandingkan dengan bus yang terletak dekat dengan sumber.
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa sebelum maupun setelah terhubung DG, bus yang paling rentan terhadap keruntuhan tegangan saat terjadi kenaikan
beban berada pada bus yang sama, yaitu pada MRA Bus92. Kondisi di tiap bus pada sistem stabil karena tidak ada nilai indeks kestabilan tegangan yang kurang
dari nol.
Gambar 4.28 Perbandingan Nilai VSI pada Penyulang Jurusan Muara
0,00000 0,10000
0,20000 0,30000
0,40000 0,50000
0,60000 0,70000
0,80000 0,90000
MR A
Bu s2
MR A
Bu s8
MR A
Bu s1
4
MR A
Bu s2
1
MR A
Bu s2
7
MR A
Bu s3
3
MR A
Bu s3
9
MR A
Bu s4
5
MR A
Bu s5
1
MR A
Bu s5
7
MR A
Bu s6
4
MR A
Bu s7
MR A
Bu s7
6
MR A
Bu s8
2
MR A
Bu s8
8
VS I
Bus
Dengan DG Tanpa DG
Universitas Sumatera Utara
79 c. Penyulang Jurusan Lintong
Pada Gambar 4.29 dapat dilihat bahwa nilai profil tegangan semakin naik setelah terhubung DG.
Gambar 4.29 Perbandingan Nilai Tegangan pada Penyulang Jurusan Lintong
Berdasarkan Gambar 4.30, tampak bahwa nilai indeks kestabilan tegangan pada bus penyulang sebelum dan sesudah terhubung DG mengalami perubahan
nilai yang signifikan. Pada saat tidak terhubung DG, bus yang jauh dari sumber Gardu Hubung memiliki nilai indeks stabilitas tegangan cenderung lebih kecil,
tetapi saat terhubung DG bus yang jauh dari sumber Gardu Hubung memiliki indeks stabilitas tegangan lebih tinggi. Hal ini terjadi karena adanya DG sebagai
sumber energi baru yang menyuplai jaringan sehingga aliran daya tidak lagi menjadi satu arah.
Sebelum terhubung DG pada Tabel 4.3, bus yang memiliki tegangan paling tinggi adalah LTG Bus2 yang merupakan bus paling dekat dengan sumber
Gardu Hubung dengan tegangan 0,8830 p.u juga memiliki indeks stabilitas tegangan paling kecil yaitu 0,60797. Bus yang memiliki nilai tegangan paling
kecil yaitu LTG Bus108 dengan 0,8718 p.u, juga memiliki nilai indeks kestabilan tegangan yang paling kecil yaitu 0,55755.
0,8000 0,8200
0,8400 0,8600
0,8800 0,9000
0,9200 0,9400
0,9600 0,9800
1,0000
LT G
Bu s2
LT G
Bu s1
2 LT
G Bu
s2 2
LT G
Bu s3
2 LT
G Bu
s4 2
LT G
Bu s5
2 LT
G Bu
s6 2
LT G
Bu s7
2 LT
G Bu
s8 2
LT G
Bu s9
6
LT G
Bu s1
06 LT
G Bu
s1 16
LT G
Bu s1
26 LT
G Bu
s1 36
LT G
Bu s1
46
Te gan
gan p
u
Bus
Dengan DG Tanpa DG
Universitas Sumatera Utara
80 Setelah terhubung DG pada Tabel 4.7, bus yang memiliki tegangan paling
tinggi adalah LTG Bus153 yang merupakan bus paling dekat dengan sumber baru DG dengan tegangan 0,9802 p.u juga memiliki indeks stabilitas tegangan paling
kecil yaitu 0,91108. Bus yang memiliki nilai tegangan paling kecil yaitu LTG Bus2 dengan besar tegangan 0,9415 p.u, juga memiliki nilai indeks kestabilan
tegangan yang paling kecil yaitu 0,76887.
Hal ini menunjukkan bahwa bus yang terletak dekat dengan sumber memiliki nilai tegangan dan indeks kestabilan tegangan lebih tinggi dibandingkan
dengan bus yang terletak jauh dari sumber.
Dengan demikian, pada saat tidak terhubung dengan DG bus yang paling rentan terhadap keruntuhan tegangan saat terjadi kenaikan beban berada pada
LTG Bus108. Sedangakan saat terhubung dengan DG bus yang paling rentan terhadap keruntuhan tegangan saat terjadi kenaikan beban berada pada LTG Bus2
Kondisi di tiap bus pada sistem stabil karena tidak ada nilai indeks kestabilan tegangan yang kurang dari nol.
Gambar 4.30 Perbandingan Nilai VSI pada Penyulang Jurusan Lintong
0,00000 0,10000
0,20000 0,30000
0,40000 0,50000
0,60000 0,70000
0,80000 0,90000
1,00000
LT G
Bu s2
LT G
Bu s1
2 LT
G Bu
s2 2
LT G
Bu s3
2 LT
G Bu
s4 2
LT G
Bu s5
2 LT
G Bu
s6 2
LT G
Bu s7
2 LT
G Bu
s8 2
LT G
Bu s9
6
LT G
Bu s1
06 LT
G Bu
s1 16
LT G
Bu s1
26 LT
G Bu
s1 36
LT G
Bu s1
46
VS I
Bus
Dengan DG Tanpa DG
Universitas Sumatera Utara
81 d. Penyulang Jurusan Sipahutar
Pada Gambar 4.31 dapat dilihat bahwa nilai profil tegangan semakin naik setelah terhubung DG.
Gambar 4.31 Perbandingan Nilai Tegangan pada Penyulang Jurusan Sipahutar
Berdasarkan Gambar 4.32 tampak bahwa nilai indeks kestabilan tegangan pada bus yang terletak dekat dengan sumber bernilai lebih besar dibandingkan
dengan bus yang terletak jauh dari sumber. Hal ini terjadi disebabkan semakin jauhnya beban dari sumber maka drop tegangan akan semakin besar.
Sebelum terhubung DG pada Tabel 4.4, bus yang memiliki tegangan paling tinggi adalah SPT Bus2 yang merupakan bus paling dekat dengan sumber
dengan tegangan 0,8828 p.u juga memiliki indeks stabilitas tegangan paling tinggi yaitu 0,60784. Bus yang memiliki nilai tegangan paling kecil yaitu SPT Bus220
dengan tegangan 0,8475 p.u, juga memiliki nilai indeks kestabilan tegangan yang paling kecil yaitu 0,515838.
Setelah terhubung DG pada Tabel 4.8, bus yang memiliki tegangan paling tinggi adalah SPT Bus2 yang merupakan bus paling dekat dengan sumber dengan
tegangan 0,9381 p.u juga memiliki indeks stabilitas tegangan paling tinggi yaitu 0,77512. Bus yang memiliki nilai tegangan paling kecil yaitu SPT Bus221 dengan
0,8000 0,8200
0,8400 0,8600
0,8800 0,9000
0,9200 0,9400
0,9600
SP T
Bu s2
SP T
Bu s1
7 SP
T Bu
s3 1
SP T
Bu s4
7 SP
T Bu
s6 1
SP T
Bu s7
5 SP
T Bu
s9 SP
T Bu
s1 06
SP T
Bu s1
20 SP
T Bu
s1 34
SP T
Bu s1
49 SP
T Bu
s1 64
SP T
Bu s1
78 SP
T Bu
s1 93
SP T
Bu s2
08 SP
T Bu
s2 22
Te gan
gan p
u
Bus
Dengan DG Tanpa DG
Universitas Sumatera Utara
82 tegangan 0,9005 p.u, juga memiliki nilai indeks kestabilan tegangan yang paling
kecil yaitu 0,65750.
Kestabilan tegangan bukan hanya ditentukan oleh jarak paling jauh dari sumber juga ditentukan oleh tegangan, daya aktif, dan daya reaktif yang mengalir
di bus tersebut. Seperti pada SPT Bus222 saat terhubung DG yang jaraknya lebih jauh dengan sumber Gardu Hubung dengan tegangan 0,9005 p.u memilki
indeks stabilitas tegangan 0,65752 lebih besar dibanding SPT Bus221 dengan tegangan 0,9005 p.u yang memiliki indeks stabilitas 0,65750.
Dengan demikian, pada saat tidak terhubung dengan DG bus yang paling rentan terhadap keruntuhan tegangan saat terjadi kenaikan beban berada pada SPT
Bus220. Sedangakan saat terhubung dengan DG bus yang paling rentan terhadap keruntuhan tegangan saat terjadi kenaikan beban berada pada SPT Bus221.
Kondisi di tiap bus pada sistem stabil karena tidak ada nilai indeks kestabilan tegangan yang kurang dari nol.
Gambar 4.32 Perbandingan Nilai VSI pada Penyulang Jurusan Sipahutar
Rugi-rugi total pada sistem yang merupakan penjumlahan rugi-rugi total pada setiap segmen jaringan saat tidak terhubung dengan DG adalah sebesar 0,397 MW
+ 1,053 MVAR, sedangkan pada saat terhubung dengan DG adalah sebesar 0,439 MW + 0,601 MVAR
0,00000 0,10000
0,20000 0,30000
0,40000 0,50000
0,60000 0,70000
0,80000 0,90000
SP T
Bu s2
SP T
Bu s1
7 SP
T Bu
s3 1
SP T
Bu s4
7 SP
T Bu
s6 1
SP T
Bu s7
5 SP
T Bu
s9 SP
T Bu
s1 06
SP T
Bu s1
20 SP
T Bu
s1 34
SP T
Bu s1
49 SPT
B us
16 4
SP T
Bu s1
78 SP
T Bu
s1 93
SP T
Bu s2
08 SP
T Bu
s2 22
VS I
Bus
Dengan DG Tanpa DG
Universitas Sumatera Utara
83
5 BAB V
KESIMPULAN SAN SARAN
5.1 Kesimpulan