31 diselidiki adalah detik pertama setelah timbulnya gangguan pada sistem. Bila pada
sistem, mesin dijumpai tetap berada dalam keadaan serempak sebelum berakhirnya detik pertama, ini dikatagorikan sistem masih stabil.
2.5 Klasifikasi Stabilitas Sistem Tenaga Listrik
Stabilitas sistem tenaga adalah suatu masalah, namun tidak praktis untuk menangani hal tersebut. Kestidakstabilan dari sistem dapat terjadi dalam berbagai
bentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Analisis dari berbagai stabilitas, termasuk mengidentifikasi faktor penting yang berkontribusi terhadap
ketidakstabilan dan merancang metode untuk meningkatkan operasi yang stabil.
Gambar 2.10 berikut menjelaskan klasifikasi stabilitas sistem tenaga dalam berbagai kategori dan sub kategori yang mungkin terjadi dalam sistem [13].
Gambar 2.10 Klasifikasi Stabilitas Sistem Tenaga
Stabilitas sudut rotor mengacu pada kemampuan mesin sinkron dari sistem tenaga untuk tetap saling berhubungan sinkron setelah mengalami
gangguan. Ketidakstabilan yang merupakan akibat terjadinya peningkatan
Universitas Sumatera Utara
32 ayunan sudut beberapa generator, menyebabkan kehilangan sinkron
dengan generator lainnya.
Stabilitas frekuensi mengacu pada kemampuan sistem tenaga untuk mempertahankan frekuensi stabil karena gangguan pada sistem yang
menghasilkan ketidakseimbangan antara generator dan beban. Ketidakstabilan dapat mengakibatkan terjadi ayunan frekuensi
berkelanjutan, menyebabkan trip unit pembangkit atau beban.
Stabilitas tegangan mengacu pada kemampuan sistem tenaga untuk mempertahankan tegangan stabil pada semua bus dalam sistem setelah
mengalami gangguan mulai saat dioperasikan. Ketidakstabilan dapat terjadi akibat jatuh atau kenaikan tegangan dari beberapa bus.
2.6 Stabilitas Tegangan
Berikut defenisi yang berhubungan dengan stabilitas tegangan berdasarkan Conseil International des Grands Réseaux Électriques CIGRE [14]:
“Suatu sistem yang beroperasi pada keadaan tertentu dan mengalami gangguan dikatakan goltage stabil jika tegangan dekat beban mendekati nilai
keseimbangan setelah gangguan”.
“Suatu sistem yang beroperasi pada keadan tertentu dan mengalami gangguan dikatakan voltage collapse jika tegangan keseimbangan setelah
gangguan dibawah batas yang dizinkan. Voltage collapse akan menyebabkan blackout total atau sebagian”.
“Ketidakstabilan tegangan adalah tidak adanya stabilitas tegangan, dan menghasilkan penurunan progresif tegangan atau kenaikan”.
Stabilitas tegangan ini telah menjadi perhatian khusus dalam banyak sistem tenaga, khusunya pada jaringan distribusi yang lemah dengan feeder yang
panjang dan beban padat. Stabilitas tegangan dianggap menjadi penyebab
Universitas Sumatera Utara
33 blackout yang akhir-akhir ini terjadi di salah satu kota di Amerika Utara pada 14
agustus 2003 dan di Swedia Utara pada 23 September 2003 [15].
Kestabilan tegangan merujuk pada kemampuan sistem kelistrikan untuk menjaga tegangan bernilai tetap pada semua bus dalam sistem setelah mengalami
gangguan dari kondisi operasi awalnya. Sistem berada pada kondisi ketidak stabilan tegangan saat ada gangguan, kenaikan beban, atau perubahan kondisi
sistem yang menyebabkan penurunan tegangan secara cepat dan tidak terkontrol. Penyebab utama yang menyebabkan ketidakstabilan tegangan adalah ketidak
mampuan sistem untuk memenuhi permintaan daya reaktif.
Kriteria dari kestabilan tegangan adalah, saat kondisi operasi normal tertentu, magnitude tegangan dari tiap-tiap bus akan naik seiring dengan kenaikan
daya reaktif yang dimasukkan ke bus tersebut. Sistem berada dalam ketidak stabilan jika minimal satu bus dari sistem mengalami penurunan magnitude
tegangan pada saat yang sama daya reaktif yang dimasukan ke bus tersebut naik [13].
2.7 Indeks Stabilitas Tegangan