vi
5.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan penderita TB paru di Puskesmas Helvetia Kota Medanpada tahun 2016 dengan
jumlah sampel sebanyak 97 orang dengan usia 15 sampai dengan 64 tahun, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
5.2.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa umur responden penderita TB Paru sebagian besar berada pada kelompok usia dewasa produktif yaitu pada
kelompok umur 41-500 tahun dan 50 tahun yaitu sebanyak 62 orang 63,9, dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 54 orang 55,7. Sebagian besar
responden penderita TB Paru memiliki tingkat pendidikan SLTA yaitu sebanyak 58 orang 59,8 dan bekerja sebagai wiraswasta dan petani. Responden
sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta dan petani yaitu sebanyak 44 orang 45,4. Tingkat penghasilan responden Rp.1.050.000,- dengan tingkat
penghasilan Rp.1.050.000,- - Rp.2.000.000,- berbeda tipis, hanya selisih 1 orang responden dengan tingkat Rp.1.050.000,- - Rp.2.000.000,- lebih banyak yaitu
sebanyak 95 orang 98,0.
5.2.2 Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.7 diketahui bahwa responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 26 orang 26,8, tingkat
pengetahuan cukup sebanyak 48 orang 49,5, dan tingkat pengetahuan kurang ada 23 orang 23,7.
Dilokasi penelitian ditemukan bahwa responden yang memiliki pengetahuan cukup rata-rata tingkat pendidikan terakhirnya setingkat SMA. Hal
ini didukung oleh teori yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan seseorang adalah faktor pendidikan.
Mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non
formal Notoatmodjo, 2010. Pengetahuan dapat diperoleh melalui media informasi seperti televisi, radio, koran, majalah, pendidkan dan lain-lain. Ini
Universitas Sumatera Utara
vi
merupakan beberapa cara untuk mendapatkan informasi dan dapat menambah pengetahuan kita tentang kepatuhan meminum obat anti tuberculosis.
Berdasarkan hasil wawancara, pasien yang menjadi responden terbanyak adalah usia dewasa 35-50 tahun. Hal ini dikarenakan peneliti mengambil sampel
di puskesmas yang sebagian besar pasien yang berobat berusia dewasa. Dewasa merupakan individu yang telah selesai tumbuh dan memiliki perilaku yang lebih
konseptual sehingga berpengaruh dalam pencegahan penularan penyakit TB paru. Semakin bertambahnya umur seseorang, juga akan meningkatkan
pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang terhadap pencegahan penularan penyakit TB paru yang diperolehnya terhadap orang lain.
Dari jawaban responden pada tabel 5.6 responden penderita TB Paru mengetahui bahwa gejala yang dirasakan penderita TB Paru adalah batuk lebih
dari 3 minggu, demam dan disertai influenza; badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun dan rasa kurang enak badan bukan merupakan
gejala-gejala dari TB Paru; nyeri dada, sesak nafas dan batuk berdarah adalah gejala yang dirasakan penderita TB Paru. Tetapi responden penderita TB Paru
tidak mengetahui bahwa untuk meningkatkan daya tahan tubuh makan makanan yang bergizi termasuk ke dalam pencegahan penyakit TB Paru dan responden
tidak mengetahui bahwa penyakit TB Paru dapat ditularkan melalui percikan dahak dan bersin penderita TB
Paru’ yaitu sebanyak 50 orang 51. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan responden TB Paru di Puskesmas
Helvetia Kota Medan cukup baik. Dalam teori WHO, dijelaskan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh
pengalaman seseorang, faktor-faktor luar orang tersebut lingkungan, baik fisik maupun non fisik dan sosial budaya yang kemudian pengalaman tersebut
diketahui, dipersepsikan, diyakini sehingga menimbulkan motivasi, sikap untuk bertindak dan pada akhirnya terjadi perwujudnya niat berupa perilaku.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Muhammad Nasir 2014, menyatakan bahwa mayoritas responden di Puskesmas Langsa
Lama memiliki tingkat pengetahuan cukup 54,5. Penelitiannya ini
Universitas Sumatera Utara
vi
menggunakan responden sebesar 33 orang yang berada di wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama.
Penelitian ini juga didukung oleh Friska 2012, dalam penelitiannya tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan minum obat anti
tuberculosis pada pasien TBParu di Puskesmas Kecamatan Jatinegara Tahun 2012 yang menyatakan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan
cukup yaitu sebesar 50.
5.2.3 Sikap