Pengujian Kuat Tarik Tensile Strength Test Pengujian Kuat Lentur Flexural Strength Test

4.2 Pengujian Sifat Mekanik

4.2.1 Pengujian Kuat Tarik Tensile Strength Test

Pengujian kuat tarik dilakukan untuk mengetahui batas kuat tarik dari benda uji terhadap tarikan dan sejauh mana material tersebut bertambah panjang. Pengujian ini menggunakan standar ASTM 638 D. Data yang diperoleh untuk hasil pengujian kuat tarik dapat ditampilkan seperti pada Tabel 4.4 sebagai berikut : Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kuat Tarik Komposit Serat Kulit Jagung – Epoksi SKJ-E Komposisi serat kulit jagung SKJ Panjang mm Lebar mm Tebal mm Luas mm 2 Beban kgf Kuat tarik komposit serat kulit jagung- epoksi SKJ- E σ MPa 115 15 3 45 35,51 7,73 1 115 15 3 45 36,55 7,97 2 115 15 3 45 36,97 8,05 3 115 15 3 45 37,55 8,17 4 115 15 3 45 44,35 9,65 5 115 15 3 45 46,06 10,02 Dari Tabel 4.4 di atas maka dapat ditampilkan hubungan antara kuat tarik komposit serat kulit jagung-epoksi SKJ-E dengan komposisi serat kulit jagung SKJ seperti pada Grafik 4.4 berikut ini : Grafik 4.4 Hubungan Antara Kekuatan Tarik Komposit SKJE vs Persentase SKJ Universitas Sumatera Utara Pada Grafik 4.4 tampak bahwa kuat tarik terendah adalah pada komposit tanpa serat kulit jagung yaitu 7,73MPa dan kuat tarik tertinggi pada komposit SKJ-E dengan komposisi SKJ 5 yaitu 10,02 MPa. Kuat tarik semakin naik dengan bertambahnya komposisi serat kulit jagung. Berdasarkan Japanese Industrial Standard JIS A 5905 : 2003, Papan Serat mensyaratkan kuat tarik lebih besar dari 0,4 MPa. Masing – masing komposit SKJ-E dengan komposisi SKJ yang berbeda telah memenuhi standar tersebut.

4.2.2 Pengujian Kuat Lentur Flexural Strength Test

Pengujian kuat lentur dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan polimer terhadap pembebanan sesuai standar ASTM D-790. Dalam metode ini yang digunakan adalah metode tiga titik lentur. Pengujian ini juga dimaksudkan untuk mengetahui keelastisan suatu bahan. Pada permukaan bagian atas sampel yang dibebani akan terjadi kompresi, sedangkan pada permukaan bawah sampel akan terjadi tarikan. Pada pengujian ini terhadap sampel uji diberikan pembebanan yang arahnya tegak lurus terhadap sampel. Data – data yang dihasilkan untuk pengujian kuat lentur seperti pada Tabel 4.5 adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kuat Lentur Komposit Serat Kulit Jagung-Epoksi SKJ-E Komposisi serat kulit jagung SKJ Panjang mm Lebar mm Tebal mm Luas mm 2 Beban kgf Kuat lentur komposit serat kulit jagung- epoksi SKJ- E σ MPa 130 15 3 45 2,63 28.62 1 130 15 3 45 4,21 45,81 2 130 15 3 45 5,06 55,07 3 130 15 3 45 4,65 50,62 4 130 15 3 45 4,21 45,81 5 130 15 3 45 4,15 45,18 Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 4.5 di atas maka dapat ditampilkan hubungan antara kuat lentur komposit serat kulit jagung-epoksi SKJ-E dengan komposisi serat kulit jagung SKJ seperti Grafik 4.5 di bawah ini : Grafik 4.5 Hubungan Antara Kuat Lentur Komposit SKJE vs Persentase SKJ Dari Grafik 4.5 tampak bahwa kuat lentur maksimum komposit SKJ-E terdapat pada komposisi SKJ 2 , yaitu 55,07 MPa dan kuat lentur minimum komposit SKJ-E terdapat pada tanpa serat SKJ, yaitu 28,62 MPa. Kuat lentur komposit bertambah seiring dengan bertambahnya serat kulit jagung yang digunakan. Kuat lentur komposit SKJ –E pada komposisi SKJ 3 sampai 5 terjadi penurunan disebabkan oleh pengaturan serat yang tidak merata. Berdasarkan JIS A 5905 : 2003, komposit SKJ-E dengan masing – masing komposisi SKJnya telah memenuhi syarat Papan Serat dengan kuat lentur lebih besar dari 35 MPa. Kuat lentur komposit SKJ-E ini juga memenuhi standar bumper mobil dengan kuat lentur ± 32 MPa Christian, 2010.

4.2.3 Pengujian Kuat Impak Impact Strength Test