Kerangka Pemikiran TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

Pendidikan petani serta status kepemilikan lahan juga mempengaruhi penerapan inovasi Erni Esde Dkk, 1997. Pedoman Umum SLPTT 2011, Ada 2 jenis komponen PTT Pengelolaan Tanaman Terpadu yang di terapkan dalam metode SLPTT, yaitu : Komponen teknologi dasar: 1. Varietas unggul baru, inbrida non hibrida, atau hibrida 2. Benih bermutu dan berlabel 3. Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos 4. Pengaturan populasi tanaman secara optimum 5. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah 6. Pengendalian OPT Organisme Pengganggu Tanaman dengan pendekatan PHT Pengendalian Hama Terpadu Komponen teknologi pilihan: 1. Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam 2. Penggunaan bibit muda 21 hari 3. Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun 4. Pengairan secara efektif dan efisien 5. Penyiangan dengan landak atau gasrok 6. Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok

1.3 Kerangka Pemikiran

SLPTT sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu adalah sebuah metode dari Departemen Pertanian Deptan dengan cara memberi pengajaran kepada para petani mengenai pengendalian hama terpadu, sekolah lapang iklim, dan teknologi budidaya. Petani diajarkan melakukan pertanian terpadu meliputi pemberian benih, pengendalian hama, penyediaan teknologi budidaya, dan pupuk secara terpadu. Universitas Sumatera Utara Tujuan utama dari metode ini adalah peningkatan sumber daya manusia petani dan mutu kualitas usaha taninya. Dalam metode ini dilakukan sekolah lapangan sebagai sebuah pendidikan informal bagi petani. Ada berbagai macam ukuran yang dibuat oleh pemerintah untuk menentukan keberhasilan metode ini. Salah satunya adalah intensitas petani untuk menghadiri kegiatan sekolah lapang ini. Keberhasilan petani padi sawah tidak terlepas dari karakteristik sosial ekonomi petani dan tingkat adopsi petani tersebut. Satia Negara L 2000 menyebutkan dalam bukunya yang berjudul “Tingkat Adopsi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya” ada 4 sudut pandang sosial ekonomi, yaitu : 1. Tingkat pendidikan, pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan pengertian yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi 2. Umur Petani, makin muda umur petani maka makin semangat untuk mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut 3. Luas Pemilikin Lahan, petani yang memiliki lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani yang berlahan sempit, hal ini dikarenakan keefisienan penggunaan sarana produksi 4. Pengalaman Bertani Lama Bertani, petani yang sudah lebih lama berusaha tani akan lebih mudah menerapkan teknologi daripada petani pemula. Hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan 5. Frekuensi Mengikuti SLPTT adalah jumlah kehadiran petani padi sawah dalam mengikuti Sekolah Lapang PTT Universitas Sumatera Utara 6. Modal adalah nilai nominal yang digunakan petani untuk menjalankan kegiatan usaha taninya Dalam penelitian ini akan dilihat ke-6 sudut pandang di atas memiliki hubungan yang erat atau tidak terhadap tingkat adopsi di daerah penelitian. Peneliti membagi 3 ukuran tingkat adopsi, yaitu : tingkat adopsi tinggi, tingkat adopsi sedang dan tingkat adopsi tinggi. Berdasarkan penjelasan singkat di atas maka peneliti menyusun sebuah skema kerangka pemikiran, sebagai berikut : Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : : Hubungan

1.4 Hipotesis Penelitian

Dokumen yang terkait

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

9 95 91

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Sikap Petani Padi Sawah Pada Pola Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) Pupuk Bersubsidi (Studi Kasus: Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

7 68 81

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Dengan Pengambilan Keputusan Pada Monokultur Atau Diversifikasi (Studi Kasus: Desa Mesjid Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang)

4 65 92

Sikap Petani Terhadap Kegiatan Legalisasi Aset Tanah Melalui Program PPAN (Studi Kasus : Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

3 77 69

Evaluasi Petani Terhadap Program Penyuluhan Pertanian Sl Ptt (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu): Hama Terpadu (Kasus : Petani Padi Sawah, Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

3 67 67

Hubungan Antara Tingkat Adopsi Teknologi Dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

3 41 78

Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani Pada Beberapa Strata Luas Lahan (Studi Kasus: Desa Kota Rantang, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

0 50 85

DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

0 18 122

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN TINGKAT PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH DI DESA JOHO KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

0 3 114

(ABSTRAK) DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI.

0 1 2