Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

Metode yang dikembangkan dalam kegiatan itu model curah pendapat, wawancara dan diskusi di tingkat kelompok sekolah lapang. Kegiatan diskusi dilakukan bersamaan dengan acara pertemuan antar kelompok SLPTT yang dipusatkan di satu lokasi. Selain itu juga melakukan kunjungan ke lahan belajar SLPTT dan pertemuan antar pemandu Mar, 2010.

1.2 Landasan Teori

Dalam tahun lima puluhan dan empat puluhan para pakar sosiologi pedesaan di Amerika banyak melakukan penelitian mengenai proses adopsi inovasi oleh para petani. Dalam proses adopsi dapat dibedakan lima tahap, sebagai berikut : 1. Tahu, pertama kali mendapat ide, praktek baru, kekurangan rincian informasi 2. Minat, mencari rincian informasi 3. Evaluasi, menilai mamfaat inovasi, dapatkah saya menggerakkannya 4. Mencoba, mencoba menerapkan inovasi pada skala kecil 5. Adopsi, menerapkan inovasi pada skala besar pada usaha taninya Lima tahap proses adopsi ini bukan merupakan pola kaku yang pasti di ikuti oleh petani, tetapi sekedar menunjukkan adanya lima urutan yang sering ditemukan baik oleh peneliti atau oleh petani Adjid D, 2001. Adopsi adalah keputusan yang diambil seorang untuk menerima motivasi dan menggunakannya dalam praktek usaha taninya. Keputusan untuk menerima inovasi merupakan perubahan perilaku yang meliputi kawasan pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang untuk mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerimanya Adjid D, 2001. Banyak penelitian dilakukan tentang hubungan antara indeks adopsi dan variasi ciri-ciri sosial individu. Variabel yang erat hubungannya dengan indeks adopsi kemudian diteliti di beberapa wilayah pertanian yang berbeda, baik di Negara maju maupun sedang Universitas Sumatera Utara berkembang yaitu pada pendidikan, pelayanan kesehatan dan perilaku konsumen Van den Ban dan Hawkins H S, 1999. Menurut Negara S 2000 adopsi teknologi baru adalah merupakan proses yang terjadi dari petani untuk menerapkan teknologi pada usaha taninya. Hal ini di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 1. Tingkat pendidikan, pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan pengertian yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi 2. Umur Petani, makin muda umur petani maka makin semangat untuk mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut 3. Luas Pemilikian Lahan, petani yang memiliki lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani yang berlahan sempit, hal ini dikarenakan keefisienan penggunaan sarana produksi 4. Pengalaman Bertani, petani yang sudah lebih lama berusaha tani akan lebih mudah menerapkan teknologi daripada petani pemula. Hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan 5. Pendapatan petani padi sawah adalah selisih antara penerimaan dan total biaya dalam kegiatan usaha taninya Namun Soekartawi dkk menekankan bahwa kecepatan petani yang memiliki lahan sempit untuka melakukan adopsi inovasi tentu akan berbeda bila dibandingkan dengan petani yang memiliki lahan yang luas, begitu pula halnya dengan petani yang baru belajar pemula dan petani yang sudah berpengalaman biasanya orang-orang yang sudah tua juga akan berbeda dalam hal kecepatan melakukan proses adopsi inovasi. Universitas Sumatera Utara Pendidikan petani serta status kepemilikan lahan juga mempengaruhi penerapan inovasi Erni Esde Dkk, 1997. Pedoman Umum SLPTT 2011, Ada 2 jenis komponen PTT Pengelolaan Tanaman Terpadu yang di terapkan dalam metode SLPTT, yaitu : Komponen teknologi dasar: 1. Varietas unggul baru, inbrida non hibrida, atau hibrida 2. Benih bermutu dan berlabel 3. Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos 4. Pengaturan populasi tanaman secara optimum 5. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah 6. Pengendalian OPT Organisme Pengganggu Tanaman dengan pendekatan PHT Pengendalian Hama Terpadu Komponen teknologi pilihan: 1. Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam 2. Penggunaan bibit muda 21 hari 3. Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun 4. Pengairan secara efektif dan efisien 5. Penyiangan dengan landak atau gasrok 6. Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok

1.3 Kerangka Pemikiran

Dokumen yang terkait

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

9 95 91

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Sikap Petani Padi Sawah Pada Pola Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) Pupuk Bersubsidi (Studi Kasus: Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

7 68 81

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Dengan Pengambilan Keputusan Pada Monokultur Atau Diversifikasi (Studi Kasus: Desa Mesjid Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang)

4 65 92

Sikap Petani Terhadap Kegiatan Legalisasi Aset Tanah Melalui Program PPAN (Studi Kasus : Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

3 77 69

Evaluasi Petani Terhadap Program Penyuluhan Pertanian Sl Ptt (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu): Hama Terpadu (Kasus : Petani Padi Sawah, Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

3 67 67

Hubungan Antara Tingkat Adopsi Teknologi Dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

3 41 78

Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani Pada Beberapa Strata Luas Lahan (Studi Kasus: Desa Kota Rantang, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

0 50 85

DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

0 18 122

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN TINGKAT PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH DI DESA JOHO KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

0 3 114

(ABSTRAK) DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI.

0 1 2