Citra Aksara Karo PENDAHULUAN

2.4. Citra

Citra adalah suatu representasi gambaran, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra analog adalah citra yang bersifat kontinu, seperti pada gambar pada monitor televisi, foto sinar-X, foto yang tercetak di kertas foto, lukisan, pemandangan alam, hasil CT-Scan, gambar-gambar yang terekam pada pita kaset, dan lain sebagainya. Citra analog tidak dapat dipresentasikan dalam komputer sehingga tidak bisa diproses di komputer secara langsung. Oleh sebab itu, agar citra ini dapat diproses di komputer, proses konversi analog ke digital harus dilakukan terlebih dahulu. Citra digital adalah citra yang dapat diolah oleh komputer. Monitor akan menampilkan kotak-kotak kecil . Namun yang disimpan dalam memori hanyalah angka-angka yang menunjukkan besar intensitas pada masing-masing pixel tersebutSutoyo, 2009. Format Joint Photographers Experts Group JPEG suatu jenis format citra yang umumnya digunakan untuk menampilkan foto dan gambar dalam html, www atau layanan online yang lain. Format JPEG mendukung pewarnaan CMYK, RGB, dan grayscale. JPEG menggunakan format 24-bit dan oleh sebab itu informasi semua warna dalam gambar RGB dipertahankan tetapi kompresi ukuran secara selektif menghilangkan data awal warna persepsi manusia. Jika suatu kompresi dilakukan dengan level tinggi, maka kualitas gambar akan kurang baik, sebaliknya jika kompresi dilakukan dengan level rendah, maka kualitas gambar akan semakin tinggiParekh, 2006.

2.5. Aksara Karo

Aksara Karo adalah kumpulan tanda-tanda karaktersimbol-simbol utuk menyatakan sesuatu, yang pemakaiannya dimengerti dan disepakati, yakni oleh masyarakat Karo itu sendiri. Aksara Karo merupakan aksara milik masyarakat etnis Karo atau dengan kata lain, tulisan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat etnis Karo serta tersebar luas, dipergunakan dan diajarkan awalnya dengan bahasa pengantar, cakap Karo di ruang lingkup Karo yang dulunya meliputi pesisir timur di SumateraOostkust van Sumatera bagian utara dan dataran tinggi Karo yang terbentang luas diatas pegunungan Bukit Barisan. Aksara Karo termasuk dalam lima varian surat Batak bersama dengan aksara Toba, aksara Dairi, aksara Simalungun dan aksara Mandailing. Varian ini memiliki Universitas Sumatera Utara kesamaan penulisan, namun tidak semuanya sama. Aksara Karo yang merupakan varian surat Batak merupakan bagian rumpun tulisan Brahmi India. Sebagian besar sistem tulisan yang ada di Afrika, Eropa, dan Asia berasal dari satu sumber, yakni aksara Semit Kuno yang menjadi nenek moyang tulisan-tulisan Asia Arab, Ibrani dan India maupun Eropa Latin, Yunani dan lainnya. Tidak banyak literatur-literatur kuno yang dapat mendukung kapan Aksara Karo itu mulai eksis dipergunakan secara luas di wilayah Karo, namun ada beberapa syair cinta, ramalan katika, puisi, turi-turin cerita, mangmangtabas mantra, kitab ketabib-pan, ratapanrintihan bilang-bilang, kitab mayan beladiri, serta cerita sejarah adanya interaksi berupa surat-menyurat antara kerajaan Haru Karo dengan kerajaan-kerajaan lainnya, seperti: Johor, Malaka, Portugis, dan Aceh walau tidak dijelaskan bahasa dan aksara apa yang dipergunakan yang ditemukan. Selain itu aksara Karo juga dipakai sebagai media serta instrumen pengnatar ilmu pengetahuan, adat istiadat, seni, surat tenah kerja undangan, juga ragam hias pada rumah adat dan alat-alat musik tradisional, serta bahan pembelajaran muatan lokal. Cara penulisan perlu dilengkapi dengan anak huruf seperti o= ketolongen, x= sikurun, ketelengen dan pemantek. Ini dikarenakan setiap karakter pada Aksara Karo selalu berakhiran dengan huruf vokal a, sehingga bila ingin mengubah huruf vokalnya, perlu adanya anak huruf. Pada Gambar 2.6. dapat dilihat bentuk dari aksara karo. Gambar 2.6. Aksara Karo Universitas Sumatera Utara

2.6 Tinjauan Penelitian Yang Berhubungan