Target Debt Ratio Uji pengaruh
EDDy SurANtA , PrAtANA PuSPA...
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
deisitnya yang tersisa dengan ekuitas. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba
membedakan perusahaan dalam empat kondisi inansial yaitu, perusahaan dengan kondisi
inansial surplus dan deisit masing-masing dalam 4 kategori yakni: large, medium large,
medium small, dan smallest. 3. Modiikasi dari Frank dan Goyal 2003
yang menemukan adaya pengaruh ukuran perusahaan terhadap pecking order theory.
terkait dengan asimetri informasi, dimana asimetri informasi lebih tinggi pada perusahaan
kecil dibandingkan perusahaan besar. Maka dari itu, ukuran perusahaan dibagi menjadi 4
kategori dengan berdasarkan aset perusahaan yaitu large, medium large, medium small, dan
smallest. 4. Melakukan pengujian perilaku pendanaan
berdasarkan static trade-off dengan target adjusted model.
Pengujian Pecking Order Theory POT
Penentuan deisit dan surplus pendanaan perusahaan ditentukan dengan rumus sebagai
berikut Christianti, 2008:
DEF = DIVT + IT + ΔWT - CT
Dimana: DEF = Deisit pendanaan tahun ke t
DiV = Dividen kas pada tahun ke t
i = Arus kas investasi tahun ke t
ΔW = Perubahan working capital tahun ke t C
= Arus kas operasi tahun ke t Shyam-Sunder dan Myers 1999 dalam
Christianti 2008 menguji pecking order theory dengan menggunakan model empiris yang
berhubungan dengan pendanaan deisit sebagai berikut:
∆DIT = βPODEFIT + εIT
Dimana: ∆Dit = hutang jangka panjang perusahaan i
tahun t dikurangi hutang jangka panjang perusahaan i tahun t-1
βpo = koeisien PO DEF = deisit pendanaan perusahaan i tahun t
Koeisien slope memberikan informasi proporsi pendanaan yang didanai dengan hutang
jangka panjang untuk setiap peningkatan setiap rupiah deisit dan pecking order theory POt
menyatakan bahwa besarnya koeisien slope adalah mendekati satu. Kriteria untuk menerima
atau menolak hipotesis adalah jika koeisien regresi memiliki nilai p-value
0,05, maka berarti deisit inansial perusahaan berpengaruh
positif terhadap perubahan penggunaan hutang jangka panjang.
untuk melakukan
investigasi terhadap
perbedaan perilaku perusahaan dengan pendanaan deisit dan surplus selama periode penelitian,
digunakan model regresi pooled data Christianti,
2008 sebagai berikut:
ΔDIT = α + β1DIT + βPODEFIT + εIT
Dimana: dit
= variabel dummy yaitu 1 jika DEFit 0 deicit, dan 0 jika DEFit 0
surplus. DEF = deisit pendanaan perusahaan i tahun t
ΔDit = hutang jangka panjang perusahaan i tahun t dikurangi hutang jangka panjang
perusahaan i tahun t-1. Kriteria pengujian yang digunakan untuk
menerima atau menolak hipotesis adalah jika koeisien regresi memiliki nilai p-value 0,05
maka berarti terdapat perbedaan penggunaan
hutang jangka panjang antara perusahaan yang mengalami deisit dan surplus pendanaan.
untuk melakukan investigasi perbedaan perilaku perusahaan dengan pendanaan deisit
dari waktu ke waktu, digunakan model regresi pooled data Christianti, 2008 sebagai berikut:
ΔDIT = α + β1DIT + βPODEFIT + βSURDITDEFIT + εIT
Dimana: dit
= variabel dummy yaitu 1 jika DEFit sebelum tahun 2006, dan 0 jika DEFit
setelah tahun 2006
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 9
DEF = deisit pendanaan perusahaan i tahun t ΔDit = hutang jangka panjang perusahaan i
tahun t dikurangi hutang jangka panjang perusahaan i tahun t-1
Kriteria pengujian yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis adalah jika
koeisien regresi memiliki nilai p-value 0,05 maka berarti terdapat perbedaan penggunaan
hutang antara perusahaan yang mengalami deisit dan surplus pendanaan dari waktu ke waktu.
untuk melakukan investigasi perbedaan perilaku perusahaan dengan pendanaan deisit
berdasarkan ukuran size perusahaan, digunakan model regresi pooled data. ukuran size
perusahaan dibagi dalam 4 kategori yakni large, medium large, medium small, dan smallest yang
diukur dari aset perusahaan. Adapun model penelitian untuk menjawab hipotesis yang
keempat adalah sebagai berikut Christianti, 2008:
ΔDIT = α + β1DIT + β2BIT + β3CIT + β4DEFIT + εIT
Dimana: dit
= variabel dummy yaitu 1 jika ukuran aset merupakan kategori large, dan 0 jika
ukuran aset termasuk kategori medium large, medium small, dan smallest.
bit = variabel dummy yaitu 1 jika ukuran aset
merupakan kategori medium large, dan 0 jika ukuran aset termasuk kategori
large, medium small, dan smallest. cit
= variabel dummy yaitu 1 jika ukuran aset merupakan kategori medium small, dan
0 jika ukuran aset termasuk kategori large, medium large, dan smallest.
DEF = deisit pendanaan perusahaan i tahun t ΔDit = hutang jangka panjang perusahaan i
tahun t dikurangi hutang jangka panjang perusahaan i tahun t-1
Kriteria pengujian yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis adalah jika
koeisien regresi memiliki nilai p-value 0,05 maka berarti terdapat perbedaan penggunaan
hutang antara jenis ukuran perusahaan industri manufaktur di BEi.
Estimasi selanjutnya menggunakan ukuran surplus pendanaan untuk menguji POt. tingkat
surplus pendanaan perusahaan dibedakan dengan menggunakan perhitungan kuartil untuk variabel
DEF 0 dalam persamaan 2 yang menghasilkan perbedaan large surplus, medium large surplus,
medium small surplus, dan smallest surplus. Berikut model estimasinya Christianti, 2008:
ΔDIT = α + β1DIT + β2BIT + β3CIT + β4SURIT + εIT
Dimana: dit
= variabel dummy yaitu 1 jika DEF merupakan kategori large surplus, dan
0 jika DEF termasuk kategori medium large surplus, medium small surplus,
dan smallest surplus. bit
= variabel dummy yaitu 1 jika DEF merupakan kategori medium large
surplus, dan 0 jika DEF termasuk kategori large surplus, medium small
surplus, dan smallest surplus. cit
= variabel dummy yaitu 1 jika DEF merupakan kategori medium small
surplus, dan 0 jika DEF termasuk kategori large surplus, medium large
surplus, dan smallest surplus.. DEF = deisit pendanaan perusahaan i tahun t
ΔDit = hutang jangka panjang perusahaan i tahun t dikurangi hutang jangka panjang
perusahaan i tahun t-1 Kriteria pengujian yang digunakan untuk
menerima atau menolak hipotesis adalah jika koeisien regresi memiliki nilai p-value 0,05
maka berarti terdapat perbedaan penggunaan
hutang antara jenis ukuran size surplus perusahaan industri manufaktur di BEi.
Estimasi selanjutnya menggunakan kapasitas hutang untuk menguji POt. Kapasitas hutang
perusahaan dibedakan dengan menggunakan perhitungan kuartil untuk variabel DEF 0 dalam
persamaan 2 yang menghasilkan perbedaan large deicit, medium large deicit, medium small
70 EDDy SurANtA , PrAtANA PuSPA...
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
deicit, dan smallest deicit. Berikut ini adalah model estimasinya Christianti, 2008:
ΔDIT = α + β1DIT + β2BIT + β3CIT + β4DEFIT + εIT
Dimana: dit
= variabel dummy yaitu 1 jika DEF merupakan kategori
large deicit, dan 0 jika DEF termasuk kategori medium
large deicit, medium small deicit, dan smallest deicit.
bit = variabel dummy yaitu 1 jika DEF
merupakan kategori medium large deicit, dan 0 jika DEF termasuk
kategori large deicit, medium small
deicit, dan smallest deicit. cit
= variabel dummy yaitu 1 jika DEF merupakan kategori medium small,
dan 0 jika DEF termasuk kategori large deicit, medium large deicit, dan
smallest deicit. DEF = deisit pendanaan perusahaan i tahun t
ΔDit = hutang jangka panjang perusahaan i tahun t dikurangi hutang jangka panjang
perusahaan i tahun t-1 Kriteria pengujian yang digunakan untuk
menerima atau menolak hipotesis adalah jika koeisien regresi memiliki nilai p-value 0,05
maka berarti terdapat perbedaan penggunaan
hutang antara jenis ukuran size deicit
perusahaan industri manufaktur di BEi.
Pengujian Static Trade Off STO
Darminto 2007
dalam penelitiannya
menyatakan bahwa spesiikasi model untuk menguji mean reversion dari leverage atau
penyesuaian ke arah target leverage dilakukan dengan metode partial adjustment process yakni
sebagai berikut:
DIT – DIT–1 = ΔDIT – DIT–1 + εIT
Dimana: Dit – Dit–1 = hutang jangka panjang perusahaan i
tahun t dikurangi hutang jangka panjang perusahaan i tahun t-1
Dit = target debt ratio untuk perusahaan i pada tahun t + 1.
Dit-1 = hutang jangka perusahaan i tahun t-1 eit
= error term δ
= tingkat kecepatan penyesuaian terhadap target leverage
Fama dan French 2000 menyatakan bahwa target debt ratio Dit dirumuskan dalam
persamaan regresi sebagai berikut:
DIT = B +B
VTA
T
+B
2
ETTAT+B
3
DPTA
T
+ B
4
RDD
T
+B RDTA
T
+B LNAT+B
7
TP
T+
+E
T+
Dimana: VtAt = rasio nilai pasar terhadap nilai buku
perusahaan EttAt = rasio laba sebelum bunga dan pajak
terhadap total aset DptAt = rasio beban depresiasi terhadap total
aset rDDt = variabel dummy yaitu 1 dan 0 untuk
masing-masing perusahaan
yang melaporkan dan tidak melaporkan
rD rDtAt = rasio rD terhadap total asset
LnAt = logaritma natural total aset tP
t+1
= hutang jangka panjang perusahaan i tahun t+1
Dit = target debt ratio Kriteria pengujian yang digunakan untuk
menerima atau menolak hipotesis adalah jika koeisien regresi memiliki nilai p-value 0,05
maka berarti target debt berpengaruh positif
terhadap perubahan penggunaan hutang jangka panjang
HASIL-HASIL PENELITIAN Sampel Penelitian
Populasi dalam
penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek indonesia BEi. Jumlah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEi adalah 149
perusahaan. Setelah dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, jumlah perusahaan yang
dapat diteliti adalah sebanyak 96 perusahaan dengan jumlah observasi sebanyak 477 observasi.
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 7
Christianti 2008 yang menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh negatif deisit pendanaan
terhadap perubahan penggunaan hutang jangka
panjang. Dengan demikian, pengaruh positif deisit pendanaan terhadap perubahan penggunaan
hutang, seperti yang dijelaskan dalam pecking
order theory tidak terbukti. Pengujian pecking order theory pada
persamaan 3 ΔDit σi = α1 σi + β1dit σi + βpoDEFit σi + εit bertujuan untuk
menguji apakah terdapat perbedaan penggunaan
hutang jangka panjang antara perusahaan yang mengalami deisit pendanaan dengan perusahaan
dengan kondisi surplus. Adapun hasil regresi
persamaan 3 disajikan dalam tabel 3. Berdasarkan hasil regresi pada tabel 3 di
atas dapat dilihat bahwa nilai adjusted R
2
sebesar 0.658 yang menunjukkan bahwa 65.8 variabel
perubahan penggunaan hutang dapat dijelaskan oleh variabel deisit pendanaan dan variabel
dummy deisit dan surplus pendanaan, sedangkan
sisanya sebesar 34.2 dijelaskan oleh variabel lain. Nilai statistik F sebesar 306.414 dengan
nilai signiikansi p 0.000 0.05. Hasil penelitian menunjukkan nilai koeisien
βpo sebesar -0.098 dan t-statistik -6.289 dengan nilai signiikansi 0.000 0.05 adalah signiikan
yang berarti bahwa deisit pendanaan berpengaruh negatif dan signiikan terhadap perubahan hutang
jangka panjang. Koeisien β0 sebesar 0.142 dan t-statistik 10.778 dengan nilai signiikansi
0.000 0.05 adalah signiikan. Koeisien β1 sebesar -0.165 dan t-statistik -5.081 dengan
nilai signiikansi 0.000 0.05 adalah signiikan Keterangan mengenai sampel dalam penelitian
ini dapat dilihat pada tabel 1 dibawah.
Pengujian Hipotesis
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah
kebijakan pendanaan
perusahaan manufaktur di Bursa Efek indonesia lebih
cenderung menggunakan pecking order theory yang didasarkan pada deisit pendanaan. Dalam
pengujian hipotesis pertama ini, dilakukan
pengujian terhadap 6 persamaan untuk menguji pecking order theory persamaan 2 sampai
persamaan 7. Pengujian pecking order theory pada persamaan 2 ∆Dit = βpoDEFit + εit,
bertujuan untuk menguji pengaruh deisit pendanaan terhadap perubahan penggunaan
hutang jangka panjang. Adapun hasil regresi persamaan 2 disajikan dalam tabel 2.
Berdasarkan hasil regresi pada tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai adjusted R2 sebesar 0,055
menunjukkan bahwa 5,5 variabel perubahan penggunaan hutang dapat dijelaskan oleh variabel
deisit pendanaan, sedangkan sisanya sebesar 94,5 dijelaskan oleh variabel lain. Nilai statistik
F adalah sebesar 28.715 dengan nilai signiikansi p-value
= 0.000 0.05 menunjukkan bahwa deisit pendanaan mempengaruhi perubahan
hutang jangka panjang. Hasil penelitian juga menunjukkan koeisien βpo sebesar -0.239 dengan
nilai signiikansi 0.000 0.05 yang berarti bahwa terdapat pengaruh negatif dan signiikan dari
variabel deisit dan surplus pendanaan terhadap perubahan penggunaan hutang jangka panjang.
Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan
Tabel 1 Sampel Penelitian
Perusahaan Sampel 149 perusahaan
Jumlah observasi awal 745
100 Observasi yang dikeluarkan dari penelitian:
Mengalami delisting selama periode penelitian 5 observasi
0.6 Laporan keuangan tahunan tidak tersedia
220 0bservasi 29.5
Data laporan keuangan tahunan dilaporkan selain mata uang rupiah 40 observasi
5.3 tidak memiliki hutang jangka panjang
3 observasi 0.4
Observasi yang digunakan dalam penelitian 477 observasi
64 Sumber: Data Sekunder Diolah, 2011.
72 EDDy SurANtA , PrAtANA PuSPA...
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Tabel 2 Hasil Pengujian Persamaan 2
Pengujian Pecking Order Theory: Deisit Pendanaan
Variabel Koeisien
t-Statistik Sig.
DEF -0.239
-5.359 0.000
r
2
Adj. r
2
F-Statistik Sig.
0.057 0.055
28.715 0.000
Sumber: Data Sekunder Diolah, 2011 Keterangan: signiikan pada level 5
Tabel 3 Hasil Pengujian Persamaan 3
Pengujian Pecking Order Theory: Deisit dan Surplus
Variabel Koeisien
t-Statistik Sig.
Konstanta 0.142
10.778 0.000
Dit -0.165
-5.081 0.000
DEF -0.098
-6.289 0.000
r
2
Adj. r
2
F-Statistik Sig.
0.660 0.658
306.414 0.000
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2011 Keterangan : signiikan pada level 5
Tabel 4 Hasil Pengujian Persamaan 4
Pengujian Pecking Order Theory: Waktu
Variabel Koeisien
t-Statistik Sig.
Konstanta -0.014
-28.673 0.000
DEF 0.166
2.747 0.006
DtDEF -.0220
-3.644 0.000
r
2
Adj. r
2
F-Statistik Sig.
0.757 0.756
492.954 0.000
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2011 Keterangan : signiikan pada level 5
Tabel 5 Hasil Pengujian Persamaan
Pengujian Pecking Order Theory: Ukuran Perusahaan
Variabel Koeisien
t-Statistik Sig.
Konstanta 0.414
6.632 0.000
DitSizE -0.659
-4.350 0.000
BitSizE -.0587
-6.336 0.000
CitSizE -0.576
-6.171 0.000
DEF -1.906
-6.464 0.000
r
2
Adj. r
2
F-Statistik Sig.
0.256 0.249
32.549 0.000
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2011 Keterangan : signiikan pada level 5
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 73
yang berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh dari pengunaan hutang jangka panjang antara
perusahaan yang mengalami deisit pendanaan dengan kondisi keuangan perusahaan yang
surplus. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Christianti
2008 yang juga menemukan adanya perbedaan antara pengunaan hutang jangka panjang antara
perusahaan yang mengalami deisit pendanaan dengan kondisi keuangan perusahaan yang
surplus. Pengujian pecking order theory selanjutnya
bertujuan untuk menguji perbedaan penggunaan hutang jangka panjang antara perusahaan yang
mengalami deisit pendanaan dengan perusahaan dengan kondisi surplus dari waktu ke waktu
dengan persamaan 4 ΔDit σi = α1 σi + β1dit σi + βpoDEFit σi + βsur ditDEFit σi +
εit. Adapun hasil regresi persamaan 4 disajikan dalam tabel 4.
Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4 dapat dilihat bahwa diperoleh nilai adjusted R
2
sebesar 0,756 yang menunjukkan bahwa 75,6 variabel
perubahan penggunaan hutang dapat dijelaskan oleh variabel deisit pendanaan dan perkalian
dummy waktu dengan deisit pendanaan,
sedangkan sisanya sebesar 24.4 dijelaskan oleh variabel lain. Sementara variabel dummy waktu
dikeluarkan dari persamaan dikarenakan adanya multikolinearitas atau adanya korelasi dengan
variabel independen lainnya. Nilai statistik F adalah sebesar 492.954 dengan nilai signiikansi
p = 0.000 0.05 yang menunjukkan bahwa deisit pendanaan dan dummy
waktudeisit pendanaan secara bersama-sama mempengaruhi perubahan
penggunaan hutang jangka panjang. Hasil penelitian menunjukkan koeisien β0
sebesar -0.014 dan t-statistik -28.673 dengan nilai signiikansi 0.000 0.05. Koeisien βsur
sebesar -0.220 dan t-statistik -3.644 dengan nilai signiikansi 0.000 0.05. Koeisien βpo sebesar
0.166 dan t-statistik 4.957 dengan nilai signiikansi 0.006 0.05 yang berarti bahwa deisit pendanaan
berpengaruh positif dan signiikan perubahan penggunaan hutang jangka panjang. Namun tidak
terdapat perbedaan pengaruh dari penggunaan hutang jangka panjang antara perusahaan yang
mengalami deisit pendanaan dengan kondisi keuangan yang mengalami surplus dari waktu
ke waktu. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Christianti 2008 yang menemukan
adanya penggunaan hutang jangka panjang antara perusahaan yang mengalami deisit pendanaan
dengan kondisi keuangan yang mengalami
surplus dari waktu ke waktu. Pengujian pecking order theory selanjutnya
dengan persamaan 5 ΔDit σi = α1 σi + β1dit σi + β2bit σi + β3cit σi + β4DEFit
σi + εit bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan penggunaan hutang jangka
panjang antara berbagai jenis ukuran perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEi. Adapun hasil
regresi persamaan 5 disajikan dalam tabel 5. Berdasarkan hasil regresi pada tabel 5 di atas
dapat dilihat bahwa nilai adjusted R
2
adalah sebesar 0.249 yang menunjukkan bahwa 24.9 variabel
perubahan penggunaan hutang dapat dijelaskan oleh variabel dummy ukuran perusahaan dan
variabel deisit pendanaan, sedangkan sisanya sebesar 75.1dijelaskan oleh variabel lain. Nilai
statistik F adalah sebesar 32.549 dengan nilai signiikansi 0.000 0.05 yang menunjukkan
bahwa dummy ukuran perusahaan dan deisit
pendanaan secara bersama-sama mempengaruhi perubahan penggunaan hutang jangka panjang.
Hasil penelitian menunjukkan nilai koeisien βpo sebesar -1.906 dan tstatistik -6.464 dengan
nilai signiikansi 0.000 0.05 adalah signiikan, namun menunjukkan tanda yang negatif yang
berarti bahwa deisit pendanaan berpengaruh negatif dan signiikan terhadap perubahan
penggunaan hutang jangka panjang. Nilai koeisien β0 sebesar 0.414 dan t-Statistik 5.892
dengan nilai signiikansi 0.000 0.05 adalah signiikan. Nilai masing-masing koeisien variabel
dummy ukuran perusahaan dan t-Statistiknya adalah sebesar 0.659 untuk koeisien β1 dengan t-
statistik -6.965, -0.587 untuk koeisien β2 dengan dengan t-statistik -8.326, dan sebesar -0.576
untuk koeisien β3 dengan t-Statistik -6.171.
Semua variabel dummy ukuran perusahaan signiikan secara statistik nilai signiikansi 0.000
0.05 berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh dari penggunaan hutang jangka panjang untuk
74 EDDy SurANtA , PrAtANA PuSPA...
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
semua jenis ukuran perusahaan manufaktur di BEi. Hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Christianti 2008 menemukan tidak adanya perbedaan penggunaan
hutang jangka panjang untuk semua jenis ukuran perusahaan manufaktur.
Pengujian pecking order theory selanjutnya dengan persamaan 6 ΔDit σi = α1σi +
β1ditσi + β2bitσi + β3citσi + β4SURit σi + εit bertujuan untuk menguji apakah terdapat
perbedaan penggunaan hutang jangka panjang
antara berbagai jenis ukuran surplus perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEi. Adapun hasil
regresi persamaan 6 disajikan dalam tabel 6. Berdasarkan hasil regresi pada tabel 6
dapat dilihat bahwa diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0.981 yang menunjukkan bahwa 98.1
variabel perubahan penggunaan hutang dapat dijelaskan oleh variabel dummy size surplus dan
variabel surplus pendanaan, sedangkan sisanya sebesar 1.9 dijelaskan oleh variabel lain. Nilai
statistik F adalah sebesar 1613 dengan nilai signiikansi p = 0.000 0.05 yang menunjukkan
bahwa dummy size surplus dan deisit pendanaan
secara bersama-sama mempengaruhi perubahan penggunaan hutang jangka panjang.
Hasil penelitian menunjukkan nilai koeisien β0 sebesar 0.014 dan t-statistik 63.884 dengan
nilai signiikansi 0.000 0.05 adalah signiikan. Nilai masing-masing koeisien variabel dummy
size surplus dan t-statistiknya adalah sebesar 0.068 untuk koeisien β1 dengan t-Statistik
16.827, -0.012 untuk koeisien β2 dengan dengan t-Statistik -62.212, dan sebesar -0.025 untuk
koeisien β3 dengan t-Statistik -10.186. Semua variabel dummy size
surplus signiikan secara statistik dengan nilai signiikansi 0.000 0.05.
Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh dari penggunaan hutang jangka panjang untuk
semua jenis size surplus perusahaan manufaktur di BEI. Nilai koeisien βpo sebesar -0.010 dan t-
Statistik -4.655 dengan nilai signiikansi 0.000 0.05 adalah signiikan. Namun koeisien
PO menunjukkan tanda yang negatif artinya bahwa deisit pendanaan berpengaruh negatif
dan signiikan terhadap perubahan penggunaan hutang jangka panjang. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Christianti 2008 yang juga menemukan adanya
perbedaan penggunaan hutang jangka panjang di antara jenis ukuran size surplus perusahaan
manufaktur. Pengujian pecking order theory selanjutnya
dengan bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan penggunaan hutang jangka panjang
antara berbagai jenis ukuran deisit perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEi, dengan
persamaan 7 ΔDit σi = α1σi + β1ditσi + β2bitσi + β3citσi + β4DEFit σi + εit
. Adapun hasil regresi persamaan 7 disajikan
dalam tabel 7 diatas. Berdasarkan hasil regresi pada tabel 7 dilihat
bahwa nilai adjusted R
2
adalah sebesar 0.834 yang menunjukkan bahwa 83.4 variabel perubahan
penggunaan hutang dapat dijelaskan oleh variabel dummy size
deisit dan variabel deisit pendanaan, sedangkan sisanya sebesar 16.6
dijelaskan oleh variabel lain. Nilai statistik F adalah sebesar 325.098 dengan nilai signiikansi
p = 0.000 0.05 menunjukkan bahwa dummy size
deisit dan deisit pendanaan secara bersama- sama mempengaruhi perubahan penggunaan
hutang jangka panjang. Hasil penelitian menunjukkan koeisien β0
sebesar -1.008 dan t-statistik -39.829 dengan nilai signiikansi 0.000 0.05 adalah signiikan.
Nilai masing-masing koeisien variabel dummy size
deisit dan t-statistiknya adalah sebesar 0.598 untuk koeisien β1 dengan t-statistik 0.586, 0.521
untuk koeisien β2 dengan dengan t-statistik 30.906, dan sebesar 0.165 untuk koeisien β3
dengan t-statistik 13.472. Signiikansi variabel dummy size
surplus adalah signiikan untuk size medium large deicit dan medium small deicit
yaitu 0.000 0.05, namun tidak signiikan untuk size large deicit dengan nilai signiikansi 0.558
0.05. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh dari penggunaan hutang jangka panjang
untuk jenis size medium large deicit dan medium
small deicit. Nilai koeisien βpo adalah sebesar -3.581 dan
t-statistik –40.050 dengan nilai signiikansi 0.000 0.05 adalah signiikan. Namun koeisien PO
menunjukkan tanda yang negatif berarti bahwa
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 7
Tabel 6 Hasil Pengujian Persamaan
Pengujian Pecking Order Theory: Size Surplus
Variabel Koeisien
t-Statistik Sig.
Konstanta 0.014
63.884 0.000
DitSur 0.068
16.827 0.000
BitSur -0.012
-62.212 0.000
CitSur -0.025
-10.186 0.000
Sur -0.010
-4.655 0.000
r
2
Adj. r
2
F-Statistik Sig.
0.982 0.981
1613 0.000
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2011 Keterangan : signiikan pada level 5
Tabel 7 Hasil Pengujian Persamaan 7
Pengujian Pecking Order Theory: Size Deisit
Variabel Koeisien
t-Statistik Sig.
Konstanta -1.008
-39.829 0.000
DitDEF 0.598
0.586 0.558
BitDEF 0.521
30.906 0.000
CitDEF 0.165
13.472 0.000
DEF -3.581
-40.050 0.000
r
2
Adj. r
2
F-Statistik Sig.
0.836 0.834
325.098 0.000
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2011 Keterangan : signiikan pada level 5
Tabel 8 Hasil Pengujian Persamaan
Pengujian Target Debt Variabel
Koeisien t-Statistik
Sig.
target Debt 0.890
42.651 0.000
r
2
Adj. r
2
F-Statistik Sig.
0.793 0.792
1819 0.000
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2011 Keterangan : signiikan pada level 5
7 EDDy SurANtA , PrAtANA PuSPA...
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
terdapat pengaruh negatif dan signiikan deisit pendanaan terhadap perubahan penggunaan
hutang jangka panjang. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Christianti 2008 yang tidak menemukan adanya perbedaan penggunaan hutang jangka
panjang diantara jenis ukuran size deisit untuk
perusahaan manufaktur di BEi. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh koeisien PO untuk
hampir semua persamaan mempunyai arah negatif. Berarti dapat disimpulkan bahwa deisit
pendanaan berpengaruh negatif dan signiikan terhadap perubahan penggunaan hutang jangka
panjang. Sehingga, hipotesis pertama ditolak.
Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah kebijakan pendanaan perusahaan manufaktur
di bursa efek indonesia lebih cenderung menggunakan static trade off yang didasarkan
target adjusted model static trade off. Persamaan 8 digunakan dalam menguji hipotesis kedua.
Hasil regresi hipotesis kedua persamaan 8 dapat dilihat pada tabel 8.
Berdasarkan hasil regresi pada tabel 8 dapat dilihat bahwa diperoleh nilai adjusted R2
sebesar 0,792 yang menunjukkan bahwa 79,2 variabel perubahan penggunaan hutang dapat
dijelaskan oleh variabel target debt, sedangkan sisanya sebesar 20,8 dijelaskan oleh variabel
lain. Nilai statistik F adalah sebesar 1819 dengan nilai signiikansi p-value = 0.000 0.05. Hasil
penelitian menunjukkan nilai koeisien static trade off
sebesar 0.890 dengan nilai signiikansi 0.000 0.05 yang berarti bahwa terdapat
pengaruh positif dan signiikan target debt terhadap perubahan penggunaan hutang jangka
panjang. Dengan demikian, dalam penelitian ini pengaruh positif target terhadap perubahan
penggunaan hutang terbukti sehingga, hipotesis
kedua diterima. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis pengujian hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengujian hipotesis pertama yang bertujuan untuk
menguji pecking
order theory
dalam menjelaskan kebijakan pendanaan perusahaan, pada hamper setiap persamaan
dalam pengujian pecking order theory menunjukkan koeisien PO yang negatif
dan signiikan yang berarti bahwa deicit pendanaan perusahaan berpengaruh negatif
terhadap perubahan penggunaan hutang jangka panjang perusahan. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa perusahaan manufaktur di BEi tidak menggunakan pecking order theory
dalam kebijakan pendanaan perusahaan. 2. Pengujian hipotesis kedua yang bertujuan
untuk menguji static trade off dalam menjelaskan kebijakan pendanaan perusahaan,
menunjukkan koeisien target debt yang positif dan signiikan. Hal ini berarti bahwa
target debt berpengaruh positif terhadap
perubahan penggunaan
hutang jangka
panjang perusahan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan manufaktur di Bursa Efek
indonesia menggunakan static trade off dalam kebijakan pendanaan perusahaan.
Keterbatasan
Penelitian ini masih memiliki keterbatasan yang disebabkan oleh berbagai faktor. Oleh
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini tidak memasukkan variabel- variabel lain yang diharapkan berpengaruh
terhadap kondisi struktur modal perusahaan seperti earnings volatility, tangibility, dividen,
dan pajak. 2. Penelitian
ini menggunakan
periode pengamatan yang pendek dan hanya terbatas
pada sektor industri manufaktur saja.
REKOMENDASI
Adapun saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbang- kan variabel-variabel lain yang berpengaruh
terhadap kondisi struktur modal perusahaan seperti earnings volatility, tangibility, dividen,
dan pajak. 2. Penelitian selanjutnya menggunakan periode
pengamatan yang lebih panjang dan menguji sektor industri lainnya untuk melihat kebijakan
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 77
struktur modal di sektor lain dikarenakan masing-masing sektor industri memiliki
karakteristik yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi kebijakan struktur modal.
Implikasi Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat membantu manajer dalam mempertimbangkan pengambilan
keputusan untuk menentukan alternatif kebijakan struktur modal perusahaan yang sesuai. Selain
itu dapat menjadi masukan wawasan mengenai kebijakan perilaku pendanaan pada perusahaan
manufaktur di BEi sehingga membantu investor dalam
pengambilan keputusan
investasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
tambahan wawasan mengenai stuktur modal khususnya yang berkaitan dengan static trade off
dan pecking order theory.
REFERENSI
Ariin, Zaenal. 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal. yogyakarta: Ekonisia
Chirinko, r., Singha, A., 2000. testing Static trade Off Againts Pecking Order Models
of Capital Structure; A Critical Comment. Journal of Financial Economics 58, 417-
425. Christianti, Ari. 2006. Penentuan Perilaku
Kebijakan Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta: Hipotesis
Static trade Off atau Pecking Order theory. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.
Christianti, Ari. 2008. Pengujian POt :Pengaruh Leverage terhadap Pendanaan Surplus dan
Deisit Pada Industri Manufaktur Di BEI. The 2nd National Conference UKWMS.
Cotei, Carmen., Farhat Joseph. 2009. the trade-Off theory and the Pecking Order
theory: Are they Mutually Exclusive? Journal Finance and Banking Research,
3:40-56. Darminto. 2007. Pengujian toeri trade-Off
dan teori Pecking Order dengan satu model dinamis pada Perusahaan Publik di indonesia.
Jurnal yang tidak dipublikasikan.
Fama, E. F., French, K. r., 2000. testing trade- Off and Pecking Order Predictions about
Dividends and Debt. Social Science Research Network, Working Paper No. 506.
Frank, M., Goyal, V., 2003. testing the Pecking Order theory of Capital Structure. Journal of
Financial Economics 67, 217-248. Ghozali,
imam. 2006. Aplikasi Analisis
Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit universitas Diponegoro.
Hovakimian, A, Vulanovic, M, 2007, Corporate Financing of Maturing Long term Debt,
www.ssrn.comabstract =1137972.
indriantoro, Nur., Supomo, Bambang., 2002. Metodologi Penelitian Bisnis: untuk Akuntansi
dan Manajemen. yogyakarta: BPFE uGM. Jensen, M.C. Meckling, W.H. 1976. theory of
the irm: managerial behavior, agency costs and capital structure. Journal of Financial
Economics, 3: 306-65.
Lemmon, M., zender, J., 2004. Debt capacity and tests of capital structure theories. Unpublished
working paper, University of Utah. Jong, Abe de., Verbeek, Marno., Verwijmeren,
Patrick., 2005. testing the Pecking Order theory: the impact of Finacing Surpluses
and Large Financing Deicits. Unpublish working paper, RSM Erasmus University.
Mayangsari, Sekar. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pendanaan
Perusahan : Pengujian Pecking Order Hypothesis. Media Riset Akuntansi, Auditing
dan Informasi. Vol. 1 No. 3 Desember 2001, Hal 1-26.
Miller, M., 1977. Debt and taxes. Journal of
Finance 32, 261-275. Modigliani, F., Miller, M., 1958. the Cost of Capital, Corporate
Finance, and the theory of investment.
American Economic Review 48, 261-297.
Modigliani, F., Miller, M., 1963. Corporate income taxes and the cost of capital: A
correction.
American Economic Review 53,
433-443.
7 EDDy SurANtA , PrAtANA PuSPA...
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Myers, S., 1984. the capital structure puzzle. Journal of Finance 39, 575–592.
Myers, S. C., Majluf, N. S., 1984. Corporate inancing and investment decisions when
irms have information that investors do not have.
Journal of Financial Economics 13,
187-221. Nugroho, Asih. 2006. Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Struktur Modal
Perusahaan Properti yang Go-Public di Bursa Efek Jakarta untuk Periode Tahun
1994 – 2004. Skripsi uNDiP. indrianto, Nur., Supomo, Bambang., 1999.
Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Management. BPFE: yogyakarta.
Prastowo, Nogroho., Chawwa, tevy., 2009. Kondisi Pasar Keuangan dan implikasinya
terhadap Animo Penerbitan Saham dan Obligasi Korporasi. Working Paper Bank
Indonesia.
rahmayanti, Hanindita.
2008. Pengaruh
kepemilikan institutional dan Karakteristik keuangan terhadap Keputusan pendanaan.
tesis uNDiP.
Sa’diyah, Anisa’u. 2007. Pengaruh asset tangibility, size, growth, proitability, dan
earning volatility terhadap leverage pada perusahaan manufaktur di BEJ: Dengan
pengujian pecking order theory atau static trade off. Skripsi uii.
Sanjoyo. 2008. Pelatihan Basic Econometrics. Jurnal tidak dipublikasikan Sartono, Agus.
2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. BPFE: yogyakarta.
Sembiring, Seniwati. 2008. Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Pendanaan
terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Bisnis Property di Bursa Efek Jakarta. thesis
uSu.
Sulistyowati, Wiwit. 2009. Penentuan Kebijakan Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur
di Bursa Efek indonesia. Jurnal tidak dipublikasikan.
Syam-Sunder, L., Myers, S., 1999. testing Static trade Off Againts Pecking Order Models
of Capital Structure. Journal of Financial Economics 51, 219-244.
titman, S., Wessels, r., 1988. the Determinants of Capital Structure Choice. Journal of
Finance 43, 1-19.
Pithaloka, Nina. 2009. Pengaruh Faktor-Faktor Intern Perusahaan Terhadap Kebijakan
Hutang: Dengan Pendekatan Pecking Order Theory. Skripsi uNiLA.
yustiana. 2010. Analisis Pengaruh Peturn On Investment, Fixed Assets Ratio, Firm Size dan
Rate of Growth terhadap Debt to Equity Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat
di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2007. tesis uNDiP
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 79
Volume 1, Nomor 1, Februari 2011
p 79-92
JurNAL AKuNtANSi DAN KEuANGAN iSSN: 2301-4717
PENGARUH PROFESIONALISME APARATUR TERHADAP KEEFEKTIFAN PELAKSANAAN
ANGGARAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA INSTANSI PADA
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
KAMAriAH
Dosen Jurusan Manajemen Bisnis Universitas Malikussaleh
This paper is aimed to know how the inluence of human resources profesionalism toward effectiveness budgeting implementation in increasing efforts institution performance
at Malikussaleh University Lhokseumawe and to know if there is any inluence of human resources profesionalism toward effectiveness budgeting implementation in increasing
efforts institution performance at Malikussaleh university with partial and simultan. the samples comprice 56 employees selected by using census method. the data were collected
by questionnaires, which have been tested both for its validity and its reliability. the Product
Moment Correlation is used to test the validity of the data with the degree of signiicance of 0.05 while the reliability is tested by using Alpha Cronbach technique. the result of this
research showns that : 1 Human resources profesionalism have weakness inluence toward effectiveness budgeting implementation with the value of 14.36 percent. this indicated that
human resources profesionalism in institution help inancial implementation and planning process, but it is motivate to create the effectiveness of budgeting implementation. 2 Human
resources profesionalism and effectiveness budgeting implementation by simultan test have medium inluence toward institution performance with the value of 49.29 percent. This indicated
Human resources profesionalism and effectiveness budgeting implementation at Malikussaleh University in the same time can inluence institution performance. 3 t test by partial degree
of human resources profesionalism toward the increasing efforts institution performance have weakness inluence with the value of 10.18 percent. This indicated that human resources
profesionalism can created staff afectiveness in institution performance outstanding, but not motivate the institution performance outstanding. 4 effectiveness budgeting implementation
by partial has signiicant correlation toward institution performance with the value of 26.63 percent, this indicated that the budgeting implementation at Malikussaleh university is
inluenced of situation of that institution.
Keywords: effectiveness of budgeting implementation, human resources profesionalism, institution performance.
undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan penyediaan dana pendidikan
minimal 20 dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Mengingat akan besarnya penyediaan
dana tersebut maka institusi pendidikian tinggi yang merupakan salah satu organ dari sistem
pendidikan nasional bertanggung jawab atas pengalokasian dana yang dimiliki dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat.
universitas Malikussaleh unimal dalam sistem penganggaran yang membandingkan
realisasi anggaran dengan anggaran tahunan
LATAR BELAKANG
Salah satu tujuan institusi pendidikan tinggi adalah menyelenggarakan tridarma perguruan
tinggi kepada masyarakat. undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional membuka peluang yang luas bagi suatu institusi pendidikan tinggi untuk membangun
dan mengembangkan institusinya sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya masing-masing. Cita-
cita mulia tersebut akan dapat terlaksana dengan baik apabila salah satunya didukung dengan
aspek pendanaan yang memadai.
0 KAMAriAH Jurnal Akuntansi dan Keuangan
belum memperlihatkan hasil yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat pada serapan anggaran
tahunan yang belum terealisasi secara maksimal. Karena serapan yang belum terealisasi secara
maksimal mengakibatkan sejumlah program pengembangan
tidak dapat
dilaksanakan dengan baik, sehingga belum mengarah kepada
perencanaan berbasis kinerja. Pelaksanaan DiPA unimal setiap tahunnya
belum terealisasi dengan baik, belum terealisasinya DiPA tersebut disebabkan oleh berbagai faktor,
salah satu faktor yang sangat mempernaruhi adalah sumber daya manusia SDM. `Hal ini
sesuai dengan realita bahwa unimal merupakan universitas yang baru dinegerikan yang dulunya
swasta. Dimana tata kelola program kegiatan saat swasta sangat berbeda dengan negeri
terutama dalam tata kelola program kegiatan dan keuangan. Hal ini berdampak pada persyaratan
SDM untuk dapat menguasai sistem yang baru, ini merupakan kendala dan kelemahan dari aspek
SDM atau tingkat profesionalisme aparatur saat ini.
Selain itu aspek penguasaan pengetahuan secara terpadu diperlukan juga dalam penyusunan
program kegiatan, karena penyusunan program kegiatan merupakan faktor kritis yang dapat
mempengaruhi keefektifan
pelaksanaan anggaran. Efektiitas pelaksanaan anggaran
berkaitan seberapa jauh hasil realisasi anggaran dibandingkan dengan anggran yang telah
ditetapkan yang dapat mencapai sasaran sesuai dengan skala prioritasnya dari suatu organisasi
ataupun instansi. Kendala tersebut mengindikasikan bahwa
profesionalisme aparatur SDM masih rendah dan dari hasil evaluasi sistem tata kelola universitas
Malikussaleh 2009, manajemen sumber daya manusia belum mampu menciptakan atmosfer
kerja yang produktif. Penghargaan atas prestasi kerja belum tersedia secara memadai, sehingga
dapat mempengaruhi capaian kinerja sesuai harapan. Sistem perencanaan dan pengadaan
sarana dan prasarana diyakini masih merupakan kelemahan
dalam manajemen
sehingga dalam pencapaian kinerja tidak seperti yang
diharapkan. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan program kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi dan visi organisasi Bastian, 2006. Seseorang yang memegang posisi menajerial
diharapkan mampu menghasilkan suatu kinerja manajerial. Berbeda dengan kinerja karyawan
umumnya yang
bersifat konkrit,
kinerja manajerial adalah bersifat abstrak dan kompleks
Mulyadi dan Johny, 1999. Kinerja adalah keluaranhasil dari kegiatan
program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran
dengan kuantitas dan kualitas terukur Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006. Pengukuran
kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik dalam
menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur inansial dan non inansial Sardjito dan
Muthaher, 2007.
Profesionalisme menjadi suatu pendorong motivasi dalam memberikan kontribusi terhadap
kinerja Kalbers et al, 1995. Profesionalisme merupakan salah satu variabel yang berperan
dalam menjelaskan efektivitas pelaksanaan anggaran. Profesionalisme sendiri diartikan
sebagai kemampuan
dalam menerapkan
pengetahuan pada persoalan yang umumnya dihadapi dan menyelesaikan persoalan tersebut
tanpa perlu mempelajari kembali secara luas dan bantuan dari pihak lain tugiman, 1998. Pegawai
dengan tingkat profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi
organisasi individu rahmawati, 1997. Profesionalisme sangat ditentukan oleh
kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan menurut bidang tugas dan tingkatannya
masing-masing. Hasil dari pekerjaan itu lebih ditinjau dari segala segi sesuai porsi, objek,
bersifat terus-menerus dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun serta jangka waktu
penyelesaian pekerjaan yang relatif singkat Almasdi, 2000:99. Hal di atas dipertegas
kembali oleh thoha 2000:1 bahwa untuk mempertahankan kehidupan dan kedinamisan
organisasi, setiap organisasi mau tidak mau harus adaptif terhadap perubahan organisasi. Birokrasi
yang mampu bersaing dimasa mendatang adalah birokrasi yang memiliki sumberdaya manusia
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan
berbasis pengetahuan dengan memiliki berbagai keterampilan dan keahlian.
Penguasaan pengetahuan secara terpadu sangat diperlukan dalam penyusunan anggaran
karena penyusunan anggaran merupakan faktor kritis yang dapat mempengaruhi keefektifan
pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. Efek yang ditimbulkan secara umum adalah positif
dengan mengacu pada moral, motivasi, inisiatif, kinerja dan prestasi kerja, serta sikap bawahan
terhadap pekerjaaan supervisor dan organisasi itu sendiri. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
anggaran diartikan sebagai rencana kegiatan yang mencakup berbagai kegiatan operasional yang
saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam sebuah organisasi, Munandar
2001:1. Kompetensi
keefektifan pelaksanaan
anggaran hanya dibatasi pada proses pencatatan sampai tersedianya laporan keuangan laporan
realisasi anggaran yang ada di Bagian Keuangan universitas Malikussaleh. Laporan realisasi
Anggaran yang disusun menggambarkan tentang tingkat capaian kinerja dari anggaran yang telah
digunakan selama satu periode. Jika penggunaan dana sesuai dengan yang dianggarkan maka
kinerja suatu instansi akan baik. Namun apabila penggunaan dananya melebihi atau tidak sesuai
dengan yang dianggarkan maka kinerja suatu instansi tidak akan baik.
Sebagai alat manajemen untuk keperluan perencanaan
dan pengawasan,
anggaran mengalami perkembangan dari waktu kewaktu.
Perkembangan ini diukur dari segi manfaat yang ingin diperoleh dari penggunaan sistem
itu sendiri dalam pelaksanaannya. Semakin banyak dan rumit manfaat yang ingin dicapai,
maka semakin banyak persyaratan yang dituntut didalam persiapan dan penyusunannya. Menurut
Basri : 2003 persyaratan tersebut meliputi : 1 jenis dan mutu data yang disediakan, 2 sistem
akuntansi keuangan dan akuntansi biaya yang digunakan, 3 sikap dalam menghadapi
adanya perubahan biaya dan harga, dan 4 tingkat kewenangan yang diberikan pimpinan pada
bawahan untuk merubah anggaran. Penelitian tentang pengaruh karakteristik
tujuan anggaran terhadap prolaku, sikap dan kinerja sudah banyak dilakukan oleh peneliti-
peneliti sebelumnya. Salah satunya penelitian Munawar
2006, menyimpulkan
bahwa karakteristik tujuan anggaran berpengaruh
dominan terhdap prilaku, sikap dan kunerja. Penelitian ini berbeda dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh arsyiati 2008, yang membedakannya adalah variabel yang
digunakan dan ruang lingkup penelitian. Penelitian ini menggunakan variabel profesionalisme
aparatur dan keefektifan pelaksanaan anggaran yang dianggap penting dalam pencapaian kinerja
instansi, sesuai dengan penelitian-peneliatian sebelumnya yang dilakukan oleh Nelly 2006,
Suhartini 2008, Pramudji 2009 dan membatasi penelitian ini pada universitas Malikussaleh.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nelly 2006, Suhartini 2008, dan Pramudji 2009
menemukan bahawa ada hubungan yang positif dan signiikan antara profesinalisme aparatur
dengan keefektifan pelaksanaan anggaran.
Sementara hasil penelitian Arsyiati 2008 dan Munawar 2008 menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signiikan terhadap kinerja instansi.
Penelitian ini dilakukan pada universitas Malikussaleh yang terdiri dari beberapa unit
kerja yaitu fakultas, biro, lembaga dan unit pelaksana teknis uPt sebagai objek penelitian
yang digunakan untuk mengetahui hubungan korelasional profesionalisme aparatur terhadap
keefektifan pelaksanaan anggaran dalam upaya meningkatkan kinerja instansi. Menggunakan
kinerja instansi sebagai variabel dependen, profesionalisme
aparatur dan
keefektifan pelaksanaan
anggaran sebagai
variabel independen. Profesionalisme aparatur dalam
penelitian ini adalah kualitas pegawai yang terlibat dalam perencanaan program kegiatan,
keefektifan pelaksanaan anggaran adalah kualitas realisasi anggaran dan kinerja instansi adalah
kinerja universitas Malikussaleh. Peneliti ingin mengetahui seberapa besar
tingkat kontribusi pengaruh dari profesionalisme aparatur
terhadap keefektifan
pelaksaaan anggaran dalam upaya meningkatkan kinerja
instansi universitas Malikussaleh. Penelitian ini juga dibatasi pada keefektifan pelaksanaan
2 KAMAriAH Jurnal Akuntansi dan Keuangan
anggaran yang merupakan tanggung jawab aparatur. Penelitian tentang profesionalisme
aparatur dipandang dari kriteria kelayakan dan aparatur dalam melaksanakan keefektifan
pelaksanaan anggaran untuk meningkatkan kinerja instansi, sedangkan kriteria lain tidak
diteliti. Kinerja instansi ditinjau dari eisiensi dan efektiitas anggaran yang terealisasi. Data yang
dipergunakan adalah data dari unit-unit kerja
yang berhubungan dengan proses keefektifan pelaksanaan anggaran pada universitas
Malikussaleh. Berdasarkan latar belakang masalah diatas,
maka dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah profesionalisme aparatur berpengaruh
terhadap keefektifan pelaksanaan anggaran
universitas Malikussaleh. 2. Apakah
profesionalisme aparatur
dan keefektifan
pelaksanaan anggaran
mempengaruhi kinerja instansi universitas Malikussaleh baik secara simultan maupun
parsial. Sesuai perumusan masalah, tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut: 1. untuk mengetahui apakah profesionalisme
aparatur berpengaruh terhadap keefektifan pelaksanaan
anggaran universitas
Malikussaleh. 2. untuk mengetahui apakah profesionalisme
aparatur dan keefektifan pelaksanaan anggaran mempengaruhi kinerja instansi universitas
Malikussaleh baik secara simultan maupun parsial.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi universitas Malikussaleh mengenai profesionalisme aparatur dan keefektifan
pelaksanaan anggaran
dalam upaya
peningkatan kinerja instansi. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi
dorongan untuk memperbaiki kondisi internal universitas Malikussaleh serta melakukan
tindakan perbaikan terhadap keefektifan pelaksanaan anggaran.
3. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk melakukan penelitian
lebih lanjut terutama dalam bidang ilmu akuntansi sektor publik.
TINJAUAN TEORITIS Kinerja
Kinerja merupakan tingkat pencapaian hasil dari suatu kegiatan dalam sebuah organisasi yang
harus diketahui dan diinformasikan kepada pihak tertentu yang dihubungkan dengan visi dan misi
organisasi. Menurut Komite Penyempurnaan Manajemen Keuangan, 2006 kinerja adalah
keluaranhasil dari kegiatanprogram yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan
penggunaan dan kualitas serta kuantitas terukur. Hasibuan dalam Sujak 1990 dan Sutiadi
2003 mengemukakan bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Dengan kata lain bahwa kinerja adalah hasil kerja
yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan. Penilaian kinerja adalah sistem formal untuk
memeriksamengkaji dan mengevaluasi secara berkala kinerja seseorang. Penilaian kinerja juga
merupakan uraian sistematik, tentang kekuatan kelebihan dan kelemahan yang berkaitan dengan
pekerjaan seseorangkelompok. Penilaian kinerja menurut Siegel dan Marconi 1989 : 199
adalah performance evaluation is the periodic assessment of the operatonal effectiveness of
organization, its subunits, and its personel in light of predeterminet goals, standards criteria.
tujuan pokok penilaian kinerja untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran
organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan
tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen
atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Penilaian kinerja dilakukan untuk
menekankan perilaku yang tidak semestinya, untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang
diinginkan melalui umpan balik hasil kerja pada
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011 Jurnal Akuntansi dan Keuangan 3
waktunya serta penghargaan, bersifat intristik maupun ekstrinsik Mulyadi, 2001: 416.
Kinerja Instansi
Suatu organisasi, baik pemerintah maupun swasta dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan harus melalui sarana dalam bentuk organisasi yang digerakkan sekelompok orang
yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi. tercapainya tujuan
organisasi hanya dimungkinkan karena upaya pelaku yang terdapat pada organisasi. Dalam hal
ini terdapat hubungan yang erat antara kinerja karyawan dengan kinerja lembaga. Dengan
kata lain, bila kinerja karyawan baik, maka kemungkinan besar kinerja organisasi juga akan
baik. Kinerja karyawan akan lebih baik apabila mempunyai keahlian yang tinggi, bersedia
bekerja karena digaji, mempunyai harapan masa depan lebih baik Sedarmayanti : 2007.
Menurut LAN ri 2003, kinerja instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi
dan strategi yang mengindikasikan tingkat keberhasilan
dan kegagalan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan
kebijaksanaan yang ditetapkan. LAN ri 2003, mengemukan bahwa ada
beberapa indikator dari kinerja diantaranya : 1. Masukan input adalah segala sesuatu yang
dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka
menghasilkan output, misalnya sumber daya manusia, dana, material, waktu, tehnilogi,
dan sebagainya. 2. Keluaran output adalah sebagai sesuatu
berupa produkjasa isik danatau non isik sebagai hasil langsung dari pelaksanaan
kegiatan dan program berdasarkan masukan yang digunakan.
3. Hasil Outcome adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran
kegiatan pada jangka menengah. Outcome adalah ukuran seberapa jauh setiap produk
jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. indikator kinerja hendaknya :
1 spesiik dan jelas, 2 dapat diukur secara objektif, 3 relevan dengan tujuan dan sasaran
yang ingin dicapai, dan 4 tidak bias. Dari beberapa pengertian diatas tentang
kinerja, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja instansi merupakan tingkat pencapain hasil dari
suatu rangkaian kegiatan dalam sebuah instansi pemerintah sehubungan dengan pelaksanaan
program sesuai dengan kuantitas dan kualitas terukur dengan menggunakan prinsip eisiensi
dan efektiitas.
Profesionalisme Aparatur
Profesionalisme sangat ditentukan oleh kemampuan seseorang dalam melakukan suatu
pekerjaan menurut bidang tugas dan tingkatannya masing-masing. Hasil dari pekerjaan itu lebih
ditinjau dari segala segi sesuai porsi, objek, bersifat terus-menerus dalam situasi dan kondisi dan
jangka waktu penyelesaian pekerjaan yang relatif singkat Almasdi, 2000:99. Hal di atas dipertegas
kembali oleh thoha 2000:1 bahwa untuk mempertahankan kehidupan dan kedinamisan
organisasi, setiap organisasi mau tidak mau harus adaptif terhadap perubahan organisasi. Birokrasi
yang mampu bersaing dimasa mendatang adalah birokrasi yang memiliki sumberdaya manusia
berbasis pengetahuan dengan memiliki berbagai keterampilan dan keahlian.
Mengingat sangat pentingnya eksistensi sumberdaya manusia dalam bidang kegiatan
pemerintahan disebutkan dalam penjelasan umum undang-undang Nomor 43 tahun 1999 bahwa
kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan nasional sangat tergantung pada
keahlian SDM atau aparatur sesuai profesinya. Oleh karena itu setiap aparatur dituntut untuk
dapat melakukan tugas dan fungsinya secara profesional. Menurut Christiawan. 2003:170,
profesionalisme merupakan sikap dan perilaku seseorang dalam melakukan profesi tertentu.
Konsep profesionalisme menurut Hall 1968 yang dikutip dari rahmawati 1997 yaitu :