Studi Literatur Varietas unggul yang dihasilkan dari kegiatan pemuliaan tanaman

produk dan pasar cabai merah, dan 8 Pengembangan sistem “value chain finance” Tujuan jangka panjang adalah mendapatkan cabai tahan penyakit karena sampai saat ini belum ada cabai yang benar benar tahan penyakit dan cabai dengan hasil dan kandungan capsaicin tinggi. Selain itu menjadikan UNPAD sebagai pusat pengembangan cabai di Jawa Barat khususnya dan Indonesia umumnya.

III. Studi Literatur Varietas unggul yang dihasilkan dari kegiatan pemuliaan tanaman

berdampak pada peningkatan produksi, dan peningkatan kualitas dari suatu komoditas tanaman. Apabila telah dihasilkan varietas unggul baru, besar kemungkinan varietas unggul baru tersebut diperbanyak oleh pihak ketiga. Oleh karena itu diperlukan perlindungan yang sesuai untuk melindungi hak pemulia varietas unggul baru dalam rangka mendorong secara aktif pemuliaan varietas unggul baru berikutnya. Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman Pusat Perlidungan Varietas Tanaman, Departemen Pertanian, 2010.Untuk mengembangkan perbenihan nasional berbagai lembaga pemerintah dan non pemerintah telah dilibatkan. Badan Benih Nasional BBN yang dibentuk pemerintah pada tahun 1971 merupakan lembaga non struktural yang bertanggungjawab kepada Menteri Pertanian dan bertugas untuk mengembangkan perbenihan nasional. Lembaga tersebut bertugas untuk merencanakan dan merumuskan peraturan mengenai pembinaan produksi dan pemasaran benih serta mengajukan pertimbangan dan persetujuan tentang layak tidaknya suatu varitas benih untuk dipasarkan kepada para petani. Dalam melaksanakannya aspek penelitian dan pemuliaan benih hingga dihasilkan suatu varitas baru secara umum dilakukan dan menjadi tanggungjawab Badan Litbang Pertanian. Sementara itu sertifikasi benih yang merupakan suatu pendekatan untuk mengawasi mutu benih yang dipasarkan, dilakukan oleh BalaiLoka Pengawasan dan sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Sedangkan produksi dan pemasaran benih dapat dilakukan oleh perusahaan pemerintah BUMN atau swasta. 9 Varitas unggul yang dihasilkan oleh para peneliti sebelum diedarkan harus dilepas secara resmi oleh Menteri Pertanian. Penilaian kelayakan varietas yang akan dilepas dilakukan oleh BBN melalui Tim Penilai Pelepasan Varitas. Penelitian dan pengembangan varietas yang tergolong ‘public variety” seperti padi umumnya ditangani oleh Badan Litbang Pertanian, sementara sektor swasta hanya terlibat dalam pengembangan “commercial variety” seperti jagung hibrida dan sayuran. Dalam produksi dan pemasaran benih, perusahaan pemerintah BUMN lebih berperan dibanding sektor swasta. Persilangan antara Capsicum frutescens L. cabai rawit dengan Capsicum annuum L. cabai merah RS07, telah dilakukan oleh tim peneliti cabai yang dikoordinir oleh Ridwan Setiamihardja di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran yang menghasilkan empatvarietas cabai non-hibrida yang memiliki potensi hasil tinggi dan telah , yaitu Jatinagor 1, Jatinangor 2, Jatinangor 3, dan Jatinangor 5. Setiamihardja, 1991; Tenaya dkk., 2001; Tenaya dkk., 2003. Keempat varietas unggul cabai tersebut tellah diajukan ke Direktorat perbenihan Kementan dan masih dalam proses untuk mendapatkan surat ijin untuk peredaran benih. Selanjutnya pada tahun 2013 akan diajukan permohonan hak PVT untuk keempat varietas tersebut. Peningkatan produksi cabai terhambat oleh beberapa kendala. Kendala-kendala tersebut, antara lain produktivitas rendah, ukuran tidak sesuai pasar, terbatasnya kultivar unggul yang berumur genjah, rasa pedas kurang, serta kemampuan adaptasi yang rendah terhadap cekaman lingkungan, terutama kekeringan, genangan, dan hama penyakit. Kendala karena rasa kurang pedas, dan hama penyakit merupakan kendala utama yang menghambat produksi cabai. Salah satu usaha untuk pengendalian hama dan penyakit yaitu dengan menanam varietas cabai merah yang tahan terhadap hama dan penyakit. Varietas cabai merah yang tahan terhadap hama dan penyakit sampai saat ini sangat sedikit di pasaran. Untuk mendapatkan varietas tahan tersebut dilakukan persilangan cabai untuk mendapakan rekombinasi gen yang diharapkan. Sebagian besar spesies Capsicum bersifat menyerbuk sendiri self pollination tetapi penyerbukan silang cross pollination secara alami dapat terjadi dengan bantuan lebah dengan persentase persilangan berkisar 7.6- 10 36.8. Persilangan antar spesies dapat terjadi dengan relatif mudah pada beberapa kombinasi misalkan antara C. annuum x C. chinense, C. frutescens x C. pendulum; akan tetapi sangat sulit untuk kombinasi yang lain, misalkan antara C. annuum x C. frutescens, C. annuum x pubescens dan C. pendulum x pubescens Greenleaf 1986. Penelitian untuk mencari cabai tahan penyakit juga dilakukan oleh peneliti dari UNWIM yang saat ini telah mendapatkan generasi BC4 hasil persilangan cabai besar dengan cabai rawit ungu.Hasil persilangan lab pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul sesuai keinginan pasarpun masih dilakukan dan saat ini telah diperoleh biji F3 hasil persilangan untuk mendapatkan cabai merah unggul dengan hasil tinggi. Selain dengan melakukan persilangan, untuk mengatasi kendala akibat serangan hama dan penyakit adalah dengan melakukan sistem pertanian organik atau dapat disebut juga sistem pertanian terpadu. Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis Deptan, 2002. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi food safety attributes, kandungan nutrisi tinggi nutritional attributes dan ramah lingkungan eco-labelling attributes. Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat. Pada hasil penelitiaan Mosfiroh, dkk 2009, menunjukkan kadar kapsaisin dari sampel paprika hijau, paprika kuning, paprika merah, cabai tanjung, cabai merah, gendot merah, gendot hijau, cabai keriting hijau, rawit japlak, cabai keriting merah, rawit merah, dan rawit hijau berturut- turut adalah 0,0; 0,0; 0,0; 0,38; 0,83; 0,87; 0,88; 1,05; 1,09; 1,14; 1,85; 2,11. Berdasarkan data tersebut jenis cabai rawit hijau C.frutencens memiliki kandungan kapsaisin tertinggi dibandingkan dengan jenis lainnya.Tenaya et al. 2001 yang menyatakan bahwa kandungan kapsaicin tinggi berkorelasi dengan ketahanan terhadap 11 antraknosa. Kandungan kapsaicin merupakan salah satukarakter biokimia cabai dan berperan dalam menentukan rasa pedas Greenleaf, 1986. Capsaicinoid meliputi capsaicin, dihydrocapsaicin, norcapsaicin, nordihydrocapsaicin, homodihydrocapsaicin, homocapsaicin, nonivamide Krajewska, 1987. Capsaicin 8-metil–N–vanilil–6-nonenamida merupakan komponen aktif cabai yang menghasilkan panas dalam cabai. Capsaicin bersifat iritan terhadap mamalia termasuk manusia, dan menimbulkan rasa terbakar dan panas pada jaringan manapun yang tersentuh. Capsaicin mempunyai nilai ekonomis yang tinggi pada bidang farmasi. Semakin tinggi kadar capsaicin maka semakin baik kualitasnya sebagai sediaan farmasi. Selain itu cabai juga mengandung minyak atsiri, yaitu capsicol. Capsicol juga dapat menggantikan fungsi minyak kayu putih, kandungan bioflavonoids yang terdapat dalam cabai dapat menyembuhkan penyakit polio serta menyembuhkan peradangan akibat udara dingin. Dalam bidang farmasi selain untuk meredakan rasa sakit atau nyeri, capsaicin juga dikenal memiliki aktivitas antikanker Surh, 2002. Berdasarkan penelitian oleh The American Association for Cancer Research, capsaicin diduga dapat membunuh sel kanker prostat dengan menyebabkan terjadinya apoptosisMori, 2006. Studi klinik di Jepang dan Cina, menunjukkan bahwa capsaicindapat menghambat pertumbuhan sel leukimia secara langsung Ito, 2004. Capsaicin juga diujicobakan sebagai obat diabetes oleh peneliti asal Toronto, Canada Razavi, 2006. Capsaicin mempunyai potensi yang tinggi dalam bidang farmasi sebagai anti kanker, anti artritis dan analgesik di samping turut mempunyai nilai komersil dalam industri makanan Ramachandra, 2002; Satyanarayana, 2006; Vanisree, 2004. Hasil analisis kandungan kapsaicin empat varietas yang akan dilepas Fakultas Pertanian Unpad masing-masing sebagai berikut: Jatinangor 1 45 364 ppm, Jatinangor 2 30 929 ppm, Jatinangor 4 12 361 ppm, dan Jatinangor 5 7 953 ppm. Beberapa penelitian yang telah dilakukan juga berhasil mengisolasi senyawa metabolit sekunder capsaicin. Pada tahun 1816 telah ditemukan senyawa capsaicin dari isolasi cabai Monsereenusorn, 1982 dan tujuh senyawa telah diidentifikasi tetapi hanya capsaicin yang memberikan respon panas sekitar 90 3Kobata, 1998. Capsaicin merupakan turunan senyawa fenilpropanoid Govindarajan, 1991; Sudhakar, 1992; Perucka, 12 1996 yang memiliki aktifitas biologis yang tinggi, memberikan efek fisiologi dan farmakologis yang lebih dikenal sebagai senyawa kimia aktif Saria, 1981, juga sebagai antioksidan Hendersen, 1999. Capsaicin sebagai metabolit sekunder yang dimiliki oleh cabai telah diteliti oleh beberapa peneliti, baik di FTIP UNPAD naupun di Kimia MIPA UNPAD.Penelitian FTIP yang bekerjasama dengan alumni mengenai enkapsulasi oleoresin capsaicin mengenai capsaisin mulai dikomersialisasi oleh alumni FTIP dan perlu dilanjutkan agar dapat lebih dikembangkan. Kandungan capsaisin dari keempat varietas ini perlu digali karena berdasarkan hasil analisis oleh Balai Basar Pascapanen Cimanggu Bogor, varietas Jatinangor 1 mempunyai kandungan capsaisin 45 000 ppm, sedangkan IPB melepas cabai besar dengan capsaisin 10 000 ppm.

IV. Roadmap Cluster Capaian outcome utama