Pendahuluan CABAI_DOKUMEN ORIENTASI CLUSTER PENELITIAN

Tujuan jangka panjang adalah mendapatkan cabai tahan penyakit karena sampai saat ini belum ada cabai yang benar benar tahan penyakit dan cabai dengan hasil dan kandungan capsaicin tinggi. Selain itu menjadikan UNPAD sebagai pusat pengembangan cabai di Jawa Barat khususnya dan Indonesia umumnya.

II. Pendahuluan

Tanaman cabai merah Capsicum annuum L. merupakan salah satu tanaman hortikultura yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Produksi cabai merah di Indonesia mencapai rata-rata 1.100.000 Ton per tahun. Dari tahun 2004-2010 produksi cabe di Indonesia mengalami fluktuasi, dan secara umum menurunan dengan tingkat penuruan rata-rata sebesar 1 per tahun BPS, 2010. Perubahan iklim yang mengakibatkan curah hujan sangat tinggi dan tingginya tingkat alih fungsi lahan, diperkirakan menjadi penyebab menurunnya produksi cabe di Indonesia. curah hujan hujan tinggi menyebabkan serangan penyakit. Kondisi tersebut berakibat pada kelangkaan produk. Akhirnya, pedagang menaikkan harga di tingkat konsumen akhir. Perkembangan produksi cabe di Indonesia dari tahun 2004- 2010 Gambar 1 . 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 950,000 1,000,000 1,050,000 1,100,000 1,150,000 1,200,000 Tahun P ro d u k s i T o n Gambar 1. Perkembangan Produksi Cabe di Indonesai Tahun 2004-2010 Sumber : BPS, 2010 Diolah Harga cabai umumnya bersifat fluktuatif.Pada saat panen raya, harga cabai cenderung murah. Sebaliknya, pada saat pasokan kurang, harga 6 dapat meroket tajam dan meningkat hingga 2 3 kali lipat. Bahkan, pada Januari 2011 harga cabai di tingkat petani mencapai Rp50.000— Rp60.000kg.Sementara itu, harga cabai di pasar umum dapat mencapai Rp100.000kg.Fluktuasi ini terjadi karena cabai merupakan produk sayuran yang mudah rusak dan tidak tahan disimpan dalam waktu lama.Selain itu penyebab fluktuasi harga cabai merah di Indonesia adalah petani tidak melakukan penjadualan tanam yang mampu menghasilkan cabai merah secara konsisten, baik kuantitas maupun kualitas. Faktor lingkungan, waktu, dan permintaan masyarakat juga ikut berperan dalam fluktuasi harga cabai.Normalnya, harga cabai merah pada tahun 2011 berada pada kisaran Rp. 23. 000 per kg dengan pengembalian modal atau break event point usaha budi daya cabai di tingkat petani mencapai Rp 4.000 Rp 5.000 per kg. Biasanya, harga tersebut dapat meningkat tajam pada perayaan hari besar keagamaan karena permintaan melonjak, tetapi ketersediaan cabai di pemasok bersifat tetap atau bahkan menurun. Sebaliknya, saat iklim mendukung, produksi cabai dapat meningkat. Namun, permintaan konsumen tetap, sehingga terjadi penurunan harga.. Walaupun harga berfluktuasi, usaha tani cabai merah tetap menarik karena dengan harga jual cabai merah segar Rp. 6.000,00 per kg, usahatani cabai merah tetap menguntungkan. Menurut website Resmi Kabupaten Tasikmalaya 2009, biaya produksi cabai merah sebesar Rp. 34.368.850,00 dan dalam waktu 6 bulan diperoleh keuntungan sebesar Rp. 25.731.150,00. Salah satu bentuk pasar yang mampu memberikan harga relatif stabil pada komoditas cabai merah adalah pasar terstruktur. Kesepakatan kualitas, kuantitas dan atau harga yang tertuang pada perjanijiangan atau kontrak menjadi ciri utama dari pasar terstruktur. Jenis pasar yang termasuk dalam katagori pasar terstruktur adalah industri pengolahan, ekspor, supermarket dan jasa pangan. Industri pengolahan cabai merah merupakan salah satu pasar terstruktur yang memiliki volume permintaan yang cukup besar, salah satunya adalah Heinz ABC yang membelanjakan bahan baku berupa cabai merah sebesar kurang lebih Rp. 50 milyar setiap bulannya. Karakteristik kualitas cabai merah yang diminta oleh industri pengolahan adalah kandungan capsaisin yang tingg atau tingkat kepedasan yang tinggi serta warna yang relatif tidak berubah setelah dicampur dengan 7 bahan lain. Berdasarkan permintaan cabai merah dengan karakteristik tersebut, diperlukan pengembangan varietas cabai merah yang ditujukan untuk target pasar industri pengolahan. Sejak tahun 2011, tim peneliti dan konsolidator rantai pasok dari Puslitbang Inovasi dan Kelembagaan LPPM UNPAD telah bekerjasama dengan pemerintah, swasta dan lembaga donor dalam pengembangan klaster cabai merah untuk kebutuhan pasar industri pengolahan di Kabupaten Garut. Pihak yang terlibat antara lain, Puslitbang Inovasi dan Kelembagaan LPPM UNPAD, Bank Indonesia, AMARTA2 ACDI VOCA USAID, Syngenta Foundation, East West Seed Indonesia, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut serta Koperasi dan Kelompok Tani di Kabupaten Garut. Benchmarking kompetensicapaian tim peneliti cluster cabai adalah penelitian yang melibatkan Balitsa pada tahun 2009 didanai KKP3T Deptan dan komunikasi sesama pemulia cabai di seminar nasional seminar nasional PERIPI dan PERHORTI pada November 2012, telah dilakukan pula studi komparatif dengan institusi dalam negeriyaitu IPB, Balitsa, perusahaan swasta PT. East West Seed, Kantor PPVTPP, Direktorat Benih Hortikultura Kementan dan alumni.Dari komunikasi tersebut disimpulkan bahwa penelitian yang sudah dilakukan oleh tim cabai Unpad memiliki tingkat orisinalitas yang tinggi sehingga perlu dikembangkan lebih lanjut. Puslitbang Inovasi dan Kelembagan LPPM UNPAD sudah sejak 2010 mengembangkan klaster cabai merah bekerjasama dengan Bank Indonesia, Kementan, Distanpang prop jabar dan garut, AMARTA 2 ACDI VOCA USAID, Syngenta Foundation..sekarang sudah banyak lg lambaga yang berkontribusi untuk pengembangan klaster cabai di Garut seperti BRI dan East West Seed. Tujuan jangka menengah adalah 1 mendapatkan hak PVT untuk empat varietas yang saat ini sedang dalam proses pendaftaran dan perbanyakan benih dari keempat varietas tersebut,2 Penjajagan HAKI untuk proses enkapsulasi sederhana capsaicin, 3 mendapatkan teknik penyimpanan dan pengawetan cabai, 4 budidaya organic untuk mengurangi penggunaan pestisida, 5 Sosialisasi hasil penelitian kepada masyarakat pengguna, 6 Scale up atau komersialisasi model Klaster Agribisnis Berbasis ”The Triple Helix Model”, 7 Pengembangan Portofolio 8 produk dan pasar cabai merah, dan 8 Pengembangan sistem “value chain finance” Tujuan jangka panjang adalah mendapatkan cabai tahan penyakit karena sampai saat ini belum ada cabai yang benar benar tahan penyakit dan cabai dengan hasil dan kandungan capsaicin tinggi. Selain itu menjadikan UNPAD sebagai pusat pengembangan cabai di Jawa Barat khususnya dan Indonesia umumnya.

III. Studi Literatur Varietas unggul yang dihasilkan dari kegiatan pemuliaan tanaman