STUDI KOMPARASI DAYA TARIK INTERPERSONAL PADA MAHASISWA UNNES YANG BERPACARAN DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
i
STUDI KOMPARASI DAYA TARIK
INTERPERSONAL PADA MAHASISWA UNNES
YANG BERPACARAN DITINJAU DARI JENIS
KELAMIN
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
oleh
Anike Dian Ayu Kusuma Dewi 1550408031
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
(2)
ii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Studi Komparasi Faktor -Faktor Daya Tarik Interpersonal Pada Mahasiswa UNNES Yang Berpacaran Ditinjau Dari Jenis Kelamin” merupakan hasil karya saya sendiri. Pendapat dan temuan dari orang lain yang terdapat dalam skripsi ini ditulis berdasarkan kode etik penulisan ilmiah.
Semarang, Februari 2013
Anike Dian Ayu Kusuma Dewi 1550408031
(3)
(4)
iv
MOTTO DAN PERUNTUKAN
Motto
Berdoa dan Selalu Berusaha, Aku Percaya Bahwa Aku Mampu. SEMANGAT..!!!
Peruntukan
Kepada papi, mami, Adik-adik penulis dan kakek, nenek.(5)
v
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi Komparasi Faktor-Faktor Daya Tarik Interpersonal Pada Mahasiswa UNNES Yang Berpacaran Ditinjau Dari Jenis Kelamin”.
Pada kesempatan ini, penulis akan menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skrirpsi ini, diantaranya:
1. Drs. Hardjono, M. Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Edy Purwanto, M.Si., Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
3. Drs. Sugeng Hariyadi, S.Psi.,M.S.,selaku penguji utama skripsi yang telah memberikan masukan dan penilaian terhadap skripsi yang telah disusun oleh peneliti.
4. Drs. Sugiyarta Stanislaus, M.Si dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan, motivasi, dan masukan kepada penulis.
5. Moh. Iqbal Mabruri, S. Psi., M. Si dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan, motivasi, dan masukan kepada penulis.
6. Semua dosen Psikologi yang telah memberikan banyak ilmu dan pelajaran hidup yang berharga bagi penulis selama menempuh pendidikan.
(6)
vi
7. Seluruh mahasiswa UNNES khusunya yang menjadi subjek dalam penelitian dan telah banyak membantu serta berpartisipasi selama proses penelitian. 8. Kedua orangtua penulis yang senantiasa memberi semangat, nasehat,
memotivasi, mendoakan dan menyayangi penulis dengan sepenuh hati. 9. Adik-adik penulis (Arde, Anggi, Aninda) yang memberikan support,
ketulusan, dan bantuan, serta memberikan kegembiraan dan keceriaan.
10. Kawan-kawan penulis Belina, Farida, Fitri, Riris, Ruly, Yanu, Ratri, Tifa, Upik, Ella, Dina, Bani, Ayu citra, Ika, yang telah membantu dalam proses penelitian, yang memberikan semangat, dukungan, serta menemani penulis dalam suka dan duka.
11. Mas wahyu yang telah membantu dalam proses penelitian, yang memberikan semangat, dukungan, serta menemani penulis dalam suka dan duka.
12. Mbak arin, mbak ajeng, mbak dinta, mas al, mas fandy, mas wendy, mas bambang, mas agung, dek hepi, dek danang, dek kotino atas bantuan, canda tawa, serta semangatnya.
13. Teman-teman psikologi angkatan 2008 terimakasih atas pengalaman dan perjuangan bersama kita selama menempuh kuliah di psikologi ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu menyelesaikan skripsi Semoga kebaikan dan keikhlasan akan mendapat balasan dari Allah SWT dan juga semoga karyaku ini bermanfaat.
Semarang, Februari 2013 Penulis
(7)
vii
ABSTRAK
Dewi, Anike Dian Ayu Kusuma. 2013. Studi Komparasi Faktor-Faktor Daya Tarik Interpersonal pada Mahasiswa UNNES yang Berpacaran ditinjau dari Jenis Kelamin, Skripsi, Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Sugiyarta Stanislaus, M. Si. dan Pembimbing II Moh. Iqbal Mabruri, S. Psi., M. Si.
Kata kunci: daya tarik interpersonal.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena perbedaan dalam memilih pasangan atau pacar yang dimiliki oleh individu yang terjadi pada mahasiswa UNNES. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan faktor-faktor daya tarik interpersonal pada mahasiswa UNNES yang berpacaran ditinjau dari jenis kelamin.
Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif Komparasi. Subjek penelitian berjumlah 60 pasang mahasiswa yang ditentukan dengan teknik sampling insidental. Daya tarik interpersonal diukur menggunakan skala daya tarik interpersonal memiliki 42 item. Koefisien reliabilitas skala daya tarik interpersonal sebesar 0,757. Uji perbedaan menggunakan teknik uji t dengan bantuan program SPSS 17.0 for windows.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan faktor-faktor daya tarik interpersonal pada mahasiswa UNNES yang berpacaran ditinjau dari jenis kelamin. Nilai t sebesar 0,538 dengan taraf signifikansi 5% dengan bantuan SPSS
17.0 for windows. Hipotesis yang berbunyi ada perbedaan faktor-faktor daya tarik interpersonal pada mahasiswa UNNES yang berpacaran ditinjau dari jenis kelamin ditolak. Hal ini berarti bahwa daya tarik interpersonal pada mahasiswa yang berpacaran dalam hal faktor-faktor daya tarik interpersonal tidak ada bedanya atau sama.
(8)
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN ... ii
PENGESAHAN ... iii
MOTTO DAN PERUNTUKAN ... iv
PRAKATA ... v
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 12
1.3 Tujuan Penelitian ... 12
1.4 Manfaat Penelitian ... 12
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Daya Tarik Interpersonal ... 14
2.1.1 Pengertian Daya Tarik Interpersonal ... 14
2.1.2 Hal-hal yang Menentukan Daya Tarik Interpersonal ... 17
(9)
ix
2.2 Perbedaan Jenis Kelamin ... 33
2.2. 1 Pengertian Perbedaan Jenis Kelamin ... 33
2.3 Berpacaran ... 35
2.3.1 Pengertian Berpacaran ... 35
2.4 Kerangka Berfikir ... 36
2.5 Hipotesis ... 39
BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Jenis Penelitian ... 40
3. 2 Variabel Penelitian ... 40
3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian ... 40
3.2.1 Definisi Operasional ... 41
3. 3 Populasi dan Sampel ... 42
3.3.1 Populasi ... 42
3.3.2 Sampel ... 42
3. 4 Metode Pengumpulan Data ... 43
3. 5 Validitas dan Reliabilitas ... 45
3.5.1 Validitas ... 45
3.5.2 Reliabilitas ... 47
3. 6 Metode Analisis Data ... 48
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1. Persiapan Penelitian ... 50
(10)
x
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian ... 50
4.1.2 Penentuan Sampel ... 51
4.1.3 Proses Perijinan ... 52
4. 2. Uji Coba Intsrumen ... 52
4.2.1 Menyusun Instrumen Penelitian ... 52
4.2.2 Uji Coba Instrumen ... 53
4. 3. Pelaksanaan Penelitian ... 53
4.4.1 Pengumpulan Data ... 53
4.4.2 Pelaksanaan Skoring ... 53
4. 4. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 54
4.4.1 Gambaran Umum Daya Tarik Interpersonal pada Mahasiswa UNNES yang Berpacaran Ditinjau dari Jenis Kelamin... 55
4.4.2 Gambaran Spesifik Aspek Daya Tarik Interpersonal Ditinjau Dari jenis Kelamin Perempuan ... 57
4.4.2.1 Ringkasan Aspek Daya Tarik Interpersonal Ditinjau Dari Jenis Kelamin Perempuan ... 60
4.4.3 Gambaran Spesifik Indikator Daya Tarik Interpersonal Ditinjau Dari Jenis Kelamin Perempuan... 61
4.4.3.1Ringkasan Indikator Daya Tarik Interpersonal Ditinjau Dari Jenis Kelamin Perempuan ... 75
4.4.4 Gambaran Spesifik Aspek Daya Tarik Interpersonal Ditinjau Dari Jenis Kelamin Laki-laki ... 76
4.4.4.1Ringkasan Aspek Daya Tarik Interpersonal Ditinjau Dari Jenis Kelamin Laki-laki ... 80
4.4.5 Gambaran Spesifik Indikator Daya Tarik Interpersonal Ditinjau Dari Jenis Kelamin Laki-laki ... 80
4.4.5.1Ringkasan Indikator Daya Tarik Interpersonal Ditinjau Dari Jenis Kelamin Laki-laki ... 95
(11)
xi
4.4.6 Mean Empiris dan Mean Teoritis ... 96
4. 5. Hasil Penelitian ... 97
4.5.1 Hasil Uji Asumsi ... 97
4.5.1.1 Uji Normalitas ... 97
4.5.1.2 Uji Homogenitas ... 98
4.5.1.3 Uji Hipotesis ... 99
4.5.2 Uji Perbedaan T-test ... 100
4. 6. Pembahasan ... 101
4.6.1 Perbedaan Daya Tarik Interpersonal Ditinjau Dari Jenis Kelamin ... 104
4. 7. Keterbatasan Penelitian ... 107
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ... 108
5.2 Saran ... 108
DAFTAR PUSTAKA ... 110
(12)
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Stereotip Gender Umum ... 7
2.1 Stereotip Gender Umum ... 34
3.1 Skor Skala Daya Tarik Interpersonal ... 44
3.2 Blue Print Skala Daya Tarik Interpersonal ... 45
3.3 Hasil Penelitian Instrumen Daya Tarik Interpersonal ... 47
4.1 Penggolongan Kriteria Analisis Berdasar Mean Hipotetik ... 54
4.2 Distribusi Frekuensi Daya Tarik Interpersonal ... 56
4.3 Distribusi Frekuensi Aspek Personal Jenis Kelamin Perempuan ... 58
4.4 Distribusi Frekuensi Aspek Situasional Jenis Kelamin Perempuan ... 59
4.5 Distribusi Ringkasan Indikator Daya Tarik Interpersonal Jenis kelamin Perempuan ... 60
4.6 Distribusi Frekuensi Indikator Kesamaan Karakteristik Jenis Kelamin Perempun ... 62
4.7 Distribusi Frekuensi Indikator Tekanan Emosional Jenis Kelamin Perempuan ... 64
4.8 Distribusi Frekuensi Indikator harga Diri yang Rendah Jenis Kelamin Perempuan ... 65
4.9 Distribusi Frekuensi Indikator Isolasi Sosial Jenis Kelamin Perempuan ... 67
4.10 Distribusi Frekuensi Indikator Daya Tarik Fisik Jenis Kelamin Perempuan ... 68
4.11 Distribusi Frekuensi Indikator Ganjaran Jenis Kelamin Perempuan ... 70
4.12 Distribusi Frekuensi Indikator Familiarity Jenis Kelamin Perempuan ... 71
(13)
xiii
4.14 Distribusi Frekuensi Indikator Kemampuan Jenis Kelamin
Perempuan ... 74
4.15 Ringkasan Indikator Daya Tarik Interpersonal Jenis Kelamin Perempuan ... 75
4.16 Distribusi Frekuensi Aspek Personal Jenis Kelamin Laki-Laki ... 77
4.17 Distribusi Frekuensi Aspek Situasional Jenis Kelamin Laki-Laki ... 79
4.18 Distribusi Ringkasan Indikator Daya Tarik Interpersonal Jenis kelamin Laki-Laki ... 80
4.19 Distribusi Frekuensi Indikator Kesamaan Karakteristik Jenis Kelamin Laki-Laki ... 82
4.20 Distribusi Frekuensi Indikator Tekanan Emosional Jenis Kelamin Laki-Lak ... 83
4.21 Distribusi Frekuensi Indikator harga Diri yang Rendah Jenis Kelamin Laki-Laki ... 85
4.22 Distribusi Frekuensi Indikator Isolasi Sosial Jenis Kelamin Laki-Laki ... 87
4.23 Distribusi Frekuensi Indikator Daya Tarik Fisik Jenis Kelamin Laki-Laki ... 88
4.24 Distribusi Frekuensi Indikator Ganjaran Jenis Kelamin Laki-Laki ... 90
4.25 Distribusi Frekuensi Indikator Familiarity Jenis Kelamin Laki-Laki ... 91
4.26 Distribusi Frekuensi Indikator Kedekatan Jenis Kelamin Laki-Laki ... 93
4.27 Distribusi Frekuensi Indikator Kemampuan Jenis Kelamin Laki-Laki ... 94
4.28 Ringkasan Indikator Daya Tarik Interpersonal Jenis Kelamin Laki-Laki ... 95
4.29 Hasil Perhitungan Mean Empiris dan Teoritik ... 96
4.30 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ... 98
(14)
xiv
(15)
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berfikir ... 39
4.1 Diagram Daya Tarik Interpersonal ... 56
4.2 Diagram Aspek Personal Jenis Kelamin Perempuan ... 58
4.3 Diagram Aspek Situasional Jenis Kelamin Perempuan ... 60
4.4 Diagram Ringkasan Aspek Personal & Situasional Jenis Kelamin Perempuan ... 61
4.5 Diagram Indikator Kesamaan Karakteristik Jenis Kelamin Perempuan ... 63
4.6 Diagram Indikator Tekanan Emosional Jenis Kelamin Perempuan ... 64
4.7 Diagram Indikator Harga Diri yang Rendah Jenis Kelamin Perempuan ... 66
4.8 Diagram Indikator Isolasi Sosial Jenis Kelamin Perempuan ... 67
4.9 Diagram Indikator Daya Tarik Fisik Jenis Kelamin Perempuan ... 69
4.10 Diagram Indikator Ganjaran Jenis Kelamin Perempuan ... 70
4.11 Diagram Indikator Familiarity Jenis Kelamin Perempuan ... 72
4.12 Diagram Indikator Kedekatan jenis Kelamin Perempuan ... 73
4.13 Diagram Indikator Kemampuan Jenis Kelamin Perempuan ... 75
4.14 Diagram Ringkasan Indikator Daya Tarik Interpersonal Jenis kelamin Perempuan ... 76
4.15 Diagram Aspek Personal Jenis Kelamin Laki-Laki ... 78
(16)
xvi
4.17 Diagram Ringkasan Aspek Personal & Situasional Jenis Kelamin
Laki-Laki ... 80
4.18 Diagram Indikator Kesamaan Karakteristik Jenis Kelamin Laki-Laki ... 82
4.19 Diagram Indikator Tekanan Emosional Jenis Kelamin Laki-Laki ... 84
4.20 Diagram Indikator Harga Diri yang Rendah Jenis Kelamin Laki-Laki ... 86
4.21 Diagram Indikator Isolasi Sosial Jenis Kelamin Laki-Laki ... 87
4.22 Diagram Indikator Daya Tarik Fisik Jenis Kelamin Laki-Laki ... 89
4.23 Diagram Indikator Ganjaran Jenis Kelamin Laki-Laki ... 90
4.24 Diagram Indikator Familiarity Jenis Kelamin Laki-Laki ... 92
4.25 Diagram Indikator Kedekatan jenis Kelamin Laki-Laki ... 93
4.26 Diagram Indikator Kemampuan Jenis Kelamin Laki-Laki ... 95
4.27 Diagram Ringkasan Indikator Daya Tarik Interpersonal Jenis kelamin Laki-Laki ... 96
(17)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Instrumen Penelitian ... 112
2 Tabulasi Data Skor Peneltian ... 120
3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 125
(18)
1
1.1
Latar Belakang
Individu sebagai makhluk pribadi yang membutuhkan otonomi dan kebebasan untuk berinteraksi dengan orang lain, sehingga manusia akan selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap manusia melakukan komunikasi, agar kebutuhannya dapat dipenuhi oleh orang lain, dari perjumpaan awal, perhatian seseorang sering terfokus pada bagaimana memelihara dan mengarahkan hubungan yang lebih akrab. Sehingga dapat memunculkan daya tarik awal, dan menjadi hubungan yang lebih akrab atau mungkin menimbulkan keintiman dan bahkan cinta dari daya tarik interpersonal (Dayakisni & Hudaniah 2009: 123).
Daya tarik fisik merupakan hal yang penting bagi seseorang untuk menentukan pasangan hidupnya. Selain dari daya tarik fisik terdapat pula, daya tarik kepribadian. Wanita akan lebih tertarik pada pria yang mapan, sehingga masa depan pernikahannya akan lebih terjamin. Kemapanan pada pria ditunjukkan oleh kepandaian, ambisi, dan hubungan sosial yang baik dengan teman-teman disekitarnya. Selain wanita, pria juga memiliki pilihannya sendiri dalam memilih wanita sebagai pasanganya. Misalnya, pria cenderung tertarik pada wanita yang memiliki daya tarik fisik menarik, misalnya cantik, berambut panjang, berkulit bersih. Bagi pria, fisik yang demikian menunjukkan tanda bahwa wanita tersebut sehat, sehingga mampu memberikan keturunan bagi keluarga dimasa yang akan
(19)
datang (dalam Wisnuwardhani dan Mashoedi 2012:82). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pria dan wanita mempunyai perbedaan kriteria untuk memunculkan daya tarik interpersonal pada lawan jenisnya.
Suatu kenyataan bahwa kita selalu ingin berhubungan dengan orang lain yang berarti kita tertarik pada orang lain, atau kita ingin menarik orang lain. Maka akan muncul istilah-istilah menyukai, mencintai, persahabatan, dan hubungan intim lainnya, seperti daya tarik interpersonal sekarang ini telah menjadi kekuatan yang amat penting dalam masyarakat. Faktor-faktor yang mendukung daya tarik interpersonal secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu faktor personal dan situasional faktor personal yaitu faktor-faktor yang berasal dari karakteristik peribadi individu sedangkan faktor situasional berasal dari sifat-sifat obyektif. Didalam faktor tersebut mempunyai beberapa sub aspek yaitu kedekatan, keakraban, dan persamaan. Aspek yang tampaknya juga membantu adalah kecantikan atau ketampanan dengan demikian ada ketergantungan di antara keduanya. Dalam ketergantungan itu, manusia akan terus menerus menjalin sebuah ikatan hubungan, untuk saling mengisi kekurangan serta kelebihan masing-masing dan apabila ikatan hubungan yang terjalin tersebut dirasa menguntungkan, maka tidak menutup kemungkinan hubungan ini akan terus berlanjut sampai pada masa yang tidak dapat di tentukan.
Fenomena yang terjadi pada mahasiswa mengenai pacaran, serta apa yang mereka lihat dari lawan jenis berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan dengan wawancara pada beberapa mahasiswa UNNES didapatkan bahwa mereka berpacaran melihat dari kesan pertama, dapat dilihat dari fisik, penampilan,
(20)
perilaku, cara bicara, materi. Penulis melakukan interview kepada 8 mahasiswa perempuan dan 8 mahasiswa laki-laki dengan hasil bahwa 6 orang mahasiswa perempuan tidak begitu mengutamakan daya tarik fisik dan penampilan, lebih besar pada ketulusannya, kehangatan personal, dan kompetensi. Sedangkan pada mahasiswa laki-laki hampir mereka mengutamakan daya tarik fisik dan penampilan sedangkan pada ketulusan, kehangatan personal, kompetensi hanya sebagai pelengkap. Seperti yang diungkapkan oleh, AS (21) AS mengatakan ketulusan baginya sangat penting, tetapi tidak dipungkiri bahwa fisik juga sebagai salah satu alasan untuk memilih pasangan. AD (21) AD mengatakan saya tertarik dengan pasangan saya karena lebih pintar dari saya, dan tulus mencintai saya. WS (22) WS mengungkapkan bahwa tertarik dengan pasangannya karena pasangannya cantik. AR (20) AR mengatakan tertarik dengan pasangannya karena pasangannya lemah lembut dalam berbicara dan keren apabila memakai baju.
Perilaku berpacaran di Indonesia dikenal sebagai hubungan pranikah antara pria dan wanita yang dapat diterima oleh masyarakat. Ketika seseorang menjalani hubungan berpacaran, maka seseorang berusaha untuk memperoleh fungsi dan pengharapan sebagai pacar. Fungsi utama berpacaran agar dapat mengembangankan hubungan interpersonal individu pada hubungan heteroseksual bahkan pernikahan. Namun demikian, fungsi lainnya adalah individu secara tidak sadar juga ingin menambah kemampuan dalam hubungan interpersonal untuk belajar menghormati satu sama lain (Duvall and Miller dalam Wisnuwardhani dan Mashoedi 2012:83). Pria dan wanita memiliki tujuan yang berbeda dalam berpacaran diantaranya ingin mendapatkan pasangan hidup untuk menikah.
(21)
Berpacaran dapat terjadi akibat ketertarikan dan kedekatan fisik, mereka juga melakukan pertukaran sosial diantara satu dengan yang lain, serta mamiliki karakteristik personal yaitu dengan cara memulai komunikasi dengan mencari kesamaan diantara satu dengan yang lainnya, tekanan emosional dimana seseorang akan menginginkan kehadiran orang lain, harga diri yang rendah sesorang yang rendah diri mudah mencintai, isolasi sosial, ganjaran, familiarty, kemampuan. Karena medapatkan akibat yang akan mereka dapatkan dari partnernya. Selain itu apabila partner kita memberikan sesuatu yang sama sebagai balasan. Hubungan percintaan tentunya juga sangat membutuhkan sesuatu kedekatan fisik untuk mempertahankan kelancaran berkomunikasi. Maka dari itu, kemanapun dan kapanpun mereka akan menyempatkan diri untuk menghabiskan waktu berdua, bahkan mereka juga menggunakan sarana komunikasi seperti handphone untuk mengirimkan pesan pendek, telepon, e-mail dan lainnya, untuk memenuhi hasrat dan perasaan yang mendalam, yang secara wajar dimiliki oleh pasangan yang sedang jatuh cinta.
Kecenderungan untuk berada bersama orang lain memang cukup kuat bagi kebanyakan orang lain. Hal ini sebenarnya sudah terjadi semenjak masa bayi, dimana bayi mulai membangun rasa kasih sayang yang kuat pada satu orang dewasa atau lebih. Setiap orang akan selalu berusaha mencari orang yang terbaik untuk dijadikan pacar. Seorang laki-laki hendaklah mencari pacar seorang wanita, dan sebaliknya hendaklah seorang wanita mencari pacar seorang pria. Manusia adalah makhluk jasmani dan rohani. Awal ketertarikan dapat dimulai dari segi jasmani atau rohani dan perlu diketahui sulit sekali menetapkan usia berapa tahun
(22)
dapat berpacaran. Seorang pria dapat tertarik kepada seorang wanita karena kecantikan, kesabaran, kelemah - lembutan atau kegigihannya, dengan berpacaran dua individu berusaha saling mengasihi dan mencintai untuk kemudian dipersatukan sekalipun memiliki rentan usia yang jauh. Baik tua maupun muda tidak lepas dari usaha cinta-mencintai.
Individu menilai bahwa berpacaran merupakan sarana untuk menciptakan persahabatan, mendapatkan dukungan emosional, kasih sayang, kesenangan dan eksplorasi seksual. Cara pria dan wanita melakukan hubungan pacaran ditunjukkan melalui midang (ngapel), pacaran modern, dan pacaran backstreet
(Bennet dalam Wisnuwardhani dan Mashoedi 2012:83). Midang atau ngapel
adalah cara hubungan berpacaran tradisional di mana pria mendatangi rumah wanita yang merupakan pasangannya. Hari di mana pria melakukan ngapel dapat dilakukan pada hari apa saja, namun pada umumnya ngapel sering dilakukan pada malam minggu. Ngapel menunjukkan bahwa hubungan pacaran direstui oleh kedua orang tua, baik dari pria maupun wanita.
Pacaran modern merupakan bentuk yang berbeda di bandingkan dengan
ngapel, pacaran modern merupakan praktik pacaran yang dilakukan diluar rumah dan tidak ada pengawasan dari orang tua. Nama lain pacaran modern adalah kencan. Tempat berkencan umumnya adalah mal, bioskop, supermarket, dan lain-lain begitu pula seperti halnya yang dilakukan oleh mahasiswa UNNES pada saat berpacaran.
Perbedaan antara pria dan wanita adalah prinsip universal dalam kehidupan sosial. Saat masih anak-anak,pria dan wanita diharapkan menguasai
(23)
ketrampilan yang berbeda dan mengembangkan kepribadian yang berbeda pula. Saat dewasa, pria dan wanita biasanya mengasumsikan peran gender (jenis kelamin) seperti suami dan istri, ayah dan ibu, kultur berbeda-beda dalam mendefinisikan maskulin dan feminin dan juga berbeda dalam hal sejauh mana perbedaan dan persamaan gender (jenis kelamin), tetapi penggunaan gender (jenis kelamin) untuk menata kehidupan sosial merupakan aspek yang mendasar Helgeson (dalam Taylor, dkk 2009: 412)
Studi yang dilakukan oleh matlin (dalam Taylor, dkk 2009:413), menunjukkan bahwa pria ditunjukkan dalam berbagai macam peran sosial dan aktivitas sosial, sedangkan wanita lebih terbatas pada peran keluarga dan domestik. Pria umumnya digambarkan sebagai ahli dan pemimpin, wanita sebagai subordinat. Pria biasanya lebih aktif, asertif, dan berpengaruh ketimbang wanita. Meski populasi wanita lebih banyak, mereka lebih sedikit ditampilkan di media.
(24)
Tabel 1.1 Stereotip Gender Umum Ciri khas wanita Ciri khas lelaki
Lembut Agresif
Gampang menangis Tidak emosional Suka seni dan sastra Menyukai matematika
dan sains Tidak menggunkan
kata kasar
Menyukai dunia
Berbudi Ambisius
Agamis Objektif
Tertarik pada
penampilannya sendiri Dominan Peka pada perasaan
orang lain Kompetitif
Butuh keamanan Percaya diri
Suka mengobrol Logis
Rapi Bertindak sebagai
pemimpin
Tergantung Independen
Pria dan wanita mempunyai perbedaan kriteria untuk memunculkan daya tarik interpersonal pada lawan jenisnya misalnya wanita akan lebih tertarik pada pria yang mapan, kemapanan pada pria ditunjukkan oleh kepandaian, ambisi, dan hubungan sosial yang baik dengan teman-teman disekitarnya. Selain wanita, pria juga memiliki pilihannya sendiri dalam memilih wanita sebagai pasanganya. Misalnya, pria cenderung tertarik pada wanita yang memiliki daya tarik fisik menarik, misalnya cantik, berambut panjang, berkulit bersih. Menurut penelitian yang dilakukan Rachmawati, Hubungan Daya Tarik Interpersonal Pasangan dan Perasaan Cinta Terhadap Pasangan Pada Masa Dewasa Awal. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa menilai daya tarik interpersonal pasangan pada kategori tinggi dengan persentase 52%. Sedangkan perasaan cinta
(25)
terhadap pasangan juga berada pada kategori tinggi dengan persentase 50%. Hasil analisis r = 0,800 dengan Sig 0,000 < 0,050, menunjukkan bahwa daya tarik interpersonal pasangan mempunyai hubungan dengan perasaan cinta terhadap pasangan pada masa dewasa awal. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara daya tarik interpersonal dan perasaan cinta pada masa dewasa awal terhadap pasangannya.
Penelitian yang di lakukan Prassetyanto mengenai Hubungan Daya Tarik Interpersonal dengan Keterbukaan Diri Pengguna Situs Jejaring Sosial,
menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa menilai daya tarik interpersonal pada kategori sedang dengan persentase 41,7%. Sedangkan keterbukaan diri mahasiswa psikologi dalam penggunaan situs jejaring sosial sebagian besar berada pada kategori sedang dengan persentase 43,7%. Hasil analisis r = 0,421 dengan Sig 0,000 < 0,050, menunjukkan bahwa daya tarik interpersonal mempunyai hubungan dengan keterbukaan diri mahasiswa psikologi dalam penggunaan situs jejaring sosial maka ada hubungan positif antara daya tarik interpersonal dengan keterbukaan diri mahasiswa psikologi dalam penggunaan situs jejaring sosial begitu juga menurut penelitian yang dilakukan Batool dan Najma (2010: 142), hubungan memuaskan memainkan peran penting dalam individu mental dan kesejahteraan fisik. Psikolog sosial telah tertarik pada bagaimana hubungan dibangun dan dipelihara. Hubungan yang mengarah ke persahabatan dan romantis adalah kekuatan yang menarik orang bersama-sama menolak pemisahan mereka dan hal itu berkaitan dengan berapa banyak kita mencintai, benci, suka atau tidak suka seseorang. Ketika membuat tutup hubungan
(26)
termasuk pemilihan pasangan dan waktu hidup persahabatan, kualitas orang lain dan situasi sosial menentukan tingkat kita tarik atau tolakan terhadap dia. Menyadari bahwa orang lain setuju dengan kita membentengi keyakinan kita dan mempertinggi harga diri. Kita sering berasumsi bahwa sikap kita berbagi dengan orang yang menarik kita dengan cara lain.
Sebuah studi dikutip dalam Batool dan Najma (2010 : 142) yang dilakukan oleh Byrne and Blaylock mengungkapkan pernikahan yang sebagian mungkin berdasarkan ilusi kesamaan yaitu, pasangan cenderung untuk melihat kesamaan yang lebih dalam sikap antara mereka dari pada pada kenyataannya yang ada. Sebuah penelitian besar yang dilakukan di University of Michigan mengukur hubungan persahabatan dengan sikap berdasarkan kesamaan. Kesamaan awal antara teman sekamar berakhir di persahabatan yang baik dari perbedaan awal. Diulang pada kelompok baru menghasilkan hasil yang sama. Mungkin ada banyak alasan di balik hubungan kesamaan daya tarik. Salah satu alasan bahwa kesamaan keturunan menyukai mungkin bahwa orang menghargai pilihan mereka sendiri dan menikmatinya, sedang dengan orang lain yang sesuai preferensi mereka, mungkin meningkatkan harga diri mereka selama proses tersebut. Tapi mungkin alasan utama bahwa kesamaan menghasilkan suka hanyalah faktor seperti, kedekatan dan keakraban. Situational dan norma-norma sosial berdampak banyak dalam membawa mereka dekat yang berbagi kesamaan. Tidak hanya kelompok sosial, namun mayoritas kelompok agama juga lebih suka anggota agama yang sama untuk seleksi pasangan. Bahkan di norma-norma budaya orang ras dan usia
(27)
yang sama dianggap sesuai untuk satu sama lain. Misalnya, beberapa lebih tua wanita dan seorang pria muda masih dirasakan sebagai tidak cocok.
Faktor-faktor situasional juga memainkan peranan penting. Sebagian besar orang memilih pasangan mereka di perguruan tinggi atau sekolah pascasarjana karena mereka menganggap mereka sama di tingkat kualifikasi, kecerdasan umum, ambisi, dan mungkin dalam usia dan status sosial ekonomi.
Daya tarik interpersonal merupakan salah satu faktor penentu ketika seseorang ingin berhubungan dengan orang lain. Dalam penelitian Montoya dan Horton (2004 : 708) menjelaskan bahwa daya tarik berdasarkan evaluasi dari kualitas individu yang pada gilirannya dapat dibuktikan oleh jenis tanda-tanda seperti kesamaan sikap, kualitas positif, dan daya tarik fisik. Setiap individu mempunyai tingkat ketertarikan personal dalam memulai membina hubungan sosial. Puncak pengalaman psikososial ini tercapai pada masa dewasa awal, dimana individu mulai mengkristalisasikan hubungan dengan seorang individu yang paling dicintai, dipercaya, ataupun yang telah dibina sebelumnya.
Berinteraksi dengan orang lain, membuat perhatian seringkali terfokus pada bagaimana memelihara dan mengarahkan hubungan yang tercipta berdasarkan daya tarik awal untuk selanjutnya akan dapat menimbulkan keintiman dan bahkan cinta. Para ahli psikologi telah banyak mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik seseorang terhadap orang lain. Hal ini disebabkan karena manusia akan berusaha memprioritaskan hubungan antar pribadi sepanjang hidupnya.
(28)
Penulis memilih Universitas Negeri Semarang sebagai tempat penelitian Studi Komparasi Faktor-faktor Daya Tarik Interpersonal pada mahasiswa yang Berpacaran ditinjau dari Jenis kelamin dikarenakan Universitas Negeri Semarang adalah salah satu Universitas Negeri yang berada di kota Semarang. Universitas Negeri Semarang memiliki mahasiswa 23.529, dan memiliki beberapa fakultas, yaitu FIP (Fakultas Ilmu Pendidikan) mahasiswa berjumlah 3.160 ,FBS (Fakultas Bahasa dan Seni) mahasiswa berjumlah 4.468, FIS (Fakultas Ilmu Sosial) mahasiswa berjumlah 2.296, FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) mahasiswa berjumlah 2.794 , FT (Fakultas Teknik) mahasiswa berjumlah 2.296, FIK (Fakultas Ilmu Keolahragaan) mahasiswa berjumlah 3.309, FE (Fakultas Ekonomi) mahasiswa berjumlah 2.983 , FH (Fakultas Hukum) mahasiswa sebesar 835, PPS (Program Pasca Sarjana) mahasiswa sebesar 1.580 (www.unnes.ac.id), karena banyaknya mahasiswa pendatang yang berkuliah di UNNES dan memungkinkan untuk timbulnya daya tarik interpersonal antar individu, maka penulis mengambil UNNES sebagai tempat penelitian.
Daya tarik interpersonal adalah suatu proses berkenalan dipengaruhi oleh adanya kesukaan, yang dilihat dari fisik, penampilan, perilaku, kompetensi, ketulusan sehingga dapat memunculkan hubungan yang akan terjalin antara kedua belah pihak. Diharapkan dari fenomena yang ada, penulis ingin meneliti Studi Komparasi Faktor-faktor Daya Tarik Interpersonal pada Mahasiswa UNNES yang Berpacaran ditinjau dari Jenis Kelamin. Harapan penulis, melalui penelitian ini penulis dapat memaparkan secara mendetail, seberapa besar perbedaan daya tarik interpersonal pada mahasiswa yg berpacaran ditinjau dari jenis kelamin. Hasil
(29)
yang akan didapatkan dari penelitian yang dilihat dari sudut pandang psikologi diharapkan pada perkembangannya didapatinya sesuai dengan apa yang diharapkan baik bagi diri sendiri dan individu lain sehingga menimbulkan hubungan yang baik dengan pasangannya. Sehingga penelitian ini dapat berfungsi sebagai kontribusi nyata adanya perbedaan faktor-faktor daya tarik interpersonal pada mahasiswa yang berpacaran.
1.2 Rumusan Masalah
Berlandaskan dari latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
” Apakah ada perbedaan faktor-faktor daya tarik interpersonal pada mahasiswa UNNES yang berpacaran ditinjau dari jenis kelamin”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian untuk mengetahui perbedaan faktor-faktor daya tarik interpersonal pada mahasiswa UNNES yang berpacaran ditinjau dari jenis kelamin.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
a. Diharapkan hasil dari penelitian ini nantinya dapat memperkaya kajian teoretis
tentang faktor-faktor daya tarik interpersonal di bidang psikologi secara umum, dan bidang psikologi social secara khusus.b. Memperoleh penjelasan mengenai perbedaan daya tarik interpersonal yang terjadi pada mahasiswa yang berpacaran.
(30)
1.4.2 Manfaat praktis
Bagi peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan masukan mengenai studi komparasi faktor-faktor daya tarik interpersonal pada mahasiswa UNNES yang berpacaran ditinjau dari jenis kelamin dan sebagai pertimbangan penelitiannya.
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagaimana proses daya tarik interpersonal yang terjadi yang dikaji dari sudut pandang psikologi. Serta subyek mengetahui bagaimana proses daya tarik interpersonal.
(31)
14
2.1 Daya tarik interpersonal
2.1.1 Pengertian
Bab dua ini akan menjelaskan mengenai hubungan interpersonal (antar pribadi) yang mencakup mengenai bagaimana terjadinya suatu hubungan interpersonal. Mulai dari daya tarik interpersonal, faktor-faktor yang mempengaruhi, aspek yang menentukan bagaimana hubungan akhirnya terjalin.
Hubungan interpersonal menurut Person (dalam Sarlito dan Eko 2009: 67), manusia adalah mahkluk sosial, yang artinya sebagai mahkluk sosial, individu tidak dapat menjalin hubungan sendiri, selalu menjalin hubungan dengan orang lain, mencoba untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu sama lain, membentuk interaksi, serta berusaha mempertahankan interaksi tersebut. Individu melakukan hubungan interpersonal ketika mencoba untuk berinteraksi dengan individu lain, hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih, yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten. Ketika akan menjalin hubungan interpersonal, akan terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan daya tarik interpersonal.
Daya tarik interpersonal adalah suatu proses psikologis berfokus pada bagaimana memelihara dan mengarahkan hubungan hal itu dipengaruhi oleh adanya kesukaan, yang dilihat dari fisik, penampilan, perilaku, kompetensi, ketulusan sehingga dapat memunculkan hubungan yang akan terjalin antara kedua
(32)
belah pihak. Atkinson (2008: 381) daya tarik interpersonal yaitu sikap kita terhadap orang lain.
Baron dan Byrne (Sarlito dan Eko 2009: 67) menjelaskan bahwa daya tarik interpersonal adalah penilaian seseorang terhadap sikap orang lain, di mana penilaian ini dapat diekspresikan melalui suatu dimensi, dari strong liking sampai dengan strong dislike. Rakhmat (2007: 110) mengungkapkan bahwa Daya tarik interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif, dan daya tarik seseorang. Barlund (Rakhmat 2007: 111) mengemukakan daya tarik interpersonal adalah ketertarikan seseorang terhadap orang lain.
Byrne (Rakhmat 2007: 112) menjelaskan daya tarik interpersonal merupakan gabungan dari efek keseluruhan interaksi di antara individu.
Merujuk pada sikap seseorang terhadap orang lain. Ketertarikan diekspreksikan sepanjang suatu dimensi yang berkisar dari sangat suka hingga sangat tidak suka (Baron dan Byrne 2003: 262).
Suatu proses berkenalan dengan orang lain, kemudian memberikan penilaian terhadap orang tersebut, apakah orang tersebut cukup sesuai untuk menjadi teman kita atau orang tersebut ternyata kurang sesuai, sehingga kita memilih untuk tidak melakukan interaksi sama sekali (Sarlito dan Eko 2009: 67).
Brehm & Kassin (Dayakisni dan Hudaniyah 2009: 124) mengartikan daya tarik interpersonal sebagai istilah yang digunakan untuk merujuk secara khusus keinginan seseorang untuk mendekati orang lain. Pengertian yang hampir sama juga dikemukakan Brigham (Dayakisni dan Hudaniyah 2009: 124) yaitu
(33)
kecenderungan seseorang untuk menilai seseorang atau kelompok secara positif untuk mendekatinya dan berperilaku positif padanya.
Daya tarik interpersonal adalah penilaian seseorang terhadap sikap orang lain. Ketika berkenalan dengan orang lain, sebenarnya melakukan penilaian terhadap orang tersebut, apakah orang tersebut cukup sesuai untuk menjadi teman atau orang tersebut kurang sesuai sehingga lenih memilih untuk tidak melakukan interaksi sama sekali ( Wisnuwardhani dan Mashoedi 2012: 2 )
Daya Tarik interpersonal mengacu pada sesuatu yang menarik dua orang bersama-sama ( Zanden 1984: 250)
Dayakisni dan Hudaniyah (2009: 124) mengartikan daya tarik interpersonal adalah suatu proses bagaimana orang dapat saling tertarik, saling mengenal, bagaimana ada gairah tarik menarik satu sama lain.
Istilah daya tarik interpersonal mengacu pada beragam pengalaman, mencakup rasa suka, persahabatan, kagum, birahi, dan cinta (Dayakisni dan Yuniardi 2004: 220).
Sman & Deaux (1980: 168) menjelaskan:
...interpersonal attraction can be conceptualized as a basic learning process. This model assumes that most stimuli can be classified as rewards or punishment and it assumes that rewarding stimuli elicit positive feelings or affect whereas punishing stimuli elicit negative feelings or affect...
...daya tarik interpersonal dapat dikonseptualisasikan sebagai proses belajar dasar. Model ini mengasumsikan bahwa rangsangan yang paling dapat diklasifikasikan sebagai imbalan atau hukuman dan mengasumsikan bahwa rangsangan menimbulkan perasaan positif bermanfaat atau mempengaruhi rangsangan sedangkan menghukum menimbulkan perasaan negatif atau evaluasi affect...
(34)
Pengertian para tokoh mengenai daya tarik interpersonal, maka dapat disimpulkan bahwa daya tarik interpersonal adalah sikap kita terhadap orang lain dan suatu evaluasi perasaan yang dibuat seseorang yang merujuk secara khusus keinginan seseorang untuk mendekati orang lain berdasarkan kualitas positif yang dimiliki, dimana setiap individu memiliki derajat perasaan tersendiri yang mungkin berbeda dengan individu lain.
2.1.2 Hal-hal yang menentukan Daya Tarik Interpersonal
Perjumpaan awal, perhatian sering berfokus pada bagaimana memelihara dan mengarahkan hubungan yang tercipta dari daya tarik awal menjadi hubungan yang lebih akrab. Daya tarik interpersonal memiliki beberapa hal-hal yang menentukan daya tarik yaitu:
a. Kedekatan merupakan penentu daya tarik yang penting, orang cenderung menyenangi mereka yang tempat tinggalnya berdekatan. Persahabatan lebih mudah tumbuh di antara tetangga yang berdekatan, atau di antara mahasiswa yang duduk berdampingan (Atkinson 2008: 382). Kedekatan-kedekatan secara fisik memiliki pengaruh yang besar terhadap pilihan persahabatan kami. Hal lain dianggap sama, kita cenderung untuk menyukai orang-orang yang secara geografis dekat dengan kita Segal (dalam Zanden 1984: 253).
Kedekatan juga memainkan bagian dalam pemilihan pasangan. Orang-orang yang tinggal di dekat satu sama lain, pergi ke sekolah yang sama, dan bekerja sama cenderung untuk menikahi satu sama lain. Alfred C. Clarke (dalam Zanden 1984 : 255). menegaskan hipotesis ini dalam wawancara dengan 431 pelamar untuk surat nikah selama periode tiga bulan di Colombus, Ohio. Dia
(35)
menemukan bahwa pada saat kencan pertama, 54 persen dari pasangan tinggal dalam enam belas blok dari satu sama lain.
b. Keakraban adalah salah satu alasan bahwa kedekatan dapat menimbulkan rasa senang pada seseorang ialah bahwa kedekatan dapat meningkatkan keakraban (Atkinson 2008: 383).
c. Kesamaan pada penelitian yang dilakukan pada tahun 1870 mendukung keputusan ini lebih dari 99 persen pasangan suami-istri di AS terdiri atas ras yang sama; 94 persen beragama sama. Lagi pula, penelitian statistik menunjukkan bahwa suami-istri sangat mirip satu sama lain, tidak hanya dengan ciri sosiologis seperti usia, ras, agama, pendidikan, dan kelas sosioekonomi tetapi juga dalam hal ciri fisik seperti tinggi, warna mata, dan ciri psikologis seperti intelegensi Rubin (dalam Atkinson 2008: 384). Salah satu alasan bahwa kemiripan dapat menimbulkan rasa suka adalah bahwa orang lain yang menghargai pendapat dan pilihan mereka sendiri dan senang bergaul dengn mereka yang cocok dengan pilihannya, mungkin dapat menaikkan harga diri mereka dalam proses tersebut (Atkinson 2008: 384).
d. Daya tarik fisik kebanyakan kita sering bersikap tidak adil dengan memungkinkan penampilan, fisik seseorang sebagai penentu seberapa jauh orang dapat menyukai dirinya (Atkinson 2008: 385). Banyak penelitian mengungkapkan bahwa kita cenderung menyukai orang lain yang mirip dengan kita. Dalam percobaan setelah percobaan, subyek mengatakan bahwa mereka menyukai orang-orang yang eksperimen menunjukkan dekat dengan mereka dalam keyakinan dan sikap. Sebaliknya, mereka kurang menguntungkan
(36)
terhadap orang-orang yang tidak setuju dengan mereka. Studi pernikahan juga menunjukkan kecenderungan "ingin menikah seperti". Lebih dari seratus penelitian telah dilakukan pada homogamy. Mereka telah berurusan dengan karakteristik yang beragam seperti usia, ras, agama, kebangsaan, kelas sosial, sikap sosial, pendidikan, status perkawinan sebelumnya, kecerdasan, neurotisisme, kestabilan emosi, tuli, kesehatan, dan tinggi fisik. Dengan beberapa pengecualian, orang yang mirip menikah lebih sering dari yang diharapkan secara kebetulan.
Para ahli psikologi telah banyak mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik seseorang terhadap orang lain. Hal ini disebabkan karena manusia akan berusaha untuk memprioritaskan hubungan antarpribadi sepanjang hidupnya. Kecenderungan untuk berafiliasi (keinginan untuk berada bersama dengan orang lain) memang cukup kuat bagi kebanyakan orang. Hal ini sebenarnya sudah terjadi semenjak masa bayi, dimana bayi mulai membangun rasa kasih sayang yang kuat pada satu orang dewasa atau lebih.
Pada dasarnya faktor-faktor yang mendukung daya tarik interpersonal secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu faktor personal dan situasional. Pada umumnya beberapa faktor yang dianggap sangat penting dalam menentukan daya tarik interpersonal (Dayakisni & Hudaniah 2009: 124) adalah:
a. Kesamaan (similarity)
Kita cenderung menyukai orang yang sama dengan kita dalam sikap, nilai, minat, latar belakang, dan kepribadian. Ada berbagai alasan yang dikemukakan, kesamaan menjadi faktor penting sebagai penentu daya tarik interpersonal:
(37)
Pertama, menurut acuan Konsistensi Kognitif dari Heider, jika kita menyukai orang, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita. Hal ini, supaya seluruh unsur kognitif kita konsisten. Anda resah kalau orang yang anda sukai menyukai apa yang anda benci. Kedua, Don Byrne menunjukan hubungan linear antara daya tarik dengan kesamaan, dengan menggunakan teori peneguhan dari Behaviorisme. Persepsi tentang adanya kesamaan mendatangkan ganjaran, dan perbedaan tidak mengenakkan. Kesamaan sikap orang lain dengan kita memperteguh kemampuan kita dalam menafsirkan realitas sosial. Orang yang mempunyai kesamaan dengan kita cenderung menyetujui gagasan kita dan mendukung keyakinan kita tentang kebenaran pandangan kita. Ketiga, pengetahuan bahwa orang lain adalah sama dengan anda, menyebabkan anda mengantisipasi bahwa interaksi di masa datang akan positif dan memberi ganjaran. Terakhir, kita cenderung berinteraksi lebih akrab dengan orang yang memiliki kesamaan dengan kita, merekapun juga menjadi lebih kenal dengan kita. Perbedaan kepribadian dapat menjadi moderator bagi efek kesamaan ini. Leonard menemukan bahwa kesamaan sebenarnya akan mengurangi ketertarikan ketika orang memiliki konsep diri yang negatif. Orang yang memiliki konsep diri rendah lebih tertarik dengan orang-orang yang tidak sama dengan mereka. Jamieson, Lydon, dan Zanna menemukan bahwa individu yang memiliki self-monitoring
rendah lebih dipengaruhi oleh kesamaan sikap. Sebaliknya high self-monitors
tertarik kepada orang lain yang memiliki kesamaan pada aktivitas yang mereka sukai dari pada kesamaan dalam sikap dan nilai.
(38)
b. Kedekatan (proximity)
Orang cenderung menyukai mereka yang tempat tinggalnya berdekatan. Persahabatan lebih mudah timbul (tumbuh) diantara tetangga yang berdekatan. Atau diantara mahasiswa yang berdekatan. Yang membuat orang berdekatan, Pertama, kedekatan biasanya meningkatkan keakraban. Kita lebih sering berjumpa dengan tetangga sebelah kita dari pada orang yang ada di jalan. Eksposur yang berulang ini dapat meningkatkan rasa suka. Kedua, kedekatan sering berkaitan dengan kesamaan. Ketiga, orang yang dekat secara fisik lebih mudah di dapat dari pada orang yang jauh. Kemudahan ini mempengaruhi keseimbangan ganjaran dan kerugian interaksi. Hal ini sesuai dengan persepsi teori pertukaran sosial. Di perlukan sedikit usaha untuk mengobrol dengan tetangga sebelah. Sebaiknya, hubungan jarak jauh membutuhkan waktu, perencanaan dan biaya yang relatif tinggi.
Keempat, berdasar teori Konsistensi Kognitif kita berusaha mempertahankan keseimbangan antara hubungan perasaan dan hubungan kesatuan. Secara lebih spesifik, kita di motifasi untuk menyukai orang yang ada kaitannya dengan kita dan untuk mencari kedekatan dengan orang yang kita sukai. Tinggal atau bekerja berdampingan dengan orang yang tidak kita sukai akan menimbulkan tekanan psikologik, sehingga kita mengalami tekanan kognitif untuk menyukai orang yang ada hubungannya dengan kita.
Kelima, orang memiliki harapan untuk berinteraksi lebih sering dengan mereka yang tinggal paling dekat dengannya. Hal ini, menyebabkan ia cenderung
(39)
untuk menekankan aspek-aspek positif dan meminimalkan aspek negatif dari hubungan itu sehingga hubungan di masa datang akan lebih menyenangkan. c. Keakraban (Familiarity)
Keakraban berhadapan dengan seseorang akan meningkatkan rasa suka kita terhadap orang itu. Robert Zajonc perintis dari riset tentang: efek terpaan”(mere exposure effect). Hasil penelitiannya menunjukan bahwa orang mengembangkan perasaan positif pada obyek dan individu yang sering mereka lihat.
d. Daya tarik fisik
Dalam masyarakaat kita biasanya muncul setereotip daya tarik fisik, yang mengasumsikan bahwa “apa yang cantik adalah baik”. Berdasar hanya pengamatan sepintas, orang akan membuat suatu kesimpulan tentang sejumlah asumsi kepribadian dan kompetensi, berdasar hanya semata-mata hanya pada penampilan.
Penelitian Dion, Berscheid, dan Walster (dalam Dayakisni dan Hudaniyah 2009: 126) tentang penilaian orang pada wajah cantik, membuktikan bahwa mereka cenderung di nilai akan lebih berhasil dalam hidupnya, dan di anggap memiliki sifat-sifat baik. Beberapa penelitian lain mengungkapkan bahwa karangan orang yang di pandang cantik di nilai lebih baik dari pada karangan serupa yang dibuat oleh orang yang di pandang jelek. Orang cantik atau tampan juga lebih efektif dalam mempengaruhi pendapat orang lain, dan biasanya diperlakukan lebih sopan.
(40)
Daya tarik fisik menjadi salah satu factor penting, Salah satu alasannya karena sebagaimana ras dan jenis kelamin, penampilan fisik adalah sumber informasi yang tampak dan dengan cepat mudah didapat. Jika informasi karakteristik personal lain seperti inteligensi atau kebaikan hati tidak cepat tersedia dan kurang menonjol. Demikian juga, kecantikan bagi pasangan dapat meningkatkaan harga diri (“radiating beauty effect”). Meskipun penampilan fisik
mungkin juga akan berakibat negatif, artinnya seseorang yang dikelilingi orang cantik nampak menjadi kurang menarik karena adanya proses perbandingan. Hal ini disebabkan adanya “contrast effect”.
Daya tarik fisik sendiri dapat mempengaruhi kepribadian si pemiliknya. Dayakisni dan Hudaniyah 2009: 127 menyatakan bahwa kita dapat mengidentifikasikan tiga faktor sosial yang berkaitan dengan daya tarik fisik. Pertama, orang-orang memiliki haraapan yang berbeda tentang individu yang menarik penampilan fisiknya dengan yang tidak. Kedua, orang-orang yang secara fisik menarik menerima perlakuan yang berbeda dan lebih mendapaatkan keberuntungan dalam pertukaran sosial. Ketiga, perlakuan yang berbeda akan mengarahkan pada perbedaan kepribadian dan ketrampilan sosial (social skill), barangkali ini di sebabkan oleh keinginan memenuhi buat diri sendiri ( self-fulfilling prophecy). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki daya tarik fisik cenderung memiliki harga diri tinggi dari pada anak yang kurang menarik fisiknya dan cenderung kurang agresif dibandingkan anak-anak yang kurang menarik. Selain itu, mereka cenderung memiliki hubungan yang lebih baik, lebih arsetif dan percaya diri.
(41)
e. Kemampuan (ability)
Menurut teori Pertukaran Sosial dan Reinforcement, ketika orang lain memberi ganjaran atau konsekuensi positif pada kita, maka kita cenderung ingin bersamanya dan menyukainya. Orang yang mampu, kompeten dan pintar dapat memberi beberpa ganjaran (keuntungan) kepada kita. Mereka dapat membantu kita dalam menyelesaikan masalah, memberikan nasihat, membantu kita menafsirka kejadian-kejadian yang ada, dan sebagainya. Hal ini menyebabkan orang yang tidak kompeten atau tidak pintar.
Suatu perkecualian yang menarik adalah hasil telah Aronson, Willerman & Floyd (dalam Dayakisni dan Hudaniyah 2009: 128) yang menemukan orang yang paling disenangi justru orang yang memiliki kemampuan yang tinggi tetapi menunjukkan beberapa kelemahan. Ia menciptakan empat kondisi eksperimental: (1) orang yang memiliki kemampuan tinggi dan berbuat salah; (2) berkemampuan tinggi tapi tidak berbuat salah; (3) orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah; (4) orang yang berkemampuan rata-rata dan tidak berbuat salah. Orang pertama dinilai paling menarik, dan orang ketiga yang dinilai paling tidak menarik.orang yang sempurna tanpa kesalahan adalah yang kedua dalam hal daya tarik. Dan orang biasa yang tidak berbuat salah menduduki urutan yang ketiga.
Tetapi beberapa penelitian berikutnya, kebanyakan menunjukan bahwa suatu kesalahan mengurangi daya bahkan hal itu terjadi pada orang yang memiliki kompetensi tinggi Brigham (dalam Dayakisni dan Hudaniyah 2009: 128).
(42)
f. Tekanan emosional (stress)
Bila orang berada dalam situasi yang mencemaskan atau menakutkan, ia cenderung menginginkan kehadiran orang lain. Sehingga timbul rasa suka pada orang tersebut. Hasil penelitian Schater menunjukkan bahwa subyek denga rasa takut tinggi lebih ingin berafiliasi dibandingkan subyek dengan rasa takut rendah. Semakin besar rasa takut, semakin besar kecenderungan untuk berafiliasi. Pertanyaan yang diajukan: proses psikologik apa yang terdapat pada orang itu, sehingga terjadi hal demikian, Dua kemungkinan telah diselidiki. Pertama, adalah hipotesis pengalihan: orang yang takut berafiliasi untuk mengalihkan pikiran dari masalah yang mereka hadapi. Dalam hal ini tidak dipersoalkan dengan siapa mereka berafiliasi. Kedua, adalah hipotesis yang di ajukan teori perbandingan sosial (social-comparasion Theory): orang berafiliasi untuk membandingkan perasaan merka sendiri dengan perasaan orang lain dalam situasi yang sama. Bila kita dalam situasi yang baru atau luar biasa dan tidak mempunyai kepastian tentang bagaimana kita bereaksi, kita meminta bantuan orang lain sebagai sumber informasi. Dalam hal ini, penting bagi kita untuk berafiliasi hanya dengan orang yang menghadapi situasi yang sama. Beberapa telah menguji kemampuan ini, dan hasilnya tetap mendukung hipotesis perbandingan sosial,
g. Munculnya perasaan/mood yang positif atau positive emotional arousal
Kita cenderung tertarik atau suka kepada orang lain dimana kehadirannya berbarengan dengan munculnya perasaan positif, bahkan meski perasaan positif yang muncul tidak berkaitan dengan perilaku orang tersebut. Bebrapa telah menunjukan bahwa kita cenderung tertarik pada orang-orang yan kita jumpai saat
(43)
sekeliling kita menyenangkan. Misalnya, orang lebih menilai positif orang lain ketiak mereka duduk bersama dalam ruang dengan suhu yang nyaman dari pada dalm ruang yang panas Griffit (dalam Dayakisni dan Hudaniyah 2009:129). Sebaliknya, keterkaitan kepada orang lain berkurang ketika sekeliling kita padat, bising atau tercemar.
h. Harga diri yang rendah
Hasil penelitian Elaine Walster menarik kesimpulan, bila harga diri di rendahkan, hasrat afiliasi (bergabung orang lain) bertambah, dan ia makin responsif untuk menerima kasih sayang orang lain.
i. Kesukaan secara timbal balik (Reciprocal liking)
Ketika kita mengetahui orang lain menyukai kita, maka kita dapat mengharapkan ganjaran (reward) dari mereka. Karena itu, mengetahui kita disukai merupakan ganjaran yang menguatkan. Kita dapat mengharapkan orang lain akan membantu kita di masa yang akan datang, dan kita juga akan menglami perasaan baik atau positif menghadapi suatu kenyataan bahwa orang lain cukup memikirkan tentang kita menjadi seorang teman (meningkatkan harga diri). Karena itu kesukaan menghasilkan kesukaan. Persahabatan biasanya memberikan arti bahwa persahabatan itu akan kembali lagi.
Hubungan timbal balik merupakan sesuatu yang komplek. Beberapa studi mengemukakan bahwa perceived reciprocity (seberapa banyak berfikir seseorang menyukai kita) adalah lebih penting dari pada actual reciprocity (seberapa banyak seseorang sebenarnya menyukai kita). Beberpa hasil penelitian membuktikan bahwa orang pada umumnya menyukai seseorang yang menyukai dirinya, bahkan
(44)
ketika rasa suka itu tidak secara langsung timbal balik. Sebagai ilustrasi, hasil penelitian Curtis & Miller dalam Dayakisni (2009:130) menemukan bahwa orang yang secara salah dibimbing pada suatu keyakinan bahwa subyek lain menyukai mereka, maka ia akan lebih setuju dengan subyek lain itu, lebih mengungkapkan diri, dan lebih memiliki nada suara dan sikap yang pada umumnya positif pada subyek itu, dari pada mereka yang tidak di bimbing pada suatu keyakinan bahwa mereka disukai. Orang pertama, ternyata perilakunya yang demikian itu membimbing pada perilaku positif yang timbal balik oleh subyek lain itu dan meningkatkan kesukaan diantara merka. Dengan demikian terjadi fenomena self-fulfilling prophecy yaitu keyakinan kita merasa disukai orang lain mungkin menyebabkan kita berperilaku dalam cara-cara yang menyenangkan orang lain tersebut sehingga menyebabkan orang lain pun akhirnya juga menyukai kita. j. Ketika yang Berlawanan Saling Tertarik: Saling Melengkapi (complementary)
Kita telah melihat bahwa kesamaan sikap dan nilai mendorong meningkatnya daya tarik. Tetapi dengan sadistis dan masokisme keduannya tampak tak benar-benar sama, yang satu menyukai untuk melukai orang lain tetapi lainnya justru senang di perlakukan kasar oleh orang lain, disini nampaknya ada daya tarik yang berlawanan. Individu yang memiliki kepribadian dominan tidak akan berhubungan lebih lama dengan orang lain yang dominan juga. Individu yang dominan membutuhkan partner atau pasangan yang submisif yang akan membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan di antara mereka. Perilaku yang saling melengkapi adalah mungkin untuk tingkah laku dominan-submisif Strong, dkk. (dalam Dayakisni dan Hudaniyah 2009:131).
(45)
Complementary need theory mengatakan ada beberapa tipe hubungan dekat, misalnya perkawinan yang mungkin mensyaratkan sistem saling melengkapi semacam itu agar dapat berhasil. Tetapi dalam hubungan semacam itu, walaupun kebutuhannya berbeda (yang satu dominan, yang lain submisif), namun hal ini masih dapat dipandang sebagai kasus kesamaan yang spesifik, karena kedua pasangan memiliki kesamaan pandangan atau sama-sama setuju mengenai peran-peran yang akan dipenuhi masing-masing pihak. Mereka setidaknya memiliki kesamaan sikap tentang bagaimana hubungan itu di kembangkan, mereka mungkin menjadi teman baik, kaarena mereka membutuhkan satu sama lain untuk memuaskan keingina mereka. Saling melengkapi mungkin penting dalam hubungan saling tukar menukar untuk jangka pendek dalam kondisi-kondisi tertentu, seperti ketika orang tidak jelas memahami apa yang mereka duga untuk dilakukan. Untuk mendapatkan ide-ide baru, mereka mungkin lebih suka berinteraksi dengan orang yang tak sama yang melihat sesuatu secara berbeda dan yang mungkin dapat memberi mereka interprestasi baru tentang kejadian-kejadian yang masih teka-teki bagi mereka.
Selanjutnya secara lebih khusus hal-hal yang menentukan daya tarik interpersonal oleh ahli lain disebut sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik interpersonal diantaranya Rakhmat (2007: 111) :
a. Kesamaan karakteristik personal
Kesamaan karakteristik personal dimulai dari percakapan mulai dari masalah demografis (di mana tinggal, pekerjaan) sampai masalah-masalah politik. Apabila obrolan yang berlangsung sama-sama menyukai tenis,
(46)
sama-sama menyukai Rhoma Irama dan sama-sama lulus UNPAD, maka akan saling menyukai dan begitupula sebaliknya, apabila tidak memiliki kesamaan rasa suka tidak akan muncul.
Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat sosioekonomis, agama, ideologis, cenderung saling menyukai. Reader dan English mengukur kepribadian subjek-subjeknya dengan rangkaian tes kepribadian. Ditemukan, mereka yang bersahabat menunjukkan korelasi yang erat dalam kepribadiannya. Penelitian tentang pengaruh kesamaan ini banyak dilakukan dengan berbagai kerangka teori.
Menurut teori Cognitive Consistency dari Fritz Heider, manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan perilakunya. Heider mengemukakan “kita cenderung menyukai orang, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita, dan jika kita menyukai orang, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita.” Kita ingin memiliki sikap yang sama dengan orang yang kita sukai, supaya seluruh unsur kognitif kita konsisten.
Asas kesamaan ini pada kenyataan bukanlah satu-satunya determinan atraksi. Atraksi interpersonal akhirnya merupakan gabungan dari efek keseluruhan interaksi diantara individu. Bagi komunikator, lebih tepat untuk memulai komunikasi dengan mencari kesamaan di antara semua peserta komunikasi. b. Tekanan Emosional
Bila orang berada dalam keadaan yang mencemaskannya atau harus memikul emosionalnya, ia akan menginginkan kehadiran orang lain. Stanley Schachter membuktikan pernyataan di atas dengan sebuah eksperimen. Ia
(47)
mengumpulkan dua kelompok mahasiswi. Kepada kelompok pertama diberitahukan bahwa mereka akan menjadi subjek eksperimen yang meneliti kejutan listrik yamg sangat menyakitkan. Kepada kelompok kedua diberitahukan bahwa mereka hanya akan mendapatkan kejutan ringan saja. Schachter menemukan di antara subjek pada kelompok pertama, 63 persen ingin menunggu bersama orang lain, dan di antara subjek kelompok kedua hanya 33 persen yang memerlukan sahabat. Schachter menyimpulkan bahwa situasi penimbul cemas meningkatkan kebutuhan akan kasih sayang. Orang-orang yang pernah mengalami penderitaan bersama-sama akan membentuk kelompok yang solidaritas tinggi.
c. Harga diri yang rendah
Elaine Walster membayar beberapa orang mahasiswi untuk menjadi peserta dalam penelitian tentang kepribadian. Sesuai dengan rancangan penelitian, sebelum eksperimen dimulai, subjek “secara kebetulan”(sebetulnya tidak) berjumpa dengan seseorang mahasiswa yang bermaksud menemui peneliti. Terjadilah percakapan sambil menunggu kedatangan peneliti. Mahasiswa menunjukkan minat yang besar pada mahasiswi itu. Mereka mengobrol selama 15 menit, dan sang perjaka mengajak berkencan. Setelah itu, sujek diberi tes kepribadian, sebagian subjek diberi penilaian yang positif (misalnya, kepribadian dewasa, orisinal, dan sensitif), setengahnya lagi diberi penilaian negatif (misalnya, belum dewasa, antisosial tidak memiliki bakat kepemimpinan). Maksud Walster, sebagian ditinggikan harga dirinya, sebagian lagi direndahkan. Kemudian, mereka
(48)
diminta memberikan penilaian sejujur-jujurnya pada lima orang, termasuk laki-laki yang mengajak mengobrol.
Ternyata, mahasiswi yang direndahkan harga dirinya cenderung lebih menyenangi laki-laki itu. Menurut kesimpulan Walster, bila harga diri direndahkan, hasrat afiliasi (bergabung dengan yang lain) bertambah, dan ia makin responsif untuk menerima kasih sayang orang lain. Orang yang rendah diri mudah mencintai orang lain.
d. Isolasi sosial
Isolasi sosial adalah pengalaman yang tidak enak. Beberapa orang peneliti telah menunjukkan bahwa tingkat isolasi sosial amat besar pengaruhnya terhadap kesukaan kita pada orang lain.
Menurut Rakhmat (2007: 111) faktor-aktor situasional yang mempengaruhi daya tarik interpersonal
a. Daya tarik fisik menjadi penyebab utama daya tarik interpersonal, senang pada orang-orang yang tampan dan cantik. Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa daya tarik fisik sering menjadi penyebab utama daya tarik interpersonal. Kita senang pada orang-orang yang tampan atau cantik. Mereka, pada gilirannya sangat mudah memperoleh perhatian orang.
b. Ganjaran itu berupa bantuan, dorongan morel, pujian, atau hal-hal yang meningkatkan harga diri. Kita akan menyukai orang yang menyukai kita; kita akan menyenangi orang yang memuji kita. Menurut teori pertukaran sosial, interaksi sosial adalah semacam transaksi dagang. Kita akan melanjutkan interaksi bila laba lebih banyak dari biaya. Atraksi, dengan demikian, timbul
(49)
pada interaksi yang banyak mendatangkan laba. Bila pergaulan saya dengan anda sangat menyenangkan, sangat menguntungkan dari segi psikologis atau ekonomis, kita akan saling menyenangi.
c. Familiarity, artinya sudah mengenali dengan baik. Prinsip familiarity
dicermikan dalam pribahasa indonesia, “kalau tak kenal, maka tak sayang” (witing tresno jalaran soko kulino) jika kita sering berjumpa dengan seseorang asal tidak ada hal-hal lain kita akan menyukainya.
d. Kedekatan, menyenangi apabila saling berdekatan persahabatan lebih mudah tumbuh diantara tetangga yang berdekata, atau di antara mahasisiwa yang duduk berdampingan. Bahwa orang yang berdekatan tempat saling menyukai, sering dianggap hal hal yang biasa. Dari segi psikologis, ini hal yang luar biasa bagaiman tempat yang keliatannya netral mampu mempengaruhi tatanan psikologis manusia.
e. Kemampuan, cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi dari pada kita, atau lebih berhasil dalam kehidupanya. Arason menemukan dalam penelitian yang dilakukannya, bahwa yang paling disenangi adalah orang yang memiliki kemampuan tinggi tetapi menunjukkan beberapa kelemahan. Ia menciptakan empat kondisi eksperimental; (1) orang yang memiliki kemampuan tinggi dan berbuat salah; (2) berkemampuan tinggi tapi tidak berbuat salah; (3) orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah; dan (4) orang yang berkemampuan rata-rata dan tidak berbuat salah. Orang yang pertama dinilai paling menarik, dan orang ketiga dinilai paling tidak menarik. Orang yang sempurna tanpa kesalahan adalah orang kedua
(50)
dalam hal daya tarik. Dan orang biasa yang tidak berbuat salah, menduduki urutan ketiga. Jadi jika anda cerdas, tampan, dan serba bisa, usahakanlah supaya anda jangan terlalu sempurna, tunjukkan kelemahan anda. Sebab, kalau anda sempurna betul, anda bukan “man” lagi tapi “superman”.
2.1.3 Prinsip Daya Tarik Interpersonal
Barlund (dalam Rakhmat 2007: 110), ahli komunikasi interpersonal, menulis, “Mengetahui garis-garis daya tarik dan penghindaran dalam sistem sosial artinya mampu meramalkan dari mana pesan akan muncul, kepada siapa pesan itu akan mengalir, dan lebih-lebih lagi bagaimana pesan akan diterima”. Ini berarti, dengan mengetahui siapa tertarik pada siapa atau siapa menghindari siapa, kita dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Makin tertarik kita kepada seseorang, makin besar kecenderungan kita berkomunikasi dengan dia. Kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang, kita sebut sebagai atraksi interpersonal (atraksi berasal dari bahasa latin attrahere - ad:
menuju ; trahere; menarik).
2.2 Perbedaan jenis kelamin
2.2.1 Pengertian
Jenis kelamin adalah salah satu paling dasar dalam kehidupan sosial. Proses mengkategorisasikan orang dan sesuatu menjadi maskulin atau feminin dinamakan gender typing atau penjenisan gender. Proses ini biasanya terjadi secara otomatis, tanpa banyak pemikiran mendalam Glick & Fiske (dalam Taylor, dkk 2009: 411). Jenis kelamin dapat dikenali dari karakteristik fisik seperti rambut
(51)
diwajah, dada, atau gaya busana. Orang biasanya menampilkan jenis kelaminnya sebagai bagian utama dari presentasi dirinya.
Perbedaan antara pria dan wanita adalah prinsip universal dalam kehidupan sosial. Saat masih anak-anak,pria dan wanita diharapkan menguasai ketrampilan yang berbeda dan mengembangkan kepribadian yang berbeda pula. Saat dewasa, pria dan wanita biasanya mengasumsikan peran gender(jenis kelamin) seperti suami dan istri, ayah dan ibu, kultur berbeda-beda dalam mendefinisikan maskulin dan feminin dan juga berbeda dalam hal sejauh mana perbedaan dan persamaan gender (jenis kelamin), tetapi penggunaan gender (jenis kelamin) untuk menata kehidupan sosial merupakan aspek yang mendasar (Helgeson dalam Taylor, dkk 2009 :412). Perbedaan jenis kelamin tampak juga pada komunikasi verbal. Perempuan tidak hanya berbicara dengan cara yang berbeda dengan laki-laki, tetapi mereka juga cenderung membicarakan hal-hal yang berbeda (Wisnuwardhani dan Mashoedi 2012: 51).
2.3 Berpacaran
2.3.1 Pengertian
Pacaran adalah hubungan pranikah antara pria dan wanita yang diterima oleh masyarakat Bannet dalam Wisnuwardhani dan Mashoedi (2012: 83). Individu menilai hubungan pacaran merupakan sarana dimana adanya persahabatan, mendapatkan dukungan emosional, kasih sayang, kesenangan, dan eksplorasi seksual. Pria dan wanita melakukan hubungan pacaran ditunjukkan melalui midang (ngapel), pacaran modern, dan pacaran backstreet (Bennet dalam Wisnuwardhani dan Mashoedi 2012:83). Midang atau ngapel adalah cara
(52)
hubungan berpacaran tradisional di mana pria mendatangi rumah wanita yang merupakan pasangannya. Di mana pria melakukan ngapel dapat dilakukan pada hari apa saja, namun pada umumnya ngapel sering dilakukan pada malam minggu. Ngapel menunjukkan bahwa hubungan pacaran direstui oleh kedua orang tua, baik dari pria maupun wanita. Fungsi utama pacaran adalah agar dapat mengembangkan hubungan interpersonal individu pada hubungan heteroseksual, bahkan pranikah (Wisnuwardhani dan Mashoedi 2012: 83).
2.4
Kerangka Berfikir
Keinginan untuk melakukan kontak dengan orang lain, pada umumnya dilandasi adanya imbalan sosial yang dapat diperoleh individu jika berhubungan dengan orang lain. Kita dapat melakukan analisa terhadap fenomena ini dari dua hal yaitu perbandingan sosial dan dukungan emosional. Berdasarkan analisa perbandingan sosial, kita membutuhkan orang lain sebagai standart untuk mengevaluasi perilaku kita. Sementara hubungan dengan orang lain akan memberikan dukungan emosional dalam bentuk perhatian dan kasih sayang. Selain dua tipe ganjaran utama yang dapat di berikan orang lain terhadap diri kita sebagaimana telah disebutkan di atas, hubungan dengan orang lain dapat memberikan tambahan ganjaran lainnya yaitu, pertama dapat memberikan perasaan positif yang di hubungkan dengan kedekatan (keintiman) hubungan antar pribadi, persahabatan, afeksi, komunikasi dan cinta. Kedua, orang lain dapat memberikan berbagai tipe perhatian kepada kita dalam bentuk penghargaan, pengakuan, status dan sebagainya ( Dayakisni & Hudaniah 2009: 123).
(53)
Montoya dan Horton (2004: 708) menjelaskan bahwa daya tarik berdasarkan evaluasi dari kualitas individu yang pada gilirannya dapat dibuktikan oleh jenis tanda-tanda seperti kesamaan sikap, kualitas positif, dan daya tarik fisik. Setiap individu mempunyai tingkat ketertarikan personal dalam memulai membina hubungan sosial. Puncak pengalaman psikososial ini tercapai pada masa dewasa awal, dimana individu mulai mengkristalisasikan hubungan dengan seorang individu yang paling dicintai, dipercaya, ataupun yang telah dibina sebelumnya
Fenomena yang terjadi pada mahasiswa mengenai pacaran, serta apa yang mereka lihat dari lawan jenis berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan dengan wawancara pada beberapa mahasiswa UNNES didapatkan bahwa mereka berpacaran melihat dari kesan pertama, dapat dilihat dari fisik, penampilan, perilaku, cara bicara, materi. Penulis melakukan interview kepada 8 orang mahasiswa dengan hasil bahwa 6 orang mahasiswi tidak begitu mengutamakan daya tarik fisik dan penampilan, lebih besar pada ketulusannya, kehangatan personal, dan kompetensi. Sedangkan pada mahasiswa hampir mereka mengutamakan daya tarik fisik dan penampilan sedangkan pada ketulusan, kehangatan personal, kompetensi hanya sebagai pelengkap. Seperti yang diungkapkan oleh, AS (21 tahun) mengatakan ketulusan baginya sangat penting, tetapi tidak dipungkiri bahwa fisik juga sebagai salah satu alasan untuk memilih pasangan. AD (21 tahun) mengatakan saya tertarik dengan pasangan saya karena lebih pintar dari saya, dan tulus mencintai saya. WS (22 tahun) mengungkapkan bahwa tertarik dengan pasangannya karena pasangannya cantik. AR (20 tahun)
(54)
mengatakan tertarik dengan pasangannya karena pasangannya lemah lembut dalam berbicara dan keren apabila memakai baju.
Berinteraksi dengan orang lain, membuat perhatian seringkali terfokus pada bagaimana memelihara dan mengarahkan hubungan yang tercipta berdasarkan daya tarik awal untuk selanjutnya akan dapat menimbulkan keintiman dan bahkan cinta. Para ahli psikologi telah banyak mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik seseorang terhadap orang lain. Hal ini disebabkan karena manusia akan berusaha memprioritaskan hubungan antar pribadi sepanjang hidupnya.
Universitas Negeri Semarang merupakan salah satu universitas negeri yang mencetak tenaga pendidik. Di UNNES terdapat delapan fakultas, ditiap fakultas tersebut terdiri dari program pendidikan dan non pendidikan. Ketujuh fakultas itu adalah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), dan Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas Hukum (FH). Sebagaimana telah disebutkan bahwa setiap orang dapat timbul rasa daya tarik pada seseorang yang berbeda-beda dan dapat pula diketahui faktor-faktor penyebabnya, disini penulis meneliti mahasiswa dan mahasiswi UNNES.dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut:
(55)
Gambar 2.1 Kerangka berfikir daya tarik interpersonal
2.5
Hipotesis
Ada perbedaan faktor-faktor daya tarik interpersonal pada mahasiswa UNNES yang berpacaran ditinjau dari jenis kelamin.
Perempuan Laki-laki Daya tarik
interpersonal Faktor-faktor daya tarik Faktor-faktor daya tarik Faktor Situasional Faktor
Personal Faktor
Situasional Faktor Personal 1.Kesamaan karakteristik. 2.Tekanan emosional 3.Harga diri yang rendah 4.Isolasi sosial
1. Kesamaan karakteristik. 2. Tekanan
emosional 3. Harga diri
yang rendah 4.Isolasi sosial 1.Daya tarik fisik 2.Ganjaran 3.Familiarity 4.Kedekatan 5.Kemampuan 1.Daya tarik fisik 2.Ganjaran 3.Familiarity 4.Kedekatan 5.Kemampuan
(56)
39
3. 1 Jenis Penelitian
Penelitian ini mengguanakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2011: 5). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian komparatif merupakan penelitian yang berusaha mencari perbedaan suatu variabel tertentu dari dua buah kelompok atau lebih. Penelitian ini menggunakan pendekatan komparatif kuantitatif untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan faktor-faktor daya tarik interpersonal pada mahasiswa yang berpacaran (penelitian pada mahasiswa UNNES).
3. 2 Variabel Penelitian
3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian
Identifikasi dari variabel perlu dilakukan untuk membantu penetapan rancangan penelitian. Variabel merupakan konsep mengenai atribut atau sikap yang terdapat pada subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif ataupun kualitatif (Azwar 2011: 59). Identifikasi Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel Daya Tarik Interpersonal. Oleh karena penelitian ini menguji komparasi daya tarik interpersonal pada mahasiswa UNNES yang berpacaran maka variabel yang diteliti hanyalah variabel daya tarik interpersonal.
(57)
3.2.2 Definisi Operasional
Definisi operasional dikemukakan dengan tujuan untuk memberi batasan arti variabel penelitian untuk memperjelas makna yang dimaksudkan dan membatasi ruang lingkup, sehingga tidak akan terjadi salah pengertian dalam menginterpretasikan data dan hasil yang telah diperoleh. Penelitian ini hanya memiliki variabel daya tarik interpersonal yang merupakan variabel tergantung. Adapun definisi operasional variabel penelitian ini, adalah sebagai berikut:
Faktor-faktor daya tarik interpersonal pada mahasiswa UNNES yang berpacaran ini adalah sikap kita terhadap orang lain dan suatu evaluasi perasaan yang dibuat seseorang yang merujuk secara khusus keinginan seseorang untuk mendekati orang lain berdasarkan kualitas positif yang dimiliki, dimana setiap individu memiliki derajat perasaan tersendiri yang mungkin berbeda dengan individu lain.
Daya Tarik interpersonal akan diukur dengan faktor-faktor: A.faktor personal
1.Kesamaan karakteristik personal 2.Tekanan Emosional
3.Harga diri yang rendah 4. Isolasi sosial
B.faktor situasional 1. Daya tarik fisik 2. Ganjaran
(58)
4. Kedekatan 5. Kemampuan.
Semakin tinggi skor yang diperoleh dari skala ini, maka perbedaan daya tarik interpersonalnya semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh, maka perbedaan daya taraik interpersonalnya semakin rendah.
3. 3 Populasi dan Sampel
3.3. 1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2010 : 61). Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh mahasiswa UNNES.
Populasi yang akan diteliti mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1. Mahasiswa UNNES
2. Berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. 3. Berpacarn atau memiliki pacar.
3.3. 2 Sampel
Menurut Sugiyono (2010: 62) sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan sampling insidental yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, siapa saja yang secara kebetulan yaitu mahasiswa UNNES yang memiliki pasangan sama-sama mahasiswa UNNES, bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel.
(59)
4. 4 Metode Pengumpulan Data
Metode dan alat pengumpul data merupakan proses yang terpenting dalam penelitian. Data adalah hal yang pokok atau utama dalam setiap penelitian karena data merupakan objek yang diteliti. Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini mengguanakan Skala Psikologi, sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Daya Tarik Interpersonal. Peneliti menggunakan skala psikologi sebagai metode pengumpulan data karena skala psikologi memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari berbagai bentuk alat pengumpul data yang lain seperti angket dan lain sebagainya. Skala psikologi selalu mengacu pada aspek atau atribut afektif. (Azwar 2012: 5) menguraikan beberapa diantara karakteristik skala psikologi yaitu:
a. Stimulusnya berupa pernyataan atau pernyataan yang tidak langsung mengukur atribut yang hendak diukur melainkan mengunggkap indikator perilaku dan atribut yang bersangkutan.
b. Atribut psikologis diungkap secara tidak langsung tetapi melalui indikator-indikator perilaku yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk item sehingga skala psikologi selalu berisi banyak item
c. Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sumgguh. Skor yang diberikan hanyalah kuantitas yang mewakili indikasi adanya atribut yang diukur.
Skala psikologi yang digunakan sebagai alat untuk mengukur penelitian ini adalah skala Daya Tarik Interpersonal. Pernyataan skala ini terdiri dari empat
(60)
alternatif jawaban, yaitu Sangat Sesuai [SS], Sesuai [S], Netral [N], Tidak Sesuai [TS], dan Sangat Tidak Sesuai [STS] (Azwar 2012: 44 ).
Tabel 3.1 Skor Skala Daya Tarik Interpersonal
Jawaban
Skor
Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
Menurut (Azwar 2012: 41) yang dimaksud dengan item favorabel adalah yang berisi konsep keperilakuan yang sesuai, atau menunjukkan ciri adanya atribut yang diukur. Sebaliknya, item yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur disebut item unfavorable.
Adapun rancangan atau blue print skala daya tarik interpersonal dapat dilihat pada tabel berikut:
(61)
Tabel 3.2 Blue Print Skala Daya Tarik Interpersonal Aspek-Aspek
daya tarik interpersonal
Indikator Aitem
Total
Favorable Unfavorable
1.faktor personal
1.Kesamaan
karakteristik 3,18,48 4,5,19 6
2.Tekanan
emosional 1,2,47 20,21,49 6
3.Harga diri
yang rendah 23,45,50 6,22,46 6
4.Isolasi sosial 7,30,54 24,33,51 6 2.faktor
situasional
1.Daya tarik
fisik 8,25,44 9,26,43 6
2.Ganjaran 10,27,42 11,28,52 6
3.Familiarity 12,29,41 13,31,40 6
4.Kedekatan 14,39,53 15,34,38 6
5.Kemampuan 16,35,37 17,32,36 6
Total 27 27 54
3. 5 Validitas dan Reliabilitas
3.5. 1 Validitas
Validitas berasal dari kata validiti yang mempunyai arti yaitu sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur teknik product moment
dengan rumus sebagai berikut (Arikunto 2010 : 213) :
n Y Y n X X n Y X XY rXY ) ( ) ( ) ( ) ( 2 2 2 2
(62)
Keterangan:
rXY: koefisien korelasi antara item dengan skor total X: jumlah nilai tiap-tiap item
Y: jumlah nilai total tiap item
XY: jumlah perkalian skor item dengan skor total item n: jumlah subjek yang diteliti
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diujicobakan pada subjek yang telah ditentukan, dengan tujuan mengetahui tingkat validitas instrumen penelitian. Pelaksanaan uji coba instrumen dilakukan bersama dengan pelaksanaan penelitian yaitu dengan metode tryout terpakai. Penyebaran skala dilakukan hanya sekali dan semua jawaban yang diberikan oleh subjek akan diolah dan dianalisis sebagai hasil penelitian.
Pengujian validitas instrumen penelitian menggunakan bantuan program komputer yaitu Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 17.00 for windows. Item dinyatakan valid apabila derajat signifikansi kurang dari 0,05 atau lebih kecil dari taraf signifikansi 5%, dan sebaliknya item dinyatakan tidak valid apabila memiliki derajat signifikansi lebih dari 0,05 atau lebih besar dari taraf signifikansi 5% dan selanjutnya item tidak valid ini dinyatakan gugur.
Berdasarkan hasil uji validitas diperoleh hasil bahwa skala daya tarik interpersonal yang terdiri dari 54 item, memiliki 42 item yang dinyatakan valid dan 12 item lainnya dinyatakan tidak valid atau gugur. Item yang dinyatakan valid memiliki tingkat signifikansi terendah 0,000 dan tingkat signifikansi paling tinggi
(1)
N 120 VAR00043 Pearson Correlation .070
Sig. (2-tailed) .448
N 120
VAR00044 Pearson Correlation .346**
Sig. (2-tailed) .000
N 120
VAR00045 Pearson Correlation .185*
Sig. (2-tailed) .043
N 120
VAR00046 Pearson Correlation -.082
Sig. (2-tailed) .374
N 120
VAR00047 Pearson Correlation .484**
Sig. (2-tailed) .000
N 120
VAR00048 Pearson Correlation .221*
Sig. (2-tailed) .015
N 120
VAR00049 Pearson Correlation .318**
Sig. (2-tailed) .000
N 120
VAR00050 Pearson Correlation .225*
Sig. (2-tailed) .014
N 120
VAR00051 Pearson Correlation .251**
Sig. (2-tailed) .006
N 120
VAR00052 Pearson Correlation .463**
Sig. (2-tailed) .000
N 120
(2)
Sig. (2-tailed) .003
N 120
VAR00054 Pearson Correlation .200*
Sig. (2-tailed) .028
N 120
total Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 120
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
(3)
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 120 100.0
Excludeda 0 .0
Total 120 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
(4)
LAMPIRAN 4
(5)
Uji asumsi
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Daya Tarik Interpersonal
N 120
Normal Parametersa,,b Mean 118.5417
Std. Deviation 9.97720
Most Extreme Differences Absolute .067
Positive .055
Negative -.067
Kolmogorov-Smirnov Z .729
Asymp. Sig. (2-tailed) .663
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Oneway
Test of Homogeneity of Variances
Daya Tarik Interpersonal
Levene Statistic df1 df2 Sig.
(6)
T-Test
Group Statistics
JK N Mean
Std. Deviation Std. Error Mean Daya Tarik Interpersonal peremp uan
60 119.03 33
8.83745 1.14091
laki-laki 60 118.05 00
11.05368 1.42702
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the
Difference
F Sig. T df
Sig. (2-tailed) Mean Differe nce Std. Error Differe
nce Lower Upper Daya Tarik Interpersona l Equal variances assumed
1.931 .167 .538 118 .591 .98333 1.8270 4 -2.6347 0 4.6013 7 Equal variances not assumed
.538 112. 548
.591 .98333 1.8270 4 -2.6365 2 4.6031 9