Hal-hal yang menentukan Daya Tarik Interpersonal

Pengertian para tokoh mengenai daya tarik interpersonal, maka dapat disimpulkan bahwa daya tarik interpersonal adalah sikap kita terhadap orang lain dan suatu evaluasi perasaan yang dibuat seseorang yang merujuk secara khusus keinginan seseorang untuk mendekati orang lain berdasarkan kualitas positif yang dimiliki, dimana setiap individu memiliki derajat perasaan tersendiri yang mungkin berbeda dengan individu lain.

2.1.2 Hal-hal yang menentukan Daya Tarik Interpersonal

Perjumpaan awal, perhatian sering berfokus pada bagaimana memelihara dan mengarahkan hubungan yang tercipta dari daya tarik awal menjadi hubungan yang lebih akrab. Daya tarik interpersonal memiliki beberapa hal-hal yang menentukan daya tarik yaitu: a. Kedekatan merupakan penentu daya tarik yang penting, orang cenderung menyenangi mereka yang tempat tinggalnya berdekatan. Persahabatan lebih mudah tumbuh di antara tetangga yang berdekatan, atau di antara mahasiswa yang duduk berdampingan Atkinson 2008: 382. Kedekatan-kedekatan secara fisik memiliki pengaruh yang besar terhadap pilihan persahabatan kami. Hal lain dianggap sama, kita cenderung untuk menyukai orang-orang yang secara geografis dekat dengan kita Segal dalam Zanden 1984: 253. Kedekatan juga memainkan bagian dalam pemilihan pasangan. Orang- orang yang tinggal di dekat satu sama lain, pergi ke sekolah yang sama, dan bekerja sama cenderung untuk menikahi satu sama lain. Alfred C. Clarke dalam Zanden 1984 : 255. menegaskan hipotesis ini dalam wawancara dengan 431 pelamar untuk surat nikah selama periode tiga bulan di Colombus, Ohio. Dia menemukan bahwa pada saat kencan pertama, 54 persen dari pasangan tinggal dalam enam belas blok dari satu sama lain. b. Keakraban adalah salah satu alasan bahwa kedekatan dapat menimbulkan rasa senang pada seseorang ialah bahwa kedekatan dapat meningkatkan keakraban Atkinson 2008: 383. c. Kesamaan pada penelitian yang dilakukan pada tahun 1870 mendukung keputusan ini lebih dari 99 persen pasangan suami-istri di AS terdiri atas ras yang sama; 94 persen beragama sama. Lagi pula, penelitian statistik menunjukkan bahwa suami-istri sangat mirip satu sama lain, tidak hanya dengan ciri sosiologis seperti usia, ras, agama, pendidikan, dan kelas sosioekonomi tetapi juga dalam hal ciri fisik seperti tinggi, warna mata, dan ciri psikologis seperti intelegensi Rubin dalam Atkinson 2008: 384. Salah satu alasan bahwa kemiripan dapat menimbulkan rasa suka adalah bahwa orang lain yang menghargai pendapat dan pilihan mereka sendiri dan senang bergaul dengn mereka yang cocok dengan pilihannya, mungkin dapat menaikkan harga diri mereka dalam proses tersebut Atkinson 2008: 384. d. Daya tarik fisik kebanyakan kita sering bersikap tidak adil dengan memungkinkan penampilan, fisik seseorang sebagai penentu seberapa jauh orang dapat menyukai dirinya Atkinson 2008: 385. Banyak penelitian mengungkapkan bahwa kita cenderung menyukai orang lain yang mirip dengan kita. Dalam percobaan setelah percobaan, subyek mengatakan bahwa mereka menyukai orang-orang yang eksperimen menunjukkan dekat dengan mereka dalam keyakinan dan sikap. Sebaliknya, mereka kurang menguntungkan terhadap orang-orang yang tidak setuju dengan mereka. Studi pernikahan juga menunjukkan kecenderungan ingin menikah seperti. Lebih dari seratus penelitian telah dilakukan pada homogamy. Mereka telah berurusan dengan karakteristik yang beragam seperti usia, ras, agama, kebangsaan, kelas sosial, sikap sosial, pendidikan, status perkawinan sebelumnya, kecerdasan, neurotisisme, kestabilan emosi, tuli, kesehatan, dan tinggi fisik. Dengan beberapa pengecualian, orang yang mirip menikah lebih sering dari yang diharapkan secara kebetulan. Para ahli psikologi telah banyak mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik seseorang terhadap orang lain. Hal ini disebabkan karena manusia akan berusaha untuk memprioritaskan hubungan antarpribadi sepanjang hidupnya. Kecenderungan untuk berafiliasi keinginan untuk berada bersama dengan orang lain memang cukup kuat bagi kebanyakan orang. Hal ini sebenarnya sudah terjadi semenjak masa bayi, dimana bayi mulai membangun rasa kasih sayang yang kuat pada satu orang dewasa atau lebih. Pada dasarnya faktor-faktor yang mendukung daya tarik interpersonal secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu faktor personal dan situasional. Pada umumnya beberapa faktor yang dianggap sangat penting dalam menentukan daya tarik interpersonal Dayakisni Hudaniah 2009: 124 adalah: a. Kesamaan similarity Kita cenderung menyukai orang yang sama dengan kita dalam sikap, nilai, minat, latar belakang, dan kepribadian. Ada berbagai alasan yang dikemukakan, kesamaan menjadi faktor penting sebagai penentu daya tarik interpersonal: Pertama, menurut acuan Konsistensi Kognitif dari Heider, jika kita menyukai orang, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita. Hal ini, supaya seluruh unsur kognitif kita konsisten. Anda resah kalau orang yang anda sukai menyukai apa yang anda benci. Kedua, Don Byrne menunjukan hubungan linear antara daya tarik dengan kesamaan, dengan menggunakan teori peneguhan dari Behaviorisme. Persepsi tentang adanya kesamaan mendatangkan ganjaran, dan perbedaan tidak mengenakkan. Kesamaan sikap orang lain dengan kita memperteguh kemampuan kita dalam menafsirkan realitas sosial. Orang yang mempunyai kesamaan dengan kita cenderung menyetujui gagasan kita dan mendukung keyakinan kita tentang kebenaran pandangan kita. Ketiga, pengetahuan bahwa orang lain adalah sama dengan anda, menyebabkan anda mengantisipasi bahwa interaksi di masa datang akan positif dan memberi ganjaran. Terakhir, kita cenderung berinteraksi lebih akrab dengan orang yang memiliki kesamaan dengan kita, merekapun juga menjadi lebih kenal dengan kita. Perbedaan kepribadian dapat menjadi moderator bagi efek kesamaan ini. Leonard menemukan bahwa kesamaan sebenarnya akan mengurangi ketertarikan ketika orang memiliki konsep diri yang negatif. Orang yang memiliki konsep diri rendah lebih tertarik dengan orang-orang yang tidak sama dengan mereka. Jamieson, Lydon, dan Zanna menemukan bahwa individu yang memiliki self-monitoring rendah lebih dipengaruhi oleh kesamaan sikap. Sebaliknya high self-monitors tertarik kepada orang lain yang memiliki kesamaan pada aktivitas yang mereka sukai dari pada kesamaan dalam sikap dan nilai. b. Kedekatan proximity Orang cenderung menyukai mereka yang tempat tinggalnya berdekatan. Persahabatan lebih mudah timbul tumbuh diantara tetangga yang berdekatan. Atau diantara mahasiswa yang berdekatan. Yang membuat orang berdekatan, Pertama, kedekatan biasanya meningkatkan keakraban. Kita lebih sering berjumpa dengan tetangga sebelah kita dari pada orang yang ada di jalan. Eksposur yang berulang ini dapat meningkatkan rasa suka. Kedua, kedekatan sering berkaitan dengan kesamaan. Ketiga, orang yang dekat secara fisik lebih mudah di dapat dari pada orang yang jauh. Kemudahan ini mempengaruhi keseimbangan ganjaran dan kerugian interaksi. Hal ini sesuai dengan persepsi teori pertukaran sosial. Di perlukan sedikit usaha untuk mengobrol dengan tetangga sebelah. Sebaiknya, hubungan jarak jauh membutuhkan waktu, perencanaan dan biaya yang relatif tinggi. Keempat, berdasar teori Konsistensi Kognitif kita berusaha mempertahankan keseimbangan antara hubungan perasaan dan hubungan kesatuan. Secara lebih spesifik, kita di motifasi untuk menyukai orang yang ada kaitannya dengan kita dan untuk mencari kedekatan dengan orang yang kita sukai. Tinggal atau bekerja berdampingan dengan orang yang tidak kita sukai akan menimbulkan tekanan psikologik, sehingga kita mengalami tekanan kognitif untuk menyukai orang yang ada hubungannya dengan kita. Kelima, orang memiliki harapan untuk berinteraksi lebih sering dengan mereka yang tinggal paling dekat dengannya. Hal ini, menyebabkan ia cenderung untuk menekankan aspek-aspek positif dan meminimalkan aspek negatif dari hubungan itu sehingga hubungan di masa datang akan lebih menyenangkan. c. Keakraban Familiarity Keakraban berhadapan dengan seseorang akan meningkatkan rasa suka kita terhadap orang itu. Robert Zajonc perintis dari riset tentang: efek terpaan”mere exposure effect. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa orang mengembangkan perasaan positif pada obyek dan individu yang sering mereka lihat. d. Daya tarik fisik Dalam masyarakaat kita biasanya muncul setereotip daya tarik fisik, yang mengasumsikan bahwa “apa yang cantik adalah baik”. Berdasar hanya pengamatan sepintas, orang akan membuat suatu kesimpulan tentang sejumlah asumsi kepribadian dan kompetensi, berdasar hanya semata-mata hanya pada penampilan. Penelitian Dion, Berscheid, dan Walster dalam Dayakisni dan Hudaniyah 2009: 126 tentang penilaian orang pada wajah cantik, membuktikan bahwa mereka cenderung di nilai akan lebih berhasil dalam hidupnya, dan di anggap memiliki sifat-sifat baik. Beberapa penelitian lain mengungkapkan bahwa karangan orang yang di pandang cantik di nilai lebih baik dari pada karangan serupa yang dibuat oleh orang yang di pandang jelek. Orang cantik atau tampan juga lebih efektif dalam mempengaruhi pendapat orang lain, dan biasanya diperlakukan lebih sopan. Daya tarik fisik menjadi salah satu factor penting, Salah satu alasannya karena sebagaimana ras dan jenis kelamin, penampilan fisik adalah sumber informasi yang tampak dan dengan cepat mudah didapat. Jika informasi karakteristik personal lain seperti inteligensi atau kebaikan hati tidak cepat tersedia dan kurang menonjol. Demikian juga, kecantikan bagi pasangan dapat meningkatkaan harga diri “radiating beauty effect”. Meskipun penampilan fisik mungkin juga akan berakibat negatif, artinnya seseorang yang dikelilingi orang cantik nampak menjadi kurang menarik karena adanya proses perbandingan. Hal ini disebabkan adanya “contrast effect”. Daya tarik fisik sendiri dapat mempengaruhi kepribadian si pemiliknya. Dayakisni dan Hudaniyah 2009: 127 menyatakan bahwa kita dapat mengidentifikasikan tiga faktor sosial yang berkaitan dengan daya tarik fisik. Pertama, orang-orang memiliki haraapan yang berbeda tentang individu yang menarik penampilan fisiknya dengan yang tidak. Kedua, orang-orang yang secara fisik menarik menerima perlakuan yang berbeda dan lebih mendapaatkan keberuntungan dalam pertukaran sosial. Ketiga, perlakuan yang berbeda akan mengarahkan pada perbedaan kepribadian dan ketrampilan sosial social skill, barangkali ini di sebabkan oleh keinginan memenuhi buat diri sendiri self- fulfilling prophecy. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki daya tarik fisik cenderung memiliki harga diri tinggi dari pada anak yang kurang menarik fisiknya dan cenderung kurang agresif dibandingkan anak- anak yang kurang menarik. Selain itu, mereka cenderung memiliki hubungan yang lebih baik, lebih arsetif dan percaya diri. e. Kemampuan ability Menurut teori Pertukaran Sosial dan Reinforcement, ketika orang lain memberi ganjaran atau konsekuensi positif pada kita, maka kita cenderung ingin bersamanya dan menyukainya. Orang yang mampu, kompeten dan pintar dapat memberi beberpa ganjaran keuntungan kepada kita. Mereka dapat membantu kita dalam menyelesaikan masalah, memberikan nasihat, membantu kita menafsirka kejadian-kejadian yang ada, dan sebagainya. Hal ini menyebabkan orang yang tidak kompeten atau tidak pintar. Suatu perkecualian yang menarik adalah hasil telah Aronson, Willerman Floyd dalam Dayakisni dan Hudaniyah 2009: 128 yang menemukan orang yang paling disenangi justru orang yang memiliki kemampuan yang tinggi tetapi menunjukkan beberapa kelemahan. Ia menciptakan empat kondisi eksperimental: 1 orang yang memiliki kemampuan tinggi dan berbuat salah; 2 berkemampuan tinggi tapi tidak berbuat salah; 3 orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah; 4 orang yang berkemampuan rata-rata dan tidak berbuat salah. Orang pertama dinilai paling menarik, dan orang ketiga yang dinilai paling tidak menarik.orang yang sempurna tanpa kesalahan adalah yang kedua dalam hal daya tarik. Dan orang biasa yang tidak berbuat salah menduduki urutan yang ketiga. Tetapi beberapa penelitian berikutnya, kebanyakan menunjukan bahwa suatu kesalahan mengurangi daya bahkan hal itu terjadi pada orang yang memiliki kompetensi tinggi Brigham dalam Dayakisni dan Hudaniyah 2009: 128. f. Tekanan emosional stress Bila orang berada dalam situasi yang mencemaskan atau menakutkan, ia cenderung menginginkan kehadiran orang lain. Sehingga timbul rasa suka pada orang tersebut. Hasil penelitian Schater menunjukkan bahwa subyek denga rasa takut tinggi lebih ingin berafiliasi dibandingkan subyek dengan rasa takut rendah. Semakin besar rasa takut, semakin besar kecenderungan untuk berafiliasi. Pertanyaan yang diajukan: proses psikologik apa yang terdapat pada orang itu, sehingga terjadi hal demikian, Dua kemungkinan telah diselidiki. Pertama, adalah hipotesis pengalihan: orang yang takut berafiliasi untuk mengalihkan pikiran dari masalah yang mereka hadapi. Dalam hal ini tidak dipersoalkan dengan siapa mereka berafiliasi. Kedua, adalah hipotesis yang di ajukan teori perbandingan sosial social-comparasion Theory: orang berafiliasi untuk membandingkan perasaan merka sendiri dengan perasaan orang lain dalam situasi yang sama. Bila kita dalam situasi yang baru atau luar biasa dan tidak mempunyai kepastian tentang bagaimana kita bereaksi, kita meminta bantuan orang lain sebagai sumber informasi. Dalam hal ini, penting bagi kita untuk berafiliasi hanya dengan orang yang menghadapi situasi yang sama. Beberapa telah menguji kemampuan ini, dan hasilnya tetap mendukung hipotesis perbandingan sosial, g. Munculnya perasaanmood yang positif atau positive emotional arousal Kita cenderung tertarik atau suka kepada orang lain dimana kehadirannya berbarengan dengan munculnya perasaan positif, bahkan meski perasaan positif yang muncul tidak berkaitan dengan perilaku orang tersebut. Bebrapa telah menunjukan bahwa kita cenderung tertarik pada orang-orang yan kita jumpai saat sekeliling kita menyenangkan. Misalnya, orang lebih menilai positif orang lain ketiak mereka duduk bersama dalam ruang dengan suhu yang nyaman dari pada dalm ruang yang panas Griffit dalam Dayakisni dan Hudaniyah 2009:129. Sebaliknya, keterkaitan kepada orang lain berkurang ketika sekeliling kita padat, bising atau tercemar. h. Harga diri yang rendah Hasil penelitian Elaine Walster menarik kesimpulan, bila harga diri di rendahkan, hasrat afiliasi bergabung orang lain bertambah, dan ia makin responsif untuk menerima kasih sayang orang lain. i. Kesukaan secara timbal balik Reciprocal liking Ketika kita mengetahui orang lain menyukai kita, maka kita dapat mengharapkan ganjaran reward dari mereka. Karena itu, mengetahui kita disukai merupakan ganjaran yang menguatkan. Kita dapat mengharapkan orang lain akan membantu kita di masa yang akan datang, dan kita juga akan menglami perasaan baik atau positif menghadapi suatu kenyataan bahwa orang lain cukup memikirkan tentang kita menjadi seorang teman meningkatkan harga diri. Karena itu kesukaan menghasilkan kesukaan. Persahabatan biasanya memberikan arti bahwa persahabatan itu akan kembali lagi. Hubungan timbal balik merupakan sesuatu yang komplek. Beberapa studi mengemukakan bahwa perceived reciprocity seberapa banyak berfikir seseorang menyukai kita adalah lebih penting dari pada actual reciprocity seberapa banyak seseorang sebenarnya menyukai kita. Beberpa hasil penelitian membuktikan bahwa orang pada umumnya menyukai seseorang yang menyukai dirinya, bahkan ketika rasa suka itu tidak secara langsung timbal balik. Sebagai ilustrasi, hasil penelitian Curtis Miller dalam Dayakisni 2009:130 menemukan bahwa orang yang secara salah dibimbing pada suatu keyakinan bahwa subyek lain menyukai mereka, maka ia akan lebih setuju dengan subyek lain itu, lebih mengungkapkan diri, dan lebih memiliki nada suara dan sikap yang pada umumnya positif pada subyek itu, dari pada mereka yang tidak di bimbing pada suatu keyakinan bahwa mereka disukai. Orang pertama, ternyata perilakunya yang demikian itu membimbing pada perilaku positif yang timbal balik oleh subyek lain itu dan meningkatkan kesukaan diantara merka. Dengan demikian terjadi fenomena self- fulfilling prophecy yaitu keyakinan kita merasa disukai orang lain mungkin menyebabkan kita berperilaku dalam cara-cara yang menyenangkan orang lain tersebut sehingga menyebabkan orang lain pun akhirnya juga menyukai kita. j. Ketika yang Berlawanan Saling Tertarik: Saling Melengkapi complementary Kita telah melihat bahwa kesamaan sikap dan nilai mendorong meningkatnya daya tarik. Tetapi dengan sadistis dan masokisme keduannya tampak tak benar-benar sama, yang satu menyukai untuk melukai orang lain tetapi lainnya justru senang di perlakukan kasar oleh orang lain, disini nampaknya ada daya tarik yang berlawanan. Individu yang memiliki kepribadian dominan tidak akan berhubungan lebih lama dengan orang lain yang dominan juga. Individu yang dominan membutuhkan partner atau pasangan yang submisif yang akan membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan di antara mereka. Perilaku yang saling melengkapi adalah mungkin untuk tingkah laku dominan-submisif Strong, dkk. dalam Dayakisni dan Hudaniyah 2009:131. Complementary need theory mengatakan ada beberapa tipe hubungan dekat, misalnya perkawinan yang mungkin mensyaratkan sistem saling melengkapi semacam itu agar dapat berhasil. Tetapi dalam hubungan semacam itu, walaupun kebutuhannya berbeda yang satu dominan, yang lain submisif, namun hal ini masih dapat dipandang sebagai kasus kesamaan yang spesifik, karena kedua pasangan memiliki kesamaan pandangan atau sama-sama setuju mengenai peran-peran yang akan dipenuhi masing-masing pihak. Mereka setidaknya memiliki kesamaan sikap tentang bagaimana hubungan itu di kembangkan, mereka mungkin menjadi teman baik, kaarena mereka membutuhkan satu sama lain untuk memuaskan keingina mereka. Saling melengkapi mungkin penting dalam hubungan saling tukar menukar untuk jangka pendek dalam kondisi-kondisi tertentu, seperti ketika orang tidak jelas memahami apa yang mereka duga untuk dilakukan. Untuk mendapatkan ide-ide baru, mereka mungkin lebih suka berinteraksi dengan orang yang tak sama yang melihat sesuatu secara berbeda dan yang mungkin dapat memberi mereka interprestasi baru tentang kejadian-kejadian yang masih teka-teki bagi mereka. Selanjutnya secara lebih khusus hal-hal yang menentukan daya tarik interpersonal oleh ahli lain disebut sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik interpersonal diantaranya Rakhmat 2007: 111 : a. Kesamaan karakteristik personal Kesamaan karakteristik personal dimulai dari percakapan mulai dari masalah-masalah demografis di mana tinggal, pekerjaan sampai masalah- masalah politik. Apabila obrolan yang berlangsung sama-sama menyukai tenis, sama-sama menyukai Rhoma Irama dan sama-sama lulus UNPAD, maka akan saling menyukai dan begitupula sebaliknya, apabila tidak memiliki kesamaan rasa suka tidak akan muncul. Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat sosioekonomis, agama, ideologis, cenderung saling menyukai. Reader dan English mengukur kepribadian subjek-subjeknya dengan rangkaian tes kepribadian. Ditemukan, mereka yang bersahabat menunjukkan korelasi yang erat dalam kepribadiannya. Penelitian tentang pengaruh kesamaan ini banyak dilakukan dengan berbagai kerangka teori. Menurut teori Cognitive Consistency dari Fritz Heider, manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan perilakunya. Heider mengemukak an “kita cenderung menyukai orang, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita, dan jika kita menyukai orang, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita.” Kita ingin memiliki sikap yang sama dengan orang yang kita sukai, supaya seluruh unsur kognitif kita konsisten. Asas kesamaan ini pada kenyataan bukanlah satu-satunya determinan atraksi. Atraksi interpersonal akhirnya merupakan gabungan dari efek keseluruhan interaksi diantara individu. Bagi komunikator, lebih tepat untuk memulai komunikasi dengan mencari kesamaan di antara semua peserta komunikasi. b. Tekanan Emosional Bila orang berada dalam keadaan yang mencemaskannya atau harus memikul emosionalnya, ia akan menginginkan kehadiran orang lain. Stanley Schachter membuktikan pernyataan di atas dengan sebuah eksperimen. Ia mengumpulkan dua kelompok mahasiswi. Kepada kelompok pertama diberitahukan bahwa mereka akan menjadi subjek eksperimen yang meneliti kejutan listrik yamg sangat menyakitkan. Kepada kelompok kedua diberitahukan bahwa mereka hanya akan mendapatkan kejutan ringan saja. Schachter menemukan di antara subjek pada kelompok pertama, 63 persen ingin menunggu bersama orang lain, dan di antara subjek kelompok kedua hanya 33 persen yang memerlukan sahabat. Schachter menyimpulkan bahwa situasi penimbul cemas meningkatkan kebutuhan akan kasih sayang. Orang-orang yang pernah mengalami penderitaan bersama-sama akan membentuk kelompok yang solidaritas tinggi. c. Harga diri yang rendah Elaine Walster membayar beberapa orang mahasiswi untuk menjadi peserta dalam penelitian tentang kepribadian. Sesuai dengan rancangan penelitian, sebelum eksperimen dimulai, subjek “secara kebetulan”sebetulnya tidak berjumpa dengan seseorang mahasiswa yang bermaksud menemui peneliti. Terjadilah percakapan sambil menunggu kedatangan peneliti. Mahasiswa menunjukkan minat yang besar pada mahasiswi itu. Mereka mengobrol selama 15 menit, dan sang perjaka mengajak berkencan. Setelah itu, sujek diberi tes kepribadian, sebagian subjek diberi penilaian yang positif misalnya, kepribadian dewasa, orisinal, dan sensitif, setengahnya lagi diberi penilaian negatif misalnya, belum dewasa, antisosial tidak memiliki bakat kepemimpinan. Maksud Walster, sebagian ditinggikan harga dirinya, sebagian lagi direndahkan. Kemudian, mereka diminta memberikan penilaian sejujur-jujurnya pada lima orang, termasuk laki- laki yang mengajak mengobrol. Ternyata, mahasiswi yang direndahkan harga dirinya cenderung lebih menyenangi laki-laki itu. Menurut kesimpulan Walster, bila harga diri direndahkan, hasrat afiliasi bergabung dengan yang lain bertambah, dan ia makin responsif untuk menerima kasih sayang orang lain. Orang yang rendah diri mudah mencintai orang lain. d. Isolasi sosial Isolasi sosial adalah pengalaman yang tidak enak. Beberapa orang peneliti telah menunjukkan bahwa tingkat isolasi sosial amat besar pengaruhnya terhadap kesukaan kita pada orang lain. Menurut Rakhmat 2007: 111 faktor-aktor situasional yang mempengaruhi daya tarik interpersonal a. Daya tarik fisik menjadi penyebab utama daya tarik interpersonal, senang pada orang-orang yang tampan dan cantik. Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa daya tarik fisik sering menjadi penyebab utama daya tarik interpersonal. Kita senang pada orang-orang yang tampan atau cantik. Mereka, pada gilirannya sangat mudah memperoleh perhatian orang. b. Ganjaran itu berupa bantuan, dorongan morel, pujian, atau hal-hal yang meningkatkan harga diri. Kita akan menyukai orang yang menyukai kita; kita akan menyenangi orang yang memuji kita. Menurut teori pertukaran sosial, interaksi sosial adalah semacam transaksi dagang. Kita akan melanjutkan interaksi bila laba lebih banyak dari biaya. Atraksi, dengan demikian, timbul pada interaksi yang banyak mendatangkan laba. Bila pergaulan saya dengan anda sangat menyenangkan, sangat menguntungkan dari segi psikologis atau ekonomis, kita akan saling menyenangi. c. Familiarity, artinya sudah mengenali dengan baik. Prinsip familiarity dicermikan dalam pribahasa indonesia, “kalau tak kenal, maka tak sayang” witing tresno jalaran soko kulino jika kita sering berjumpa dengan seseorang asal tidak ada hal-hal lain kita akan menyukainya. d. Kedekatan, menyenangi apabila saling berdekatan persahabatan lebih mudah tumbuh diantara tetangga yang berdekata, atau di antara mahasisiwa yang duduk berdampingan. Bahwa orang yang berdekatan tempat saling menyukai, sering dianggap hal hal yang biasa. Dari segi psikologis, ini hal yang luar biasa bagaiman tempat yang keliatannya netral mampu mempengaruhi tatanan psikologis manusia. e. Kemampuan, cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi dari pada kita, atau lebih berhasil dalam kehidupanya. Arason menemukan dalam penelitian yang dilakukannya, bahwa yang paling disenangi adalah orang yang memiliki kemampuan tinggi tetapi menunjukkan beberapa kelemahan. Ia menciptakan empat kondisi eksperimental; 1 orang yang memiliki kemampuan tinggi dan berbuat salah; 2 berkemampuan tinggi tapi tidak berbuat salah; 3 orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah; dan 4 orang yang berkemampuan rata-rata dan tidak berbuat salah. Orang yang pertama dinilai paling menarik, dan orang ketiga dinilai paling tidak menarik. Orang yang sempurna tanpa kesalahan adalah orang kedua dalam hal daya tarik. Dan orang biasa yang tidak berbuat salah, menduduki urutan ketiga. Jadi jika anda cerdas, tampan, dan serba bisa, usahakanlah supaya anda jangan terlalu sempurna, tunjukkan kelemahan anda. Sebab, kalau anda sempurna betul, anda bukan “man” lagi tapi “superman”.

2.1.3 Prinsip Daya Tarik Interpersonal