Di antara sebab utama mengapa laki-laki diserahi tanggung jawab sebagai pemimpin adalah karena kekuatan fisiknya, kemampuan
melindungi dari serangan musuh, dan mampu mencari nafkah, tanggung jawab mencari nafkah untuk memenuhi segala apa yang
dibutuhkan oleh istrinya, anak-anaknya, dan segenap keluarganya Hamid, 1996 : 160.
2. Ketaatan Istri terhadap Suami
Selanjutnya wanita-wanita yang saleh dalam ayat tersebut adalah wanita-wanita yang taat kepada Allah dan suaminya.Wanita-wanita itu
memelihara hak suaminya, menjaga farjinya, serta memelihara rahasia dan barang-barang
suaminya, karena
Allah telah
memelihara mereka.Maksudnya, Allah menjaga dan memberikan pertolongan kepada
wanita-wanita. Atau, Allah telah berpesan dan melarang wanita-wanita agar tidak berselisih Busthomi, 2000 : 34-35.
Hak pertama atas suami atas isterinya adalah ketaatan. Allah telah mempercayakan kepemimpinan keluarga kepadanya, dan semua anggota
keluarganya wajib menaatinya, sehingga ia dapat melaksanakan tugas kepemimpinan itu dengan mudah dan gampang tanpa menemui hambatan
Mahmud, 1991 : 148. Seorang istri wajib taat kepada seorang suaminya, begitu juga tinggal
di rumah suaminya, mengelola dan mengatur rumahnya serta menjaga dan mendidik anak-anaknya.Nabi bersabda
“Seorang suami adalah pemimpin
di rumahnya maka ia pun harus bertanggung jawab atas apa yang
dipimpinnya.Sedangkan seorang istri juga pemimpin di rumah suaminya,
dan ia harus bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.”Hamid, 1996: 135.
Wanita-wanita yang kamu khawatiri
musyuz
nya, maka nasehatilah mereka. Maksudnya, wanita-wanita yang kamu sangka meninggalkan
kewajiban bersuami istri, seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya dan menentang kamu dengan sombong, nasehatilah mereka dengan
menakut-nakuti akan siksaan Allah. Memberikan nasehat di sini hukumnya sunah. Seperti seorang suami berkata kepada istrinya,
“Takutlah kamu kepada Allah atas hak yang wajib kamu penuhi kepadaku, dan takutlah kamu akan siksaan Allah.”
Suami juga hendaknya menjelaskan kepada istri bahwa perbuatan
nusyuz
itu dapat menggugurkan nafkah dan giliran. Nasehat itu tidak boleh disertai dengan mendiamkan dan memukul istri. Kalau istri menampakkan
uzumnya atau bertobat dan apa yang telah diperbuatnya tanpa uzur, maka suami disunatkan mengingatkan istri tentang hadis Bukhari dan Muslim
bahwa Nabi SAW, bersabda:
Artinya: “Jika istri itu bermalam meninggalkan tempat tidur suaminbya,
maka para malaikat mengutuknya hingga pagi.” HR. Bukhori, t.t, juz. 3: 260.
Demikian sebagaimana disebutkan di dalam syarah Nihayah‟ala
Ghayah
. Maksud “Dan pisahkanlah diri dari tempat tidur mereka” adalah
bahwa para suami diperintahkan meninggal para istri dari tempat tidurnya, bukan mendiamkan bicara dan memukul, sebab memisahkan diri dari
tempat tidur itu memberikan dampak yang jelas dalam mendidik para wanita.
Kata “Dan pukullah mereka”, maksudnya adalah bahwa wanita- wanita yang
nusyuz
itu boleh dipukul dengan pukulan yang tidak menyakitkan tubuh. Hal itu dilakukan kalau memang membawa faedah.
Jika tidak, maka tidak perlu melakukan pemukulan. Jika akan memukul, tidak boleh sampai memukul muka dan anggota tubuh yang dapat
menjadikan kerusakan tubuh. Tetapi memukul yang wajar saja.Bahkan yang lebih baik hendaknya suami memaafkan.Berbeda dengan wali anak
kecil, itu lebih baik tidak memaafkan. Sebab, wali yang memukul anaknya yang masih kecil itu justru membawa kemaslahatan untuk mendidik anak.
Sedangkan pukulan suami terhadap istri, kemaslahatannya untuk dirinya sendiri. Menurut Imam Rafi‟i, istri itu boleh dipukul kalau berkali-kali
musyuz.
Tetapi menurut Imam Nawawi, istri itu boleh dipukul meskipun tidak berulang kali
nusyuzi,
jika memang dapat memberikan faedah. Tafsir ayat ini menurut Nawawi de
mikian, “Wanita-wanita yang kalau kamu khawatiri
nusyuz
nya, maka jika mereka ternyata
nusyuz
, pisahkanlah diri dari tempat tidur mereka dan pukullah mereka.”Maka
“Takhaafuuna yang kamu khawatiri di sini adalah Ta‟alamuuna kamu ketahui, yakni kamu melihat
nusyuz
istri itu, mengecualikan ketika
terdapat tanda-tanda
nusyuzi
dengan sebab ucapan. Seprti istri menjawab suaminya dengan perkataan yang kasar setelah bicara yang halus. Atau
sebab perbuatan, seperti suami melihat istri berpaling dan cemberut setelah ia menghadapkan muka dengan bermuka manis. Jika hal ini terdapat
tanda-tanda
nusyuz
, maka
suami agar
menasehatinya. Jangan
meninggalkan dan jangan memukul Busthomi, 2000: 35-36.
3. Pahala Laki-laki dan Wanita
Syaikh Nawawi mendasarkan hal ini sesuai firman Allah dalam QS. An-
Nisa‟: 32:
Artinya: “Bagi orang laki
-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan dan bagi para wanita ada bagian dariapa yang mereka
usahakan.” Maksudnya, bagi para lelaki itu memperoleh pahala dari amal
jihad yang dilakukannya, bagi para wanita juga punya hak memperoleh pahala dari apa yang diperbuatnya, yaitu menjaga farjinya, serta taat
kepada Allah dan suaminya. Jadi para laki-laki dan wanita, dalam urusan pahala di akhirat memperoleh hak yang sama. Hal itu karena
pahala satu kebaikan dilipatkan sepuluh kali, itu berlaku bagi para laki- laki dan perempuan, kelebihan para laki-laki mengalahkan dan
menguasai wanita itu hanya di dunia. Demikian menurut Syaikh Sarbini dalam Tafsirnya Busthomi, 2000: 39-40.
Sang istri juga mendapatkan pahala seperti pahala seorang laki- laki yang berjihad, dengan cara berlaku baik kepada suami dan
membina keluarganya. Suami bisa menjadi sebab datangnya pahala tersebut jika dia meniatkannya Malik, 2010: 19.
4. Harta Suami
Bahasan selanjutnya, para wanita sebaiknya mengetahui bahwa dirinya seperti sahaya yang dimiliki suami dan tawanan yang lemah tak
berdaya dalam kekuasaan suami, maka wanita tidak boleh membelanjakan suami untuk apa saja kecuali dengan izinnya. Bahkan
mayoritas ulama mengatakan istri itu mendapatkan izin suami, karena istri itu seperti orang yang tertahan perbelanjaannya karena suami
Busthomi, 2000: 41.
Diantara hak suami dari isterinya adalah penjagaan isteri atas kekayaan suaminya. Ia juga harus mengatur pengeluarannya selama
masih dalam batas ketaatan kepada suaminya. Isteri tidak diperkenankan membelanjakan sesuatu atau memberi seseorang dari harta suaminya
kecuali dengan izin suaminya dan yakin bahwa ia rela untuk urusan itu Mahmud, 1991: 151.
5. Istri dan Rasa Malu
Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa istri wajib merasa malu terhadap suami, tidak berani menentang, menundukkan muka dan
pandangannya dihadapan suami, taat kepada suami ketika diperintah apa saja kecuali maksiat, diam ketika suami berbicara, menjemput
kedatangan suami ketika keluar rumah, menampakkan cintanya kepada suami ketika suami mendekatinya, menyenangkan suami ketika akan
tidur, mengenakan harum-haruman, membiasakan merawat mulut dari bau yang tidak menyenangkan dengan misik dan harum-haruman,
membersihkan pakaian, membiasakan berhias diri dihadapan suami dan tidak boleh berhias bila ditinggal suami Busthomi, 2000:41.
6. Pemberian kepada Orang Lain
Kitab tersebut juga menyebutkan bahwa istri hendaknya tidak berhianat pada suami ketika suami sedang pergi dari tempat tidurnya,
istri tidak boleh menyelewengkan harta suami. Rasulullah SAW, bersabda :
Artinya :“Istri tidak boleh memberi makan orang lain dari rumah
suaminya tanpa izinnya, kecuali makanan basah-basah yang dikhawatirkan basi. Jika ia memberi makan dari izin suaminya, maka ia
memperoleh pahala seperti pahala suaminya, dan jika ia memberi makan tanpa seizin suaminya, maka suaminya mendapat pahala,
sedangkan istri mendapat dosa.”HR Abu Dawud, t.t., juz. 2:131
7. Memuliakan Keluarga Suami
Selanjutnya istri hendaknya memuliakan keluarga suami dan famili-familinya sekalipun berupa ucapan yang baik. Istri juga harus
memandang pemberian sedikit dari suami sebagai hal yang banyak, menerima perbuatan suami, memandang utama dan bersyukur atas sikap
suami, dan tidak boleh menolak permintaan sekalipun dipunggung unta Bustomi, 2000 : 12.
8. Adab Persetubuh
Menurut Syaikh Nawawi seorang suami tidak boleh menyetubuhi istri dihadapan lelaki atau wanita lain. Pada waktu suami ingin
mengumpuli istri disunahkan memulai dengan membaca
basmalah
, surat ikhlash, kalimat terakhir dan tahlil serta membaca doa sesuai sabda Nabi
Muhammad SAW.
Artinya : “sesungguhnya kalau seorang dari kamu mendatangi istrinya,
hendaklah ia membaca Allahuma jannihnisy, syaithaana wa jannibisy syaithanna maa razaqtanaa Ya Allah, jauhkanlah diriku dari syaitan
dan jauhkanlah setan dari apa yang telah engkau rezekikan kepada kami maka jika dari keduanya melahirkan anak, setan tidak dapat
berbuat bahaya.” HR. Muslim, t.t., juz 1:606
Jika anda telah mendekati organisme, maka bacalah do‟a dalam hati dengan menggerakkan bibir anda :
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dari
air, lalu dijadikan manusia itu punya keturunan dan mushaharah dan
Tuhanmu adalah maha Esa.”
Suami istri yang melakukan persetubuhan tidak boleh menghadap kiblat.Jangan bersenggama menghadap kiblat, karena memuliakan
kiblat.Ketika bersenggama hendaknya menutupi tubuhnya dan tubuh istrinya dengan selimut Busthomi, 2000: 44.
Beberapa adab bercampur dalam Islam: 1.
Suami dilarang membayangkan orang lain ketika bercampur dengan istrinya, karena hal itu termasuk zina, begitu pula larangan ini
berlaku untuk isteri. Para ulama „berpendapat: “Barang siapa mengambil segelas air putih lalu meminumnya dan pada saat yang
sama ia membayangkan air putih tersebut adalah khamr, maka air yang ia minum itu haram baginya.”
2. Percampuran itu boleh dilakukan setiap bulan, setiap waktu, atau
setiap hari, atau pada setiap siang dan malam, kecuali waktu haid, nifas, puasa, dan ihram. Sedangkan mandi jumat adalah
sunah muakkad
, meskipun tidak didahului dengan percampuran. 3.
Suami dilarang memegang penisnya dengan tangan kanan, dan dilarang mendatangi isterinya setelah ia bermimpi bercampur
dengan orang lain, kecuali setelah ia mandi, mencuci penisnya atau berusaha kencing agar air mani bekas mimpinya bersih.
4. Pengantin laki-laki diperkenankan membayar sesuatu kepada
pasanganya sebagai imbalan agar ia melepas bajunya. Ia juga tidak diperkenankan membayar sesuatu agar isterinya mau bercampur
dengannya. Sebab itu adalah zina. 5.
Sangat dianjurkan kepada pasangan suami–istri untuk menggosok gigi dan membersihkan mulut mereka, kemudian memakai
wewangian yang khusus digunakan untuk mengharumkan mulut, karena hal itu akan lebih melekatkan hubungan mereka berdua, dan
menambah rasa cinta. 6.
Jika suami mendatangi istrinya, kemudian ingin mengulanginya lagi, maka hendaklah ia berwudlu.
7. Jika suami istri ingin tidur, tapi mereka dalam keadaan junub, maka
keduanya diperintahkan berwudlu juga. 8.
Diwajibkan mandi setelah bercampur, jika hendak melakukan salat, dan mandi sebelum tidur itu lebih utama.
9. Pasangan pengantin itu boleh mandi berdua bersama pada satu
tempat Mahmud, 1991: 90-92.
9. Istri dan Puasa
Selanjutnya seorang istri hendaknya tidak berpuasa sunat, selain puasa arafah dan asyura‟ kalau tidak mendapat izin suaminya, kalau
ternyata istri berpuasa, maka ia hanya mendapat letih dan dahaga, sedangkan puasanya tidak akan diterima Busthomi, 2000:44.
Istri tidak boleh melakukan puasa sunah kecuali atas izin suaminya dan tidak boleh memberi izin seseorang untuk memasukki rumahnya
kecuali atas izinnya. Laki-laki punya hak agar istri tidak berpuasa kecuali atas izinnya, dan isteri tidak boleh memberikan izin suaminya
Mahmud, 1991:154
Salah satu ketaatan istri pada suami adalah hendaknya sang istri tidak melakukan puasa sunah kecuali dengan izin suaminya, tidak pergi
haji sunah kecuali dengan izin suaminya, tidak keluar rumah kecuali dengan izin suaminya Hamid, 1996:169.
10. Perizinan Suami
Istri hendaknya tidak bepergian dari rumah keuali mendapat izin dari suaminya. Jika keluar tanpa izim suaminya, maka ia mendapat
kutukan dari malaikat rahmat dan adzab, hingga ia kerumahnya sekalipun suaminya itu zalim. Karena melarang keluarnya istri .Kalau
keluar rumah dengan izin suami, hendaknya dengan menyamar dan mengenakan pakaian yang tidak baik.Carilah tempat yang sepi. Bukan
jalan umum atau pasar. Juga menjaga dirinya jangan sampai orang lain mendengar suaranya atau melihat postur tubuhnya. Dan tidak boleh
memperlihatkan dirinya pada keluarga dan famili suaminya Busthomi, 2000: 44.
Hendaknya seorang istri tidak keluar rumah kecuali dengan izin suaminya. Apabila istri melakukannya, maka Allah dan malaikat-
malaikat-Nya melaknati sang istri sampai ia bertobat dan kembali kepada suaminya meskipun suami berbuat aniaya. Dan hendaknya istri
tidak memasukkan sesorang yang tidak disukai suaminya kecuali dengan izin suaminya Hamid, 1966: 170.
11. Terhapusnya Amal Seorang Istri
Maksudnya wanita itu mengingkari suaminya sehingga segala amal kebaikanya dilenyapkan oleh Allah, dan rusaknya amal itu sebagai
balasan kepada istri. Artinya, pahala Allah itu terhalang. Kecuali ketika ia kembali mengikuti kebaikan suaminya. Demikian kalau memang
ucapanya itu benar.Istri tidak boleh disela sebagaimana ucapan bidak kepada tuanya.
Rasulullah SAW. Bersabda:
Artinya: “Wanita yang meminta suaminya menolak tanpa ada alasan
yang mendesak, maka haram baginya bau surga.” HR.Abu Dawud, t.t, juz. 2: 268.
Ibnu Ruslan berkata, “andaikan suami takut bahwa itu tidak dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum Allah yang sesuai dengan
kewajibannya, seperti baiknya mempergauli, karena istri benci kepada suami atau karena sumai membahayakannya, maka wanita itu terhalang,
tidak dapat memperoleh bau surga.”Kalau wanita itu sangat sengsara karena benci kepada suaminya, sebab suaminya tidak pernah
mengurusnya, maka yang demikian itu tidak haram istri minta cerai.” Busthomi. 2000: 50-52.
12. Wanita-Wanita Ahli Surga
Menurut Ssyaikh Nawawi diantara wanita yang ada di surga nanti adalah wanita yang mempunyai sifat malu, kalu ditinggal pergi
suaminya, ia menjaga diri dan harta suaminya. Termasuk wanita yang di
surga adalah wanita yang ditinggal mati suaminya dengan meninggalkan anak-anaknya yang masih kecil sebagai anak yatim. Lalu wanita itu
memelihara, mangasuh dan mendidik mereka dengan baik. Ia pun selalu bersikap baik kepada anak-anaknya dan tidak akan kawin lagi kaena
hawatir menyia-nyiakan anaknya Busthomi, 2000: 57-58.
13. Wanita-Wanita Ahli Neraka
Selanjutnya, Syaikh Nawawi menjelaskan didalam kitabnya wanita-wanita yang masuk neraka, diantaranya adalah:
a. Wanita yang lancang mulutnya terhadap suamin, dan jika suami
pergi ia tidak menjaga dirinya, sedangkan jika suami sirumah ia selalu menyakiti hatinya.
b. Wanita yang memaksa-maksa menuntut suaminya yang ia tidak
mampu memenuhinya. c.
Eanita yang tidak menutupi dirinya denga lelaki lain dan ia keluar dari rumahnya dengan berhias dan bersolek serta menampakkan
kecantikannya kepada lelaki lain Busthomi, 2000:59-60.
14. Kewajiban Istri terhadap Suami
Dalam kitab tersebut Rasululah SAW bersabda, “sesungguhnya sebagian hak-hak suami kepada istri adalah:
a. Apabila suami membutuhkan diri istrinya sekalipun istri sedang
berada di punggung unta, ia tidak boleh menolak.
b. Istri tidak boleh memberikan apa saja dari rumah suaminya jika tidak
mendapat izin suaminya. Kalau istri memberikan sesuatu tanpa izinnya, maka istri berdosa dan suami mendapatkan pahala.
c. Istri tidak boleh berpuasa jika tidak mendapatkan izin suaminya,
karena ia hanya akan merasakan letih dan dahaga, sedangkan puasanya tidak akan diterima Allah.
d. Jika istri keluar dari rumah tanpa izin suaminya, maka ia mendapat
laknat dari para malaikat hingga ia kembali kerumahnya dan bertaubat Busthomi, 2000: 61.
15. Siksaan Wanita di Neraka
Sayidina Ali
karramallaahu wajhah
datang kepada Nabi SAW. Bersama Fatimah. Tiba-tiba mereka menjumpai beliau sedang menangis
dengan tangisan yang sangat. Ali pun bertanya kepada beliau, “
Ayah dan
ibuku menjadi tebusan wahai Rasulullah.” Maksudnya, kesusahan dan
tangisanmu akan saya tebus dengan ayah dan ibu saya, karena saya
sangat mencintaimu. Apa yang menjadikan engkau menangis?” Rasulullah bersabda, “
Wahai Ali, ketika diperjalanan ke langit, aku melihat para wanita dari umatku di siksa di neraka jahanam dengan
berbagai macam siksaan.Maka
saya
menangis karena melihat bertanya
siksaan mereka itu.” Kemudian beliau menjelaskan secara keseluruhan dengan
sabdanya:
a. Aku melihat seorang wanita yang digantung dengan rambut dan
otaknya mendidih. b.
Aku melihat seorang wanita yang digantung dengan lidahnya, lalu air mendidih yang sangat panas dituangkan pada tenggorokannya.
c. Aku melihat wanita yang digantung dengan puting susunya, dan
kedua tanganya diikat pada ubun-ubunnya, lalu Allah menguasakan padanya ular-ular dan kalajengking untuk menyiksanya.
d. Aku melihat wanita dimana kepalanya seperti kepala babi dan
tubuhnya seperti tubuh keledai, dan ia dihadapkan beribu-ribu siksaan.
e. Aku melihat seorang wanita dengan bentuk rupa anjing, sedangkan
api masuk dari mulutnya dan keluar dari duburnya, lalu para malaikat memukuli kepalanya dengan palu-palu dari api.
Ringkasnya, suami terhadap istri dalam rumah tangga adalah ibarat orang tua terhadap anaknya.Karena ketaatan anak kepada orang tua dan
mencari kedidhaannya adalah wajib, dan yang demikian itu tidak wajib bagi suami Busthomi, 2000: 61-62.
D. Keutamaan Shalat Wanita di Rumahnya
1. Shalat di Masjid dan di Rumah
Syaikh Nawawi mendasarkan pada suatu hadis pada masalah sholat di masjid dan di rumah bagi wanita, Rasulullah SAW
bersabda:
Artinya: “
Shalat wanita di rumahnya lebih utama dari shalat diruangan rumahnya, dan shalatnya dikamar lebih utama daripada
shalatnya di rumahnya.” HR. Abu Dawud, t.t,juz. 1: 156.
2. Penampilan Wanita
Diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa pada suatu hari Rasulullah SAW. Duduk di masjid, kemudian ada seorang wanita
dari dusun Muzirah masuk masjid dengan memanjangkan pakainya dan menpakkan perhiasannya. Maka Nabi SAW bersabda:
Artinya: “
Wahai sekalian manusia, laranglah wanita-wanita berhias dan bergaya di masjid, karena Bani Israil itu tidak dikutuk
melainkan mereka memperhias wanita-wanitanya dan berjalan
dengan bergaya di masjid” HR. Ibnu Majah.
Wanita masuk neraka itu sebagian besar karena sedikitnya ketaatan mereka kepada Allah, rasul dan Suaminya. Mereka juga
memperlihatkan perhiasanya, mengingkari suaminya.Dan tidak mau bersabda “dalam menghadapai berbagai cobaan.
Perempuan menaggalkan pakaian, menampakkan kecantikanya berarti mengalahkan sifat khususnya perempuan, yaitu malu dan
terhormat, berarti menghancurkan sifat kemanusiaannya yang luhur.
Tidak ada yang membersihkan kotoran yang melekat pada diri perempuan yang tidak punya rasa sifat malu ini selain neraka
jahannam Sa‟id, 2002: 198.
3. Aurat Wanita
Yang dimaksud menampakkan perhiasanya adalah bahwa wanita itu keluar dari rumahnya dengan mengenakan pakaian yang
indah-indah bersolek mempercantik diri, dan keluar dengan membuat fitnah morang lain dengan menarik perhatian dan memikat
orang lain, sehingga ia jatuh cinta pada dirinya. Kalau diri wanita itu selamat dan aman, namun lelaki lain justru tidak selamat dari fitnah,
oleh karenanya Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: “
Wanita adalah aurat, maka jika ia keluar dari rumahnya, ia diawasisetan, dan wanita yang paling dekat kepada Allah adalah
apabila wanita itu berada dalam rumahnya.” HR.Tirmidzi,
1384,juz. 2: 319.
Hadis tersebut menjelaskan bahwa wanita adalah aurat, karena termasuk kotor jika menampakkan diri pada lelaki lain, jika ia keluar
dari rumahnya diintai setan, akan disesatkan lalu dijerumuskan, dan jatuh ke hurang fitnah, sekalipun setan itu berupa manusia karena
serupa dengan ketakutanya. Sedangkan wanita yang paling dekat kepada Allah adalah apabila ia berada di rumahnya.