b. Hak-hak suami terhadap istri
c. Keutamaan shalat wanita di rumahnya
d. Larangan melihat lawan jenis
Bab IV adalah relevansi pendidikan berrumah tangga menurut Syekh Nawawi dalam kitab „Uqudullijain dengan pendidikan keluarga
sakinah Islam di Indonesia, meliputi: 1.
Tinjauan pendidikan Islam. 2.
Relevansi pendapat Syekh Nawawi dalam kitab „Uqudullijain dengan realitas keluarga muslim sekarang di Indonesia.
Bab V merupakan penutup atau bagian akhir penulisan yang mencakup kesimpulan dan saran-saran.
3. Bagian akhir skripsi ini berisi tentang daftar pustaka, lampiran-lampiran,
dan daftar riwayat hidup penulis.
BAB II BIOGRAFI PENGARANG
1. Riwayat Hidup Syaikh Muhammad Nawawi
Syaikh Muhammad Nawawi, lahir di Banten, pada tahun 1230 H1813 M. Nama aslinya adalah Muhammad Nawawi bin Umar Arabi. Ia
disebut juga Nawawi Al-Bantani. Di kalangan keluarganya, Syaikh Nawawi Al-
Jawi dikenal dengan sebutan Abdul Mu‟ti. Ayahnya bernama K.H. Umar bin Arabi, seorang ulama dan pengulu di Tanara Banten.
Ibunya bernama Jubaidah, penduduk asli Tanara. Dari silsilah keturunan ayahnya, Syaikh Nawawi merupakan salah satu keturunan Maulana
Hasannudin Sulthan Hasanuddin, putera Maulana Syarif Hidayatullah Depag, 1992:422.
Syaikh Nawawi merupakan salah seorang ulama besar di kalangan umat islam internasional. Ia dikenal melalui karya-karya tulisnya yang
sangat banyak. Beberapa julukan kehormatan dari Arab Saudi, Mesir, dan Suriah diberikan kepadanya, seperti Sayyid Ulama Al-Hijaz, Mufti, dan
Fakih. Dalam kehidupan sehari-hari ia tampil dengan sangat sederhana.
Sejak kecil Syaikh Nawawi telah mendapat pendidikan agama dari orang tuanya. Mata pelajaran yang diterimanya antara lain bahasa arab,
fikih, dan ilmu tafsir. Selain itu ia belajar pada Kyai Yusuf di Purwakarta.
Pada usia 15 tahun ia pergi menunaikan ibadah haji ke Makkah dan bermukim di sana selama 3 bulan. Di Makkah ia belajar pada beberapa
orang Syaikh yang bertempat tinggal di Masjidil Haram, seperti Syaikh Ahmad Nawawi, Syaikh Ahmad Dimyati, dan Syaikh Ahmad Zaini
Dahlan. Ia juga pernah belajar di Madinah di bawah bimbingan Syaikh Muhammad Khatib Al- Hanbali.
Sekitar tahun 1248 H1831 M, ia kembali ke Indonesia. Di tempat kelahiranya ia membina pesantren peninggalan orang tuanya. Karena
situasi politik yang tidak menguntungkan, ia kembali ke Makkah setelah 3 tahun berada di Tanara dan meneruskan belajarnya di sana. Sejak
keberangkatanya yang kedua kalinya, Syaikh Nawawi tidak pernah kembali di Indonesia.Ia menetap disana hingga akhir hayatnya. Ia
meninggal pada tanggal 25 Syawal 1314 H atau tahun 1897 M. Ia wafat dalam usianya yang ke-84 tahun di tempat kediamanya yang terakhir
yaitu kampung Syiib Ali Makkah Depag, 1992:423.