Bahan informasi teknologi berupa folder

27 persiapan alat panen agar bersih dari benih varietas lain. Pembinaan aspek produksi melalui kegiatan bimbingan teknis diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan perubahan sikap calon penangkar terhadap teknologi perbenihan. Selain bimbingan teknis yang dilakukan secara massal, pembinaan aspek produksi juga dilakukan secara perorangan bagi calon penangkar baik pada lokasi LL maupun lokasi pendukung. Pembinaan disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman dan kebutuhan teknologi calon penangkar.

c. Bahan informasi teknologi berupa folder

dan buku teknologi perbenihan Bahan informasi teknologi adalah sumber informasi yang disajikan dalam bentuk banner, leaflet, brosur maupun buku yang berisikan informasi teknologi. Bahan informasi teknologi yang dicetak untuk menunjang peningkatan pengetahuan dan sikap calon penangkar berupa 3 buah folder dan 1 buku panduan teknologi. Jumlah bahan informasi teknologi yang telah dicetak dan diditribusikan dalam upaya percepatan diseminasi teknologi perbenihan selama tahun 2015 disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Jenis dan jumlah bahan informasi teknologi perbenihan yang dicetak dan didistribusikan tahun 2015 No Jenis bahan informasi Jumlah eks 1. Folder Pengelolaa Tanaman Tepadu PTT Padi Sawah 200 2. Folder sistem tanam jajar legowo 200 3. Folder prosesing dan sertifikasi benih 200 4. Buku I novasi Teknologi Mendukung Kawasan Mandiri Benih 116 Sumber: Dokumen kegiatan, 2015 Bahan informasi tersebut telah didistribusikan pada masing-masing lokasi kegiatan baik untuk calon penangkar melalui kelompok tani maupun bagi petugas pertanian lapangan melalui Badan Pelaksana Penyuluhan setempat. Keberhasilan suatu kegiatan diseminasi ditentukan oleh tingkat pemanfaatan informasi dan penerapan teknologi yang dihasilkan oleh masyarakat tani pada suatu wilayah kerja. Sehingga diperlukan upaya diseminasi melalui mekanisme dan metode yang tepat a gar hasil-hasil litkaji dapat dimanfaatkan oleh pengguna akhir dan pengguna antara. Salah satu metode tersebut adalah penyebarluasan informasi melalui bahan informasi teknologi. 28 Pada awal dan akhir pelaksanaan kegiatan sekolah lapang maupun penyuluhan perbenihan telah dilakukan pengumpulan data mengenai kapasitas calon penangkar berupa pengetahuan dan sikap calon penangkar terhadap teknologi perbenihan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengetahuan petani dalam perbenihan meningkat sebesar 38,29 dari 9,40 menjadi 13,00 Tabel 8. I ni menunjukkan bahwa petani semakin memahami teknologi perbenihan padi sawah dengan pendekatan PTT yang disuluhkan. Pengetahuan petani dalam penyemaian, perbenihan, penanaman, VUB dan benih bermutu dan berlabel, serta pemupukan semula berada pada kriteria sedang setelah pelaksanaan kegiatan meningkat menjadi tinggi. Efektifnya metode penyampaian pesan kepada petani dimungkinkan menjadi salah satu penyebab hal ini bisa terjadi. Tabel 8. Pengetahuan calon penangkar tentang teknologi perbenihan adi dengan pendekatan PTT padi sawah di Provinsi Bengkulu Tahun 2015 No I ndikator Teknologi Sebelum Sesudah Skor Kriteria Skor Kriteria 1. VUB, benih bermutu dan berlabel 1,70 Sedang 2,10 Tinggi 2. Penyemaian 0,80 Sedang 1,50 Tinggi 3. Penanaman 3,20 Sedang 4,00 Tinggi 4. Pemupukan 0,70 Tinggi 0,80 Tinggi 5. Perbenihan 2,10 Sedang 3,60 Tinggi 6. Komponen teknologi PTT 0,90 Sedang 1,00 Sedang Jumlah 9,40 Sedang 13,00 Tinggi Sumber : data primer diolah, 2015 Dilihat dari masing-masing indikator, peningkatan pengetahuan terbesar terjadi pada indikator penyemaian yaitu sebesar 87,50 diikuti dengan perbenihan 71,43 , penanaman 25,00 , VUB dan benih bermutu dan berlabel 23,53 , pemupukan 14,29 , dan komponen teknologi PTT 11,11 . Secara grafik peningkatan pengetahuan ini dapat dilihat pada Gambar 1. Peningkatan pengetahuan ini mencerminkan tingkat kesadaran calon penangkar untuk mencari dan menerima informasi inovasi teknologi. Artinya, pengetahuan yang tinggi dimiliki oleh individu yang mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi pula. Calon penangkar sebagai orang dewasa telah mempunyai konsep d manusianya dan prose Gambar 1. Grafik Uji dengan memperlihatkan ada calon penangkar terh Tabel 9. Peningkata padi ditunjukkan deng Tabel 9. Hasil analisis kegiatan T Me Pair 1 Sebelum Penyuluhan - Sesudah Penyuluhan -3 Sumber: data primer diola Pelaksanan de mempraktekan secar yang dilaksanakan demonstrasi member mengenai cara meng PTT. Kedua metode karakteristik petani de 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 1 S k o r P e n g e ta h u a n 29 diri, pengalaman belajar, dan kesiapan belaja oses belajarnya perlu dikedepankan. fik peningkatan pengetahuan petani teknologi menggunakan analisis statistik Paired S a perbedaan yang sangat siginifikan mengen rhadap teknologi perbenihan sebelum dan se atan pengetahuan calon penangkar dalam prose ngan nilai signifikansi sebesar 0,000 0,05. alisis statistik peningkatan pengetahuan ca n TA 2015 Paired Differences t Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95 Confidence I nterval of the Difference Lower Upper -3.667 1.090 .223 -4.127 -3.206 -16.47 diolah, 2015 demplot bertujuan agar petani dapat belaja ara langsung teknologi yang disuluhkan. Bim dengan penyampaian materi, diskusi, d erikan petani informasi dan menmabah peng ngenali teknologi perbenihan padi sawah deng ode penyuluhan ini memberikan manfaat dan i dengan tingkat pendidikan dan umur yang ber 2 3 4 5 6 Indikator Teknologi Perbenihan lajar sehingga sisi ologi perbenihan Simple T Test, enai pengetahuan sesudah kegiatan roses perbenihan . calon penangkar df Sig. 2- tailed 478 23 .000 jar, melihat, dan Bimbingan teknis disertai dengan ngetahuan petani ngan pendekatan an sesuai dengan eragam. Sebelum Sesudah 30 Sudarta 2005 menyatakan bahwa dalam akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan individu pertanian mempunyai arti penting, karena pengetahuan dapat mempertinggi kemampuan dalam mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan tinggi dan individu bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun kualitas. Menurut Syafruddin dkk 2006 setiap individu memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut. Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan. Rata-rata sikap calon penangkar terhadap teknologi perbenihan berada pada kriteria tinggi dengan skor rata-rata 4,17 Tabel 10. I ni menunjukkan bahwa kegiatan ini menghasilkan sikap petani yang positif dimana calon penangkar bersedia menerima tenologi perbenihan dalam budidaya tanaman pad sebagai bentuk adopsi dari suatu inovasi dalam usahataninya. Calon penangkar mau menerima teknologi perbenihan dengan penuh keyakinan berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah dilakukan maupun telah diamati sendiri. Pembentukan sikap dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi didalam diri individu I ndraningsih, 2011. Terbentuknya sikap petani merupakan bagian dari tahapan proses adopsi inovasi. Dimana pada tahap ini, petani mulai menaruh minat pada hal yang baru diketahuinya. Hal ini ditandai oleh adanya kegiatan mencari keterangan-keterangan tentang hal baru tersebut. Apa itu, bagaimana dan apa kemungkinannya jika dilaksanakan sendiri. Setelah keterangan yang diperlukan diperoleh, mulai timbul rasa menimbang-nimbang untuk kemungkinan dilaksanakannya sendiri. Petani akan menilai kebenaran dan kebaikan dari apa yang dianjurkan atau disuluhkan kepadanya, kemudian setuju dan menyenangi atau tidak. 31 Tabel 10. Sikap petani terhadap teknologi perbenihan di Provinsi Bengkulu Tahun 2015 No. Uraian Skor Kriteria 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kesesuaian teknologi PTT dengan lingkungan kondisi setempat Kesesuaian teknologi PTT dengan kebutuhan petani Kemudahan penerapan teknologi PTT di lapangan Kesesuaian teknologi PTT dengan ketersediaan modal petani Kesesuaian teknologi PTT dengan kebiasaan cara budidaya petani Manfaat teknologi perbenihan dalam peningkatan kemampuan petani tentang penangkaran benih 4,25 4,46 4,38 3,92 3,79 4,25 Sangat postif Sangat postif Sangat postif Positif Positif Sangat postif Rata-Rata 4,17 Positif Sumber: data primer diolah, 2015 Keterangan : 1,00 ≤ x ≤ 1,80 = Sangat negatif; 1,80 x ≤ 2,60 = Negatif; 2,60 x ≤ 3,40 = Netral; 3,40 ≤ x ≤ 4,20 = Positif; 4,20 ≤ x ≤ 5,00 = Sangat positif Senada dengan hal tersebut, Soekartawi 2005 menyatakan bahwa terdapat lima tahapan yang dilalui oleh petani dalam mengadopsi suatu inovasi, yakni: i tahap kesadaran dengan mengetahui informasi yang masih bersifat umum, ii tahap menaruh minat dengan mengumpulkan dan mencari informasi dari berbagai sumber, iii tahap evaluasi yaitu dengan mempertimbangkan lebih lanjut apakah minatnya diteruskan atau tidak, iv tahap mencoba menerapkan dalam skala kecil, dan v tahap adopsi dengan menerapkan di lahan skala yang lebih luas. Menurut Musyafak dan I brahim 2005 salah satu faktor yang mempengaruhi percepatan adopsi suatu inovasi adalah sifat dari inovasi itu sendiri. I novasi yang ditawarkan harus merupakan teknologi yang tepat guna, sesuai dengan kondisi biofisik, sosial, ekonomi, dan budaya yang ada pada petani. Secara keseluruhan, petani menyenangi teknologi dan teknik perbenihan padi sawah yang diberikan dikarenakan sesuai dengan kondisi lingkungan setempat, sesuai dengan kebutuhan petani, mudah diterapkan, tidak terkendala dengan ketersediaan modal dan cara kebiasaan budidaya petani, serta meningkatkan kapasitas petani dalam penangkaran benih. Usahatani calon benih yang dilakukan pada dasarnya sama dengan kegiatan budidaya padi untuk konsumsi. Hanya saja pada kegiatan budidaya calon benih dilakukan kegiatan 32 roguing yang tidak dilakukan pada budidaya padi untuk konsumsi. Analisis usahatani calon benih padi Kelompok Tani Tunas Harapan Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan disajikan pada Lampiran 5. Kegiatan perbenihan memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan dengan budidaya padi untuk konsumsi walaupun waktu yang dibutuhkan untuk prosesing benih membutuhkan waktu yang lebih lama. Keuntungan ini membuat 3 orang peserta sekolah lapang bersedia untuk melaksanakan kegiatan penangkaran pada musim tanam berikutnya. Mereka berharap kegiatan penangkaran yang akan dilakukan dapat dikelola bersama oleh kelompok agar kegiatan penangkaran dapat berjalan lebih baik

4.3. Melayani Kebutuhan Benih Padi Varietas Unggul VU untuk Kebutuhan Petani Wilayahnya