25
banyak diminati oleh petani untuk di budidayakan. Dipilihnya varietas I npari 16 karena tingginya minat petani terhadap varietas Ciherang. I npari 16 Pasundan
yang berasal dari seleksi Ciherang Cisadane Ciherang diharapkan mampu mengalihkan minat petani.
Varietas I npari 7 dikembangkan
di Kabupaten Rejang Lebong dikarenakan varietas ini memiliki keunggulan agak tahan terhadap penyakit
tungro yang sempat mewabah. I npari 28 Kerinci yang cocok ditanam pada ekosistem sawah sampai ketinggian 1.100 m dpl dan adaptif di Kabupaten
Rejang Lebong juga menjadi salah satu varietas yang dikembangkan. Jadual tanam Musim Kemarau MK di Kelurahan Rimbo Kedui sesuai
dengan jadual tanam Kalender Tanam di Kecamatan Seluma Selatan yaitu pada bulan Mei I hingga Juni I I I . Jadual tanam di Kabupaten Rejang mengalami
kemunduran yang cukup lama akibat musim kemarau yang mengakibatkan tidak tersedianya sumber air yang cukup. Kegiatan tanam baru dilaksanakan pada
Desember I sedangkan jadual tanam berdasarkan kalender tanam adalah bulan September I I I hingga Oktober I .
Teknologi yang diterapkan pada lokasi demplot adalah teknologi
Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT padi sawah seperti penggunaan Varietas Unggul Baru VUB, benih sehat dan berlabel, sistem tanam jajar legowo 4: 1 dan
2: 1, pemupukan sesuai dengan rekomendasi Kalender Tanam KATAM Terpadu, pengairan berselang, pengendalian terpadu untuk OPT, dan penanaman bibit
muda dengan 1-3 batang per lubang tanam.
b. Bimbingan teknis
Pelaksanaan bimbingan teknis awalnya direncanakan dilaksanakan dalam bentuk sekolah lapang perbenihan di lokasi LL. Mundurnya jadwal tanam
di Kabupaten Rejang Lebong mengakibatkan kegiatan bimbingan teknis di lokasi ini dilaksanakan dengan cara penyuluhan pada pertemuan kelompok.
Bimbingan teknis perbenihan dilaksanakan sebanyak 5 kali pada masing- masing lokasi kegiatan. Materi yang diberikan antara lain: pengolahan tanah dan
persemaian, tanam, perawatan tanaman, rouging, panen, prosesing dan sertifikasi benih.
Materi pengolahan tanah dan persemaian difokuskan pada teknologi pengolahan tanah sawah secara sempurna. Pengolahan tanah sempurna dicirikan
26
dengan perbandingan lumpur dan air 1: 1 dan dilakukan dua kali. Setelah pengolahan I , sawah digenang selama 7-15 hari lalu disebarkan bahan organik
dan benamkan gulma. Olah tanah menggunakan hand-tractor atau cangkul setelah lahan digenangi. Selanjutnya dilakukan kegiatan pembajakan I I diikuti
penggaruan untuk meratakan dan pelumpuran. Materi budidaya seperti persemaian, tanam dan perawatan tanaman
disesuaikan dengan teknologi PTT padi sawah. Persemaian dibuat luas yaitu seluas 20 dari luas tanam. Sistem tanam menggunakan sistem jajar legowo
untuk mengoptimalkan jumlah populasi dan pemupukan dilakukan sebanyak tiga kali sesuai dengan rekmendasi Kalender Tanam Terpadu.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman OPT dilaksanakan secara terpadu sesuai
dengan tingkat serangan yang terjadi. Teknologi roguing, prosesing dan sertifikasi benih disampaikan oleh
Petugas dari Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura BPSBTPH dari masing-masing Kabupaten. Teknologi roguing
disampaikan agar dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada stadia vegetatif awal 35 – 45 HST, vegetatif akhir 50 – 60 HST, generatif awal 85 – 90 HST, generatif
akhir 100 – 115 HST. Roguing dilakukan untuk membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman
yang diproduksi benihnya. Untuk tujuan tersebut, pertanaman petak pembanding pertanaman
check plot dengan menggunakan benih autentik sangat disarankan.
Materi prosesing benih dititikberatkan pada proses pembersihan dan pengeringan gabah.Tujuan pembersihan selain memisahkan benih dari kotoran
tanah, jerami dan daun padi yang tersangkut juga untuk membuang benih hampa. Calon benih harus dikeringkan sampai kadar air mencapai mencapai atau
telah memenuhi standar mutu benih bersertikat 13 atau lebih rendah. Calon penangkar juga diberikan informasi mengenai tahapan sertifikasi
benih meliputi: penyampaikan permohonan kepada BPSB, pemeriksaan lapangan pendahuluan meliputi sumber benih dan label benih, pemeriksaan lapangan
pertama dilaksanakan pada 30 Hari Setelah Tanam HST atau roguing 1, Pemeriksaan lapangan kedua dilaksanakan pada fase sudah berbunga minimal
95 atau roguing 2, pemeriksaan lapangan ketiga atau roguing ketiga dilaksanakan pada 2 minggu sebelum panen, pengawasan panen meliputi
27
persiapan alat panen agar bersih dari benih varietas lain. Pembinaan aspek produksi melalui kegiatan bimbingan teknis diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan dan perubahan sikap calon penangkar terhadap teknologi perbenihan.
Selain bimbingan teknis yang dilakukan secara massal, pembinaan aspek produksi juga dilakukan secara perorangan bagi calon penangkar baik pada
lokasi LL maupun lokasi pendukung. Pembinaan disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman dan kebutuhan teknologi calon penangkar.
c. Bahan informasi teknologi berupa folder