Kesesuaian ke Seluma Selatan khusu
menjadi salah satu fa informasi mengenai t
untuk mendapatkan p yang ada.
2.4. Meningkatkan Berkualitas Bag
I dentifikasi kap eksisting kelembagaa
yang sesuai dengan aturan main,
tuju lingkungan alam, sosia
Kelompoktani T pelaksanaan aktifitas
konsekuensi atau san kriteria keanggotaan
kegiatan yang dilaksa banyak berdasarkan
kelompok telah memi
Gambar 2. Struktur Kecamat
34
ketersediaan benih dengan jadual tanam petan ususnya untuk Musim Hujan Oktober-Maret 2
faktor pendorong keberhasilan distribusi ben i tersedianya benih bersertifikat juga mendor
n produk tersebut secara cepat karena terbatasn
an Kapasitas Kelembagaan Penyedia B Bagi Petani Pengguna di Provinsi Bengku
apasitas kelembagaan dilakukan untuk men aan calon penangkar untuk mendapatkan p
n kebutuhan. I dentifikasi dilakukan pada unsu ujuan,
partisipan sumberdaya manusia, sosial, ekonomi.
i Tunas Harapan belum memiliki aturan main itas kelompok seperti hak dan kewajiban
sanksi. Kelompok terbentuk atas kesepakatan b an memiliki lokasi lahan sawah dan sang
ksanakan oleh kelompok. Perekrutan anggot n kedekatan emosional dan kekerabatan. N
miliki struktur kelompok seperti Gambar 2.
ur Kelompoktani Tunas Harapan Kelurahan atan Seluma Selatan Kabupaten Seluma
tani di Kecamatan t 2015 2016 juga
enih. Penyebaran dorong konsumen
tasnya persediaan
a Benih Unggul kulu
engetahui kondisi pola pembinaan
nsur kelembagaan , teknologi,
dan ain tertulis dalam
n anggota serta bersama dengan
nggup mengikuti gota masih lebih
Namun demikian
an Rimbo Kedui
35
Struktur kelompok telah memiliki bidang-bidang yang melaksanakan tugas tertentu walau dalam aplikasinya bidang-bidang ini belum berjalan
sebagaimana mestinya. Rapat anggota merupakan sarana pengambilan
keputusan tertinggi dalam kelembagaan. Namun demikian tidak ada periode waktu untuk pelaksanaan rapat anggota. Pertemuan kelompok pun hanya
dilakukan apabila ada permintaan kegiatan pertemuan dari mitra kerjasama atau akan membahas permasalahan yang sangat penting. Hal ini mengakibatkan
pertemuan kelompok hanya bersifai insidentil saja. Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh serangkaian aktivitas
individu, kelompok atau organisasi Zakaria, 2009. Tujuan kegiatan perbenihan yang dilakukan oleh calon penangkar sebagian besar hanya untuk memenuhi
kebutuhan pribadi. Jika ada petani lain yang tertarik untuk membudidayakan padi yang mereka tanam tersebut maka akan dilakukan pertukaran
barter antara satu kaleng gabah
kering giling dengan setengah kaleng beras.
Bila dilaksanakan dalam skala yang lebih luas biasanya petani penangkar hanya
melakukan penangkaran apabila ada program dari pemerintah dan maupun pihak swasta melalui program kemitraan.
Perbenihan belum menjadi komoditas agribisnis yang diminati oleh sebagian besar petani, dikaitkan dengan prosesing yang rumit, tingginya resiko,
lambatnya cash flow prosesing dan pemasaran benih yang memerlukan waktu
lebih panjang dari pada dijual dalam bentuk gabah atau beras. Kondisi ini menunjukkan bahwa penangkaran mandiri belum berjalan. Harga, pemasaran,
keterbatasan sarana dan prasarana serta modal menjadi alasan utama bagi petani penangkar.
Anggota kelompok tani Tunas Harapan berjumlah 22 orang dengan karakteristik seperti terlihat pada Tabel 13.
Jumlah anggota ini tergolong ideal karena dari hasil penelitian jumlah anggota kelompok tani yang ideal adalah 20-
40 orang Wahyuni dan Hendayana, 2001. Dari jumlah yang ada, anggota yang aktif dalam pertemuan-pertemuan kelompok hanya berkisar 40-50.
Rata-rata umur anggota adalah 38,96 tahun dengan kisaran 24-55 tahun. Menurut Mardikanto 1993, umur akan berpengaruh kepada tingkat kematangan
dan kapasitas belajar seseorang. Kapasitas belajar seseorang umumnya berkembang cepat sampai usia 20 tahun dan semakin berkurang hingga
puncaknya sampai dengan umur berkisar 50 tahun.
36
Sebagian besar anggota hanya menamatkan Sekolah Dasar dan memiliki lahan rata-rata seluas 0,61 hektar dengan kisaran luas 0,25 – 1,75 hektar. Status
kepemilikan lahan anggota terbagi menjadi 3 yaitu milik sendiri, penyewa dan penggarap. Status tersebut merupakan salah satu penyebab petani sulit untuk
mengambil keputusan dalam kegiatan usahatani, yang akhirnya mempengaruhi keikutsertaannya dalam anggota kelompok dan adopsi teknologi Wahyuni,
2003
Tabel 13. Karakteristik Anggota Kelompoktani Tunas Harapan Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma Tahun 2015
No. Karakteristik Petani
Kelompok Jumlah orang
1. Umur
21 – 30 31 – 40
41 – 50 51 – 60
6 8
6 2
27,27 36,36
27,27 9,01
Jumlah 22
100,00 2.
Pendidikan SD
SMP SMA
Sarjana 12
3 6
1 54,54
13,63 27,27
4,54 Jumlah
22 100,00
3. Luas lahan
0,1 – 1,0 1,1 – 2,0
21 1
95,45 4,54
Jumlah 22
100,00
Sumber: Data primer diolah, 2015
Penerapan teknologi budidaya dalam usahatani padi telah mengaplikasikan sebagian teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT seperti persemaian
yang luas, sistem tanam jajar legowo 4: 1 maupun 2: 1, umur bibit muda 21 hari setelah semai dan jumlah bibit 1-3 per lubang tanam. Namun dalam
teknologi prosesing
benih masih
dilakukan secara
sederhana tanpa
pendampingan dari pihak BPSBTPH. Prosesing benih tidak memperhatikan standar mutu kelayakan benih seperti kadar air, kotoran benih, benih varietas
lain dan lainnya. Faktor lingkungan merupakan faktor yang menentukan performa organisasi
namun berada di luar kendali organisasi. Menurut Zakaria 2009 faktor lingkungan ini meliputi lingkungan alam curah hujan, kemiringan lereng,
kesuburan tanah, lingkungan ekonomi pasar saprodi dan produk, infrastruktur wilayah, kebijakan pemerintah makro dan mikro, organisasi sosial adat dan
budaya dan sebagainya. Sebagian besar calon penangkar hanya mempunyai
37
kemampuan untuk memproduksi benih hingga tingkat lapangan, selanjutnya akan mengalami kesulitan dalam prosesing, khususnya dalam pengeringan
mengingat minimnya sarana dan peralatan yang dimiliki terpal, lantai jemur maupun alat pengering lainnya dan tingginya intensitas curah hujan.
Menurut Dimyati 2007, permasalahan yang masih melekat pada sosok petani dan kelembagaan petani di I ndonesia adalah: 1 masih minimnya
wawasan dan pengetahuan petani terhadap masalah manajemen produksi maupun jaringan pemasaran, 2 belum terlibatnya secara utuh petani dalam
kegiatan agribisnis. Aktivitas pet ani masih terfokus pada kegiatan produksi on
farm, 3 peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani belum berjalan secara optimal. Pembinaan aspek kelembagaan harus dilakukan
secara kontinyu dan terstruktur agar kelembagaan yang kuat dapat terwujud. Pembinaan yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan calon
penangkar setelah mengidentifikasi kelembagaan eksisting antara lain:
I nisiasi aturan main kelembagaan untuk pencapaian tujuan
Yustika 2006 mendefinisikan kelembagaan sebagai aturan main rules of
the games dalam masyarakat. Sebagai aturan main, kelembagaan merupakan perangkat aturan yang membatasi aktivitas anggota dan pengurus dalam
mencapai tujuan organisasi. Pada kegiatan ini kelompok diberikan materi mengenai administrasi kelompok dan
penguatan kelembagaan. Materi
administrasi kelompok dimaksudkan agar tersedianya catatan atau dokumen yang menyangkut semua kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tersebut.
Perangkat administrasi kelompok yang baik dan benar diperlukan sebagai bahan informasi bagi kelompok maupun pihak lain yang berkaitan dengan kelompok itu,
seperti : usaha, permodalan, jaringan kerjasama dan lain-lain. Penguatan kelembagaan bertujuan untuk menguatkan kelembagaan
calon kelompok penangkar baik secara internal maupun eksternal. Secara internal calon kelompok penangkar diarahkan untuk memiliki aturan main yang
tertulis, hak dan kewajiban, batas yurisdiksi, sanksi, struktur organisasi, tujuan yang jelas, partisipan, teknologi dan sumberdaya. Secara eksternal calon
kelompok penangkar diarahkan untuk: 1 menjalin kerjasama dengan koperasi, mini market swalayan, pedagang dalam pemasaran benih, 2 menjalin kemitraan
dengan KTNA, Gapoktan, dan lembaga penyuluhan dalam pemasaran benih, 3
38
mengunjungi Gapoktan atau lembaga lainnya yang berbasis penangkaran dengan manajerial yang handal, berprinsip ramah lingkungan, dan
profit oriented. Tujuan pelaksanaan perbenihan diarahkan tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhan sendiri namun juga telah berorientasi bisnis. Menurut Zakaria 2009 tujuan organisasi bisnis adalah untuk memperoleh keuntungan secara
berkelanjutan. Adanya kejelasan tujuan, kesesuaian tujuan dengan kebutuhan anggota dan tingginya tingkat pemenuhan kebutuhan anggota oleh kelembagaan
merupakan salah satu indokator tercapainya kapasitas kelembagaan petani Anantanyu, 2009.
Penumbuhan kesadaran anggota dan perbaikan teknologi
Kesadaran yang dibangun pada calon penangkar adalah kesadaran
berkelompok yang tumbuh atas dasar kebutuhan, bukan paksaan dan dorongan proyek-proyek tertentu. Selain itu, ditekankan juga untuk melakukan kegiatan
perbenihan yang didukung oleh teknologi yang tepat. Menurut Masmulyadi 2007
dalam Nasrul 2012 hal ini bertujuan untuk menggorganisasikan kekuatan petani dalam memperjuangkan hak-haknya, memperoleh posisi tawar
dan informasi yang akurat serta dapat berperan dalam negosiasi dan menentukan harga produk pertanian yang diproduksi anggota.
Adanya kesadaran calon penangkar untuk berkelompok atas dasar kebutuhan dan melakukan perbenihan dengan teknologi yang tepat diharapkan
dapat meningkatkan partisipasi dalam kelembagaan. Proses penyadaran merupakan tahap awal yang dilakukan untuk meningkatkan partisipasi petani
sebelum proses pengorganisasian dan pemantapan Anantanyu, 2011 Dalam kegiatan demplot, calon penangkar diajarkan teknik-teknik
perbenihan sesuai dengan standar mutu yang berlaku. Teknik-teknik ini terangkum dalam petunjuk teknis kegiatan perbenihan serta materi- materi pada
bimbingan teknis. Calon penangkar juga didampingi untuk melakukan proses sertifikasi mulai dari pendataran hingga pelabelan.
Proses prosesing benih dilakukan dengan menerapkan standar mutu seperti pengeringan untuk mengurangi kadar air. Calon benih diukur kadar airnya
sebelum diambil sampel yang akan diuji di Laboratorium BPSBTPH. Calon penangkar juga diarahkan untuk membuat kemasan yang dapat mendukung
daya simpan benih.
39
I nisiasi kerjasama dan kemitraan
Setiap langkah dalam proses perbenihan selalu melibatkan instansi terkait seperti Balai Benih Padi, BPSBTPH, Dinas Pertanian dan Badan Pelaksana
Penyuluhan serta pihak swasta percetakan kemasan.
BPTP Bengkulu memfasilitasi calon penangkar untuk mendapatkan benih sumber dari sumber
yang tepat yaitu Balai Benih Padi. Hal ini mengajarkan calon penangkar untuk dapat menentukan dan memilih sumber yang tepat untuk mendapatkan benih
sumber. BPSBTPH dilibatkan dalam proses roguing, pengawasan lapangan,
pengajuan rekomendasi sebagai produsen benih bina, uji laboratorium, sertifikasi serta pelabelan. Dinas Pertanian dilibatkan untuk memberikan peluang terjadinya
kerjasama penggunaan benih hasil kegiatan untuk program-program dinas yang sedang atau akan berlangsung
Badan pelaksana penyuluhan melalui PPL dan POPT membantu kelancaran prosesing benih dalam usaha budidaya dan pengendalian hama dan penyakit.
Keikutsertaan dari mitra ini diharapkan akan menjadi awal kerjasama yang saling menguntungkan antar elemen yang bekerjasama sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi masing-masing.
4.5 Monitoring dan Evaluasi