model penyiapan benih
LAPORAN AKHI R TAHUN
MODEL PENYEDI AAN BENI H UNTUK
PEMENUHAN KEBUTUHAN WI LAYAH
MELALUI PENI NGKATAN KEMAMPUAN
CALON PENANGKAR DI PROVI NSI
BENGKULU
YONG FARMANTA
BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU
BADAN PENELI TI AN DAN PENGMBANGN PERTANI AN
2015
(2)
LAPORAN AKHI R
MODEL PENYEDI AAN BENI H UNTUK
PEMENUHAN KEBUTUHAN WI LAYAH
MELALUI PENI NGKATAN KEMAMPUAN
CALON PENANGKAR DI PROVI NSI
BENGKULU
Yong Farmanta
Wahyu Wibaw a
Alfayanti
Yartiw i
Nurmegaw ati
Siti Rosmana
Bunaya Honorita
(3)
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Akhir Tahun 2015 Model penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah Melalui Peningkatan Kemampuan Calon Penangkar di Provinsi Bengkulu. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggung jawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan selama tahun 2015.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran kegiatan terutama kepada Dr. Dedi Sugandi, MP selaku Kepala BPTP Bengkulu yang selalu memberikan arahan dan masukan sehingga pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan baik.
Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan sangat diharapkan. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu pelaksanaan kegiatan ini kami sampaikan terima kasih. Semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi percepatan adopsi inovasi teknologi pertanian.
Bengkulu, Desember 2015 Penanggungjawab Kegiatan,
Yong Farmanta, SP, M.Si NI P. 197901162003121002
(4)
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RDHP : Model penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah Melalui Peningkatan Kemampuan Calon Penangkar di Provinsi Bengkulu.
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu 3. Alamat Unit Kerja : Jl. I rian Km. 6,5 Bengkulu 38119
4. Sumber Dana : DI PA BPTP Bengkulu TA. 2015 5. Status Kegiatan (L/ B) : B (Baru)
6. Penanggung Jawab
a. Nama : Yong Farmanta, SP., M.Si.
b. Pangkat/ Golongan : Penata/ I I I c c. Jabatan Fungsional : Peneliti Pertama
7. Lokasi : Kabupaten Seluma dan Rejang Lebong
8. Agroekosistem : Lahan rawa dan lahan sawah
9. Tahun Mulai : 2015
10. Tahun Selesai : 2015
11. Output Tahunan : 1. Menyusun dan mendapatkan informasi dan basis data calon penangkar, kebutuhan benih, varietas, dan sebaran varietas unggul padi di Propinsi Bengkulu 2. Meningkatkan kapasitas dan status calon
penangkar dalam pengelolaan usahatani. 3. Membangun model kelembagaan
penyediaan benih unggul berkualitas bagi petani pengguna di Propinsi Bengkulu 4. Menumbuhkembangkan kelompok
penangkar yang kelembagaannya belum berkembang di wilayah desa
12. Biaya : Rp. 249.250.000,00 (Dua ratus empat puluh sembilan juta dua ratus lima puluh ribu rupiah).
Koordinator Program, Penanggung Jawab Kegiatan,
Dr. I r. Wahyu Wibawa, MP Yong Farmanta, SP., M.Si NI P. 19690427 199803 1 001 NI P. 19790116 200312 1 002
(5)
DAFTAR I SI
Halaman
KATA PENGANTAR ... ii
LEMBAR PENGESAHAN... iii
DAFTAR I SI ... iv
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPI RAN ... vii
RI NGKASAN dan SUMMARY ... viii
I . PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 3
1.3 Keluaran yang diharapkan ... 3
1.4 Prakiraan Manfaat dan Dampak ... 3
I I . TI NJAUAN PUSTAKA... 5
I I I . PROSEDUR PELAKSANAAN... 7
3.1 Pendekatan Kerangka Pemikiran ... 7
3.2 Ruang Lingkup ... 7
3.3 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan ... 8
3.4 Pengumpulan dan Analisis Data ... 12
I V. HASI L DAN PEMBAHASAN ... 14
4.1 I nformasi dan Basis Data Calon Penangkar ... 14
4.2 Peningkatan Kapasitas Calon Penangkar ... 19
4.3 Melayani Kebutuhan Benih Padi Vareietas Unggul ... 32
4.4 Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Penyedia Benih Unggul... 34
4.5 Monitoring dan Evaluasi ... 39
4.6 Pelaporan... 39
V. KESI MPULAN DAN SARAN ... 41
5.1 Kesimpulan... 41
5.2 Saran ... 41
VI . KI NERJA HASI L DI SEMI NASI ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 43
ANALI SA RI SI KO ………. ... 46
JADWAL KERJA ……….. ... 47
PEMBI AYAAN ……….. ... 48
PERSONALI A ………... 51
(6)
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Nilai indikator sikap petani tentang teknologi perbenihan ... 12
2. I nventarisasi data produsen benih padi di Provinsi Bengkulu... 15
3. Luas lahan sawah dan prediksi kebutuhan benih per musim tanam ... 16
4. I nventarisasi penyebaran varietas padi di provinsi Bengkulu Tahun 2014 . 18 5. Varietas yang adaptif di Provinsi Bengkulu ... 19
6. Pelaksanaan demplot di Kabupat en Seluma dan Rejang Lebong... 24
7. Jenis dan jumlah distribusi bahan infomasi... 27
8. Pengetahuan calon penangkar t entang teknologi perbenihan ... 28
9. Hasil analisis statistik peningkatan pengetahuan calon penangkar ... 29
10. Sikap calon penangkar terhadap teknologi perbenihan ... 31
11. Standar mutu untuk kelas benih dasar (FS/ BD) ... 33
12. Distribusi benih hasil kegiatan ... 33
13. Katakteristik anggot a Kelompotani Tunas Harapan ... 36
14. Daftar risiko dalam pelaksanaan kegiatan... 46
15. Daftar penanganan risiko kegiatan... 47
16. Jadual kerja kegiatan... 48
17. Rencana anggaran belanja kegiatan ... 49
18. Realisasi anggaran ... 50
(7)
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Grafik peningkatan pengetahuan calon penangkar ... 29 2. Struktur organisasi Kelompok tani Tunas Harapan ... 34
(8)
DAFTAR LAMPI RAN
Halaman
1. Berita acara pemindahan lokasi ... 52
2. Sertifikat benih bina ... 53
3. Berita acara serah terima benih... 54
4. Lokasi kegiatan 1000 Desa Mandiri Benih di Provinsi Bengkulu... 55
5. Analisis usahatani perbenihan di Kelompok Tani Tunas Harapan ... 56
(9)
RI NGKASAN
1. Judul : Model penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah Melalui Peningkatan Kemampuan Calon Penangkar di Provinsi Bengkulu
2. Unit kerja : BPTP Bengkulu
3. Lokasi : Kabupaten Seluma dan Rejang Lebong 4. Agroekosistem : Lahan Sawah
5. Status (L/ B) : Baru (B)
6. Tujuan : 1. Menyusun dan mendapatkan informasi dan basis data calon penangkar, kebutuhan benih, varietas, dan sebaran varietas unggul padi di Provinsi Bengkulu.
2. Meningkatkan status dan kapasitas calon penangkar dalam pengelolaan, pemilihan dan penggunaan varietas unggul (VU).
3. Melayani kebutuhan benih padi varietas unggul (VU) untuk kebutuhan petani wilayahnya.
4. Meningkatkan kapasitas kelembagaan penyedia benih unggul berkualitas bagi petani pengguna di Provinsi Bengkulu.
7. Keluaran : 1. Diperolehnya informasi dan basis data calon penangkar, kebutuhan benih, varietas, dan sebaran varietas unggul padi di Provinsi Bengkulu.
2. Peningkatan status dan kapasitas calon penangkar dalam pengelolaan, pemilihan dan penggunaan varietas unggul (VU).
3. Terlayaninya permintaan kebutuhan benih padi varietas unggul untuk kebutuhan petani wilayahnya.
4. Peningkatan kapasitas kelembagaan penyedia benih unggul berkualitas bagi petani pengguna di Provinsi Bengkulu.
8. Hasil/ pencapaian :
9. Prakiraan Manfaat : 1. Tersedia informasi yang akurat mengenai kebutuhan benih, varietas spesifik lokasi, waktu dan lokasi produksi, serta penyebaran VUB Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
2. Petani mendapatkan benih sumber secara tepat jumlah, varietas, mutu, waktu, lokasi dan harga secara berkelanjutan.
3. Calon penangkar mendapatkan bimbingan teknis budidaya, prosesing benih, dan bahkan dapat menyaksikan langsung keunggulan
(10)
varietas unggul yang di displaykan melalui berbagai kegiatan diseminasi.
4. Calon penangkar dan petani menghargai dan memahami panjangnya proses untuk menghasilkan benih unggul berkualitas dan pentingnya penggunaan VUB spesifik lokasi. 5. Petani mendapatkan varietas adaptif yang
sudah teruji dengan potensi hasil tinggi dan toleran terhadap berbagai cekaman lingkungan biotik dan abiotik.
6. Benih yang spesifik agroekosistem dapat disediakan secara masif dengan prinsip 6 tepat.
7. Lembaga perbenihan di daerah dapat melakukan pembenahan secara internal dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi sebagai lembaga penyedia benih berkualitas untuk masyarakat.
8. Kemudahan akses informasi melalui assosiasi atau jaringan kerja lembaga perbenihan berdasarkan teknologi informasi yang diwujudkan dalam Sistem I nformasi (SI ). 10. Prakiraan Dampak : 1. Peningkatan produktivitas dan produksi padi
dapat mendukung dan mewujudkan swasembada dan swasembada padi berkelanjutan di Provinsi Bengkulu.
2. Produksi benih tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan di kawasan tersebut namun juga dapat dipasarkan di luar daerah.
11. Prosedur : Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari– Desember 2015. Kegiatan meliputi persiapan, pelaksanaan,evaluasi dan pelaporan kegiatan. Persiapan kegiatan meliputi penyusunan dan perbaikan rencana kegiatan (RDHP, RODHP dan juklak), penyusunan kuisioner, dan koordinasi. Pelaksanaan kegiatan meliputi: (a) Pertemuan internal dan antar institusi (dinas/ instansi terkait di pusat dan daerah), (b) Survei untuk menyusun basis data perbenihan (kebutuhan, varietas, waktu dan tempat produksi)pemetaan pola tanam dan sebaran jadwal tanam di lokasi kegiatan, (c). Survei untuk mengidentifikasi dan observasi tingkat pengetahuan, keterampilan, persepsinya terhadap VU padi, tingkat penerapan teknologi
(11)
benih/ pelaksanaan penangkaran (e). Pendistribusian benih sumber varietas unggul eksisting dan VUB yang direkomendasikan untuk penangkaran, (f). Advokasi dan bimbingan teknis selama proses produksi mulai dari persemaian, pemeliharaan, roughing, panen, pasca panen, prosesing benih, (g). I nisiasi jaringan kerja/ networking dan kemitraan antar calon penangkar, produsen benih, Dinas teknis, Badan Pelaksana Penyuluhan, dan pedagang benih maupun petani/ konsumen pengguna lainnya, (h). Monitoring dan evaluasi yang dilakukan bersama dengan Balit/ Puslit/ Balai Besar yang berperan sebagai sumber inovasi, (i). pelaporan hasil kegiatan secara periodik.
Adapun parameter yang diamati meliputi: (1). Peningkatan pengetahuan petani dalam pengelolaan usahatani perbenihan, (2). Peningkatan sikap petani dalam pengelolaan usahatani perbenihan, (3). Peningkatan keterampilan calon penangkar dalam pengelolaan usahatani perbenihan, (4). Jumlah benih padi yang dihasilkan dari kegiatan Laboratorium Lapang (LL), (5). Jumlah petani dan luas lahan yang dapat memanfaatkan benih yang dihasilkan oleh LL, (6). Jumlah penangkar non formal yang bersedia menjadi penangkar formal, (7). Aktifitas kelembagaan kelompok tani penangkar, (8) kemitraan yang terjadi setelah kegiatan, (9). Analisis usahatani penangkar benih varietas unggul spesifik lokasi.
12. Jangka Waktu : 1 tahun (2015).
13. Biaya : Rp. 249.250.000,00 (Dua ratus empat puluh sembilan juta dua ratus lima puluh ribu rupiah).
(12)
SUMMARY
1. Title : Model of seed provision for fullfillment of region demands through capability improvement of prospective breeders in the Bengkulu Province 2. I nstitusion : AI AT Bengkulu
3. Location : Seluma and Rejang Lebong District 4. Agroecosystem : Rice field
5. Status (N/ C) : New
6. Objective : 1. Develop and obtain information and database of candidates breeders, seed requirements, varieties , and distribution of improved varieties of rice in the province of Bengkulu .
2. I mproving the status and capacity of potential breeders in the management, selection and use of high yielding varieties 3. Serve the needs of high-yielding varieties of
rice seeds for the needs of farmers territory.
4. Enhance the institutional capacity of the provision of superior-quality seeds to farmers in the province of Bengkulu.
7. Output : 1. Obtaining information and database of candidates breeders, seed requirements, varieties, and distribution of improved varieties of rice in the province of Bengkulu. 2. I mproving the status and capacity of potential breeders in the management, selection and use of high yielding varieties. 3. Number demand for rice seed varieties to
farmers’ needs territory.
4. I ncreasing the institutional capacity of the provision of superior-quality seeds to farmers in the province of Bengkulu.
8. Result/ Achievement :
-9. Expected benefit : 1. Aviability of accurate information about the demand of seeds, site-specific new varieties, time and location of production, and dissemination of HYV released by I AARD
2. Farmers in the area get seed exactly the number, variety, quality, time, location and
(13)
4. Prospective breeders and farmers appreciate and understand the long process to produce superior seed quality and the importance of using site-specific HYV. 5. Farmers get adaptive varieties that have
been tested with high yield potential and tolerant to various biotic and abiotic environmental stresses.
6. Seed-specific agro-ecosystem can be provided on a massive scale with principle of 6 appropriate, so that the users / farmers have a lot of options or alternatives specific HYV.
7. Seedling institutions in the area could make corrections internally in order to carry out the duties and functions as providers of high quality seeds to the farmers .
8. Ease access of information through a network or associations of seedling institutions based information technology embodied in the seed‘ s I nformation System.
10. Expected I mpact : 1. Adoption of high quality site-specific seeds which have an impact on increasing production and income of rice farmers in the province of Bengkulu.
2. Seed production is not only to meet the needs in the region Seluma, even can be marketed outside the region.
11. Methodology : The Model of seed provision for fullfillment of region demands through capability improvement of prospective breeders in the province Bengkulu will take place will take place in January - December 2015, comprises preparation, implementation, evaluation and activities report. Preparatory activities include the preparation and improvement action plans (Assessment Results Dissemination Plan, Operational Plan for Dissemination of Results Assessment and guidelines), the preparation of the questionnaire, and coordination. I mplementation activities include: (a). I nternal and inter-agency meetings (services/ agencies at central and local), (b). Survei to compile a database of seed (demands, varieties, time and place of production) mapping cropping patterns and distribution of planting schedules in Seluma. (c). Survei to identify and observe the level of knowledge, skills, perceptions of the HYV, the level of application of existing
(14)
technology, agro-ecosystem, support infrastructure, equipment and machinery of harvest/ post harvest/ processing and institutions as a basis for determining the prospective breeder candidate (PBC). (d). Detemination of location and prospective breeder to implement seed production/ execute breeding. (e). The distribution of seeds of existing HYV anf New HYV recomended for breeding. (f). Advocacy and technical assistance during the production process starting from the nursery, maintenance, roughing, harvest, post-harvest, seed processing, storage, packaging, and distribution of seeds, (f). I nitiation of networks / networking and partnerships among prospective breeders, seed producers, technical Department, extension implementing body and seed merchants and farmers / consumers of other users as an effort to transform and materialize the sustainable seed independence that agribusiness oriented based on seed‘ s information systems. (g). Monitoring and evaluation, (h) the results reported periodically. The parameters observed were: (1). I ncreased knowledge of farmers in seed farm management, (2). I mproved attitudes seed farmers in farm management, (3). I mproved skills of prospective breeder seed in farm management, (4). The amount of rice seeds produced from activities Field Laboratory (LL), (5). The number of farmers and land that can utilize the seeds produced by LL, (6). Number of non-formal breeder breeders willing to become formal, (7). Activity breeder farmers groups, (8). a partnership that occur after the activities, (9). Analysis of seed varieties of farm –specific 12. Duration : 1 years (2015).
(15)
I .
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian dewasa ini diarahkan kepada ketahanan pangan serta pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan, berkerakyatan dan terdesentralisasi. Salah satu komponen teknologi yang dibutuhkan petani adalah benih bermutu. Ketersediaan benih bermutu dinilai strategis karena sangat menentukan keberhasilan budidaya tanaman. Perbenihan merupakan salah satu strategi yang digunakan dalam pencapaian target swasembada pangan (padi, jagung, dan kedelai) dalam jangka pendek. Di samping dari aspek perbenihan, pemerintah juga fokus pada bidang jaringan irigasi, pemanfaatan alat dan mesin pertanian/ mekanisasi, dan akses/ insentif harga produk pertanian.
Potensi genetik tanaman juga bergantung pada penggunaan benih bermutu. Varietas dan benih bermutu merupakan komponen teknologi dasar (compulsary) dalam pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT) (Sembiring dkk., 2008; Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2013). Secara empiris, pertumbuhan dan hasil tanaman dapat dinyatakan sebagai fungsi dari genotipe x lingkungan atau f (faktor pertumbuhan internal x faktor pertumbuhan eksternal) (Gardner dkk., 1986). Faktor internal digambarkan sebagai sifat bawaan/ genetik (varietas) yang membawa sifat ketahanan terhadap tekanan iklim, tanah, biologis, laju fotosintesis dan kapasitas untuk menyimpan makanan. Faktor eksternal terdiri atas iklim (cahaya, temperatur, curah hujan, angin, panjang hari, dan kelembaban udara), tanah (tekstur, struktur, bahan organik, pH, dan ketersediaan unsur hara), dan biologis/ Organisme Pengganggu Tanaman (hama, penyakit dan gulma).
Penggunaan varietas yang adaptif dan spesifik lokasi sangat diperlukan dalam mendukung peningkatan produktivitas dan produksi padi di Provinsi Bengkulu. Rata-rata produktivitas padi sawah di Provinsi Bengkulu baru mencapai 4,3 ton/ ha (BPS Provinsi Bengkulu, 2013), jauh dari rata-rata produktivitas padi nasional yang sudah mencapai 5,5 t/ ha). Untuk dapat menunjukkan potensi hasilnya, varietas memerlukan kondisi lingkungan atau agroekosistem tertentu (Rubiyo dkk., 2005). Tidak semua varietas mampu tumbuh dan berkembang pada berbagai agroekosistem. Dengan kata lain, tiap
(16)
varietas akan memberikan hasil yang optimal jika ditanam pada lahan yang sesuai (Kustiyanto, 2001).
Banyak permasalahan dan tantangan dalam penyediaan dan penyebarluasan benih bermutu. Permasalahan tersebut diantaranya adalah: (1). Sering kali petani mendapatkan benih berlabel dengan kualitas rendah dari program bantuan langsung benih unggul (BLBU) maupun program benih bersubsidi (2). Petani kesulitan untuk mendapatkan Variet as Unggul Baru (VUB) padi spesifik lokasi yang diinginkan (3). Sistem penamaan varietas padi yang terlalu umum dan banyaknya varietas yang dilepas sejak tahun 2008 (I npari, I npara, dan I npago) menyebabkan stakeholders/ petani bingung dan bahkan mereka mempunyai persepsi negatif terhadap VUB.
Ruskandar (2012) melaporkan bahwa petani tidak mudah mengganti varietas existing ke varietas baru sebelum mereka yakin dan melihat bukti keunggulan varietas yang diintroduksikan. Berbagai metode dan media penyuluhan (display, demplot, temu lapang, gelar teknologi, maupun penyebaran bahan informasi tercetak maupun audio visual) perlu diintensifkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani. Hal ini dilakukan dalam upaya mengubah sikap dan perilaku petani untuk menggunakan VUB spesifik lokasi.
Pembinaan dari lembaga perbenihan yang belum optimal; rendahnya intensitas dan kualitas komunikasi serta sinergi antar lembaga perbenihan; minimnya pengetahuan petani dan calon penangkar dalam pengelolaan benih berkualitas menjadi sebab dari rendahnya pemanfaatan benih VUB bermutu spesifik lokasi. Kondisi ini berdampak terhadap rendahnya produktivitas padi di suatu wilayah. Pembinaan untuk meningkatkan kemampuan/ kapasitas calon penangkar diperlukan sebagai upaya peningkatan ketersediaan logistik atau persediaan benih. Kemampuan suatu wilayah untuk dapat memenuhi permintaan benih varietas unggul (mandiri benih) secara tepat sangat di perlukan. Hal ini akan berdampak terhadap peningkatan produktivitas dan produksi padi di suatu
(17)
1.2 Tujuan
1. Menyusun dan mendapatkan informasi dan basis data calon penangkar, kebutuhan benih, varietas, dan sebaran varietas unggul padi di Provinsi Bengkulu.
2. Meningkatkan status dan kapasitas calon penangkar dalam pengelolaan, pemilihan dan penggunaan varietas unggul (VU).
3. Melayani kebutuhan benih padi varietas unggul (VU) untuk kebutuhan petani wilayahnya.
4. Meningkatkan kapasitas kelembagaan penyedia benih unggul berkualitas bagi petani pengguna di Provinsi Bengkulu
1.3 Keluaran yang diharapkan
1. Diperolehnya informasi dan basis data calon penangkar, kebutuhan benih, varietas, dan sebaran varietas unggul padi di Provinsi Bengkulu.
2. Peningkatan status dan kapasitas calon penangkar dalam pengelolaan, pemilihan dan penggunaan varietas unggul (VU).
3. Terlayaninya permintaan kebutuhan benih padi varietas unggul untuk kebutuhan petani wilayahnya.
4. Peningkatan kapasitas kelembagaan penyedia benih unggul berkualitas bagi petani pengguna di Provinsi Bengkulu
1.4 Perkiraan Manfaat dan Dampak
1. Diperolehnya informasi yang akurat mengenai kebutuhan benih, varietas spesifik lokasi, waktu dan lokasi produksi, serta penyebaran VUB release Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
2. Petani di kawasan perbenihan mendapatkan benih unggul untuk memenuhi kebutuhan wilayahnya secara berkelanjutan.
3. Calon penangkar mendapatkan bimbingan teknis budidaya, prosesing benih, dan bahkan dapat menyaksikan langsung keunggulan varietas unggul yang didisplaykan melalui berbagai kegiatan diseminasi (penangkaran, temu lapang, panen raya).
4. Calon penangkar dan petani menghargai dan memahami panjangnya proses untuk menghasilkan benih unggul berkualitas dan pentingnya
(18)
penggunaan VUB spesifik lokasi, sehingga memotivasi mereka untuk mengadopsi.
5. Petani mendapatkan varietas adaptif yang sudah teruji dengan potensi hasil tinggi dan toleran terhadap berbagai cekaman lingkungan biotik dan abiotik, sebagai upaya untuk mengurangi risiko kegagalan dalam usaha tani.
6. Benih yang spesifik agroekosistem dapat disediakan secara masif dengan prinsip 6 tepat, sehingga para pengguna/ petani mempunyai banyak pilihan atau alternatif VUB spesifik lokasi.
7. Lembaga perbenihan di daerah dapat melakukan pembenahan secara internal dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi sebagai lembaga penyedia benih berkualitas untuk masyarakat di Provinsi Bengkulu. Dampak yang diharapkan diantaranya adalah:
1. Adopsi terhadap benih berkualitas yang spesifik lokasi berdampak pada peningkatan produksi dan pendapatan petani padi di Provinsi Bengkulu. Peningkatan produktivitas dan produksi padi dapat mendukung dan mewujudkan swasembada dan swasembada padi berkelanjutan di Provinsi Bengkulu.
2. Produksi benih tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan di kawasan Kabupaten Seluma dan Rejang Lebong, bahkan dapat dipasarkan di luar daerah sehingga perbenihan menjadi kegiatan agribisnis yang menguntungkan bagi petani dan masyarakat luas.
(19)
I I .
TI NJAUAN PUSTAKA
Penggunaan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi, responsif terhadap pemupukan dan toleran terhadap serangan hama penyakit utama telah terbukti dapat meningkatkan produktivitas (Nugraha dkk., 2007). Sistem perbenihan yang tangguh (produktif, efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan) sangat diperlukan untuk mendukung upaya peningkatan penyediaan benih padi dan peningkatan produksi beras nasional.
Di Provinsi Bengkulu mulai muncul kesadaran petani untuk menggunakan benih bermutu dari VU dan VUB spesifik lokasi. VUB (I npari, I npara, dan I npago) yang dilepas sejak tahun 2008 masih belum dominan di petani. Hal ini menunjukkan bahwa sistem diseminasi masih lemah. Wahyuni (2011) melaporkan bahwa lambatnya adopsi VUB juga dipicu oleh terbatasnya ketersediaan benih sumber serta belum dapat dilayaninya permintaan VUB dari stakeholders maupun petani secara tepat waktu, jumlah, varietas, tempat, harga, dan kualitas.
Penyebarluasan informasi tentang keunggulan VUB padi spesifik lokasi serta ketersediaan benih sumber berpengaruh terhadap percepatan proses adopsi. Keunggulan suatu varietas akan dapat dirasakan manfaatnya apabila tersedia benih dalam jumlah cukup untuk ditanam oleh petani (Daradjat dkk., 2008).
Untuk mendorong percepatan penggunaan benih bermutu diperlukan upaya penangkaran dan sertifikasi benih. Diperlukan tindakan responsif atas lemahnya kinerja kelembagaan perbenihan di daerah, kurangnya promosi dan diseminasi VUB oleh sumber inovasi, serta minimnya stok dan logistik benih VUB spesifik lokasi.
Banyak permasalahan dan tantangan dalam penyediaan dan penyebarluasan benih bermutu maupun VUB padi spesifik lokasi. Secara umum persepsi petani terhadap benih berlabel adalah negatif, yang berarti bahwa tingkat kepercayaan petani terhadap kualitas benih berlabel rendah. Hal ini beralasan karena sering kali petani mendapatkan benih berlabel dari berbagai program bantuan benih unggul tetapi dengan kualitas rendah. Tingginya kotoran dan gabah hampa serta rendahnya daya kecambah menjadi indikator utama dari ketidaksesuaian antara label dengan kondisi fisik dan fisiologi benih. Keyakinan
(20)
masyarakat tani terhadap mutu benih berlabel harus dipulihkan melalui pencitraan bahwa label adalah jaminan mutu yang bersifat mutlak.
Akhir-akhir ini petani di Bengkulu sudah mulai berminat untuk menggunakan varietas unggul spesifik lokasi secara mandiri. Ada 4 alasan utama bagi petani dalam pemilihan varietas yaitu produktivitas tinggi, toleran terhadap serangan OPT, berumur genjah, dan nasinya pulen (Wibawa dkk., 2012). Konsekuensi dari peningkatan kesadaran petani dalam penggunaan benih VU bermutu dan VUB spesifik lokasi adalah: (1). Perlu peningkatan intensitas, kualitas dan jangkauan informasi/ penyuluhan yang berkaitan dengan keunggulan VU yang spesifik lokasi (2). Perlu perencanaan dan prediksi yang akurat berkaitan dengan kebutuhan benih, varietas, kelas benih, waktu produksi, dan sebaran varietasnya (3). Penguatan sinergi dan kolaborasi antar lembaga perbenihan daerah (BBI , BBU) dan kelompok/ petani penangkar (4). Penyediaan (logistik) benih sesuai kebutuhan masyarakat tani secara tepat waktu, tempat, jumlah, varietas, harga, dan kualit as.
Kelembagaan perbenihan adalah unit –unit kerja yang secara terorganisir melakukan aktivitas di bidang perbenihan. Berdasarkan fungsi dan tugasnya maka kelembagaan perbenihan digolongkan menjadi 5 golongan yaitu: pembina, penelitian/ pemuliaan, produsen, pedagang/ penyalur dan pengawas mutu benih. Lembaga produsen benih merupakan bagian dari sistem kelembagaan perbenihan yang berperan di bidang produksi dan peredaran benih (BUMN dan swasta) (BBP2TP, 2013).
Provinsi Bengkulu mempunyai potensi kelembagaan, sumberdaya lahan, sumberdaya manusia, dan inovasi teknologi untuk memenuhi kebutuhan benih padi, melalui lembaga perbenihan yang ada. Kelompok penangkar perlu di dorong untuk menjadi penangkar mandiri yang selalu berproduksi walaupun tidak ada proyek atau kerjasama degan dinas maupun swasta. Perbenihan padi perlu di dorong untuk menjadi komoditas agribisnis yang menarik bagi para petani melalui penguatan dan pembenahan jaringan pemasaran
(21)
I I I .
PROSEDUR
3.1 Pendekatan
Kegiatan ini dilakukan melalui serangkaian kegiatan lapangan (On Farm Adaptive Research), survei dan pengujian di laboratorium dengan maksud untuk membentuk model kawasan mandiri benih padi di Kabupaten Seluma dan Kabupaten Rejang Lebong. Demplot merupakan lahan percontohan yang berperan sebagai kelas belajar bagi anggota kelompok tani penangkar padi. Melalui percontohan yang melibatkan petani sebagai kooperator, diharapkan akan terjadi proses pembelajaran kepada petani penangkar padi di sekitar wilayah perbenihan. Dengan cara ini, pengetahuan dan keterampilan petani tentang perbenihan padi akan dapat ditiru/ diadopsi. Adanya proses adopsi ini, diharapkan akan menstimulasi penerapan teknologi oleh petani di kawasan perbenihan padi tersebut.
Pada tahap-tahap kegiatan perbenihan padi, dilakukan diseminasi inovasi teknologi melalui pertemuan petani dengan melibatkan langsung stakeholders seperti Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH), Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), Petugas Pertanian Lapangan (PPL). Dengan adanya pertemuan ini diharapkan kondisi pertanaman pada tahap pertumbuhan tanaman dapat menjadi bahan pembelajaran bagi anggota kelompok tani, baik bagus maupun kurang baiknya kondisi pertanaman. Semua kondisi ini menjadi titik penting dalam mempelajari pertumbuhan tanaman. Apabila kondisi tanaman kurang baik, dapat dipelajari penyebab kurang baik nya pertumbuhan guna pemecahan permasalahan yang ditemui dan menjadi masukan bagi petani lain.
3.2 Ruang Lingkup Kegiatan
Tugas BPTP dalam program model kawasan mandiri benih adalah: 1. Membuat perencanaan wilayah untuk pemenuhan kebutuhan benih di suatu kawasan, 2. Mengidentifikasi penangkar non formal dalam bentuk CPCL, 3. Melaksanakan pendampingan dan bimbingan teknis produksi benih, 4. Pendampingan teknis dan kelembagaan penangkar benih, 5. Peningkatan kapasitas penangkar non formal, 6. Membuat percontohan lapangan (display) , 7. Memfasilitasi petani dalam proses sertifikasi benih, dan 8. Mendistribusikan benih sumber kepada penangkar.
(22)
Lingkup kegiatan di Provinsi Bengkulu untuk tahun 2015 hanya dibatasi untuk program model kawasan mandiri benih padi. Data dan informasi yang diperoleh melalui desk study, survei, pengisian kuisioner, wawancara, dan display lapangan serta analisis laboratorium. Data yang terkumpul ditabulasikan, dianalisis, dan diintrepretasikan menjadi output kegiatan yaitu: 1. I nformasi dan basis data calon penangkar, kebutuhan benih, varietas, dan sebaran varietas unggul padi di Provinsi Bengkulu. 2. Peningkatan status dan kapasitas calon penangkar dalam pengelolaan, pemilihan dan penggunaan VUB spesifik lokasi. 3. Pemenuhan kebutuhan benih padi varietas unggul di wilayah perbenihan 4.Model kawasan mandiri benih melalui sinergi dari lembaga perbenihan (BPSB, UPBS, BBI , BBU, UPTD Perbenihan, petani penangkar) dalam penyediaan benih unggul berkualitas bagi petani pengguna di Provinsi Bengkulu.
3.3 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Lokasi kegiatan dan w aktu
Lokasi awal kegiatan adalah di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Namun adanya perubahan musim tanam akibat ketidakpastian/ perubahan iklim sehingga perlu dicarai lokasi baru yang memungkinkan untuk melakukan kegiatan tanam sehingga kegiatan dialihkan ke Kabupaten Rejang Lebong. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari–Desember 2015.
Kegiatan di Kabupaten Seluma dilaksanakan di Kelompok Tani Tunas Harapan Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan. Kegiatan di Kabupaten Rejang Lebong awalnya dipusatkan pada Kelompok Tani Rawa Seberang Kecamatan Bermani Ulu Raya namun pada akhirnya hanya kegiatan penyuluhan teknis perbenihan yang dilaksanakan di kelompok tersebut. Hingga akhir Oktober 2015 kegiatan demplot belum bisa dilaksanakan di Desa bangun Jaya karena ketersediaan air yang tidak mencukupi akibat musim kemarau.
Kegiatan demplot di Kabupaten Rejang Lebong baru mulai dilaksanakan pada akhir bulan November 2015 setelah dilakukan pencarian lokasi baru yang
(23)
Tahapan pelaksanaan kegiatan
Tahap pelaksanaan kegiatan meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan kegiatan.
1. Pertemuan internal dan antar institusi
Pertemuan internal dilaksanakan secara rutin dalam bentuk pertemuan di BPTP Bengkulu. Dalam pertemuan ini dievaluasi kemajuan dan tindak lanjut kegiatan di masing-masing lokasi. Pertemuan antar institusi baik ditingkat regional (stakeholders di provinsi dan kabupaten) maupun nasional. Pertemuan di tingkat regional, khususnya ditingkat kabupaten dalam bentuk pemaparan kegiatan atau presentasi kegiatan kepada stakeholders (BPSBTPH, Dinas Pertanian Kabupaten maupun Badan Pelaksana Penyuluhan). Pertemuan/ workshop/ seminar di tingkat nasional dilakukan di Balai Besar/ Balit lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
2. I dentifikasi wilayah untuk penyusunan basis data perbenihan.
Basis data disusun dari data primer dan sekunder melalui desk study, wawancara, pengisian kuisioner, dan survei. Data yang diperlukan dalam penyusunan basis data perbenihan diantaranya adalah: (1). I nventarisasi produsen benih formal dan informal, (2). Varietas unggul padi yang dikembangkan/ dibudidayakan (3). Total kebutuhan benih padi (4). Sebaran varietas unggul padi (peta).
Basis data ini bermanfaat dalam perencanaan produksi benih berkaitan dengan jumlah/ volume, varietas, kelas benih, lokasi dan waktu penggunaan benih. Basis data perbenihan dapat digunakan untuk mengevaluasi kecukupan penyediaan dan penyebarluasan VUB spesifik lokasi.
3. Survei kapasitas calon penangkar dan infra struktur pendukung
Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan observasi tingkat pengetahuan, keterampilan, persepsinya terhadap VUB padi, tingkat penerapan teknologi eksisting, agroekosistem, dukungan infrastruktur, peralatan dan mesin panen/ pasca panen/ prosesing dan kelembagaan sebagai dasar dalam penentuan calon penangkar calon lokasi (CPCL).
(24)
4. Penentuan CPCL
Penentuan lokasi dan calon penangkar untuk pelaksanaan produksi benih/ pelaksanaan penangkaran. Pemilihan petani kooperator menjadi salah satu faktor penting dalam pelaksanaan penangkaran. Pemilihan lokasi penangkaran akan didasarkan pada beberapa kriteria yaitu: (1). Merupakan daerah sentra padi, (2). Lokasi strategis, mudah dijangkau dan didukung oleh sarana irigasi yang memadai, (3) Bukan merupakan daerah endemis hama dan penyakit utama padi, (4). Petani kooperatif dan bersedia bekerjasama secara partisifatif.
5. Pendistribusian benih sumber
Pendistribusian benih sumber varietas unggul eksisting dan VUB yang direkomendasikan untuk penangkaran. VUB yang ditangkarkan/ dikembangkan sudah diseleksi melalui berbagai kegiatan penelitian, pengkajian, pendampingan, maupun gelar teknologi di BPTP Bengkulu. Varietas ditentukan berdasarkan pertimbangan teknis, kesesuaian agroekosistem dan preferensi petani.
6. Bimbingan teknis perbenihan
Bimbingan teknis perbenihan dilaksanakan selama proses produksi mulai dari persemaian, pemeliharaan, rouging, panen, pasca panen, prosesing benih (jika memungkinkan sampai dengan sertifikasi), penyimpanan, pengemasan, dan pendistribusian benih dilakukan bersama dengan BPSBTPH. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas (pengetahuan, keterampilan dan sikap) calon penangkar benih dan petani sebagai upaya untuk mempercepat perubahan sikap dan perilaku.
Petani tidak mudah mengganti varietas existing ke varietas baru sebelum mereka yakin dan melihat bukti keunggulan varietas yang diintroduksikan. Berbagai metode dan media penyuluhan (demplot, temu lapang, gelar teknologi, maupun penyebaran bahan informasi tercetak maupun elektronik) perlu diintensifkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani. Hal ini dilakukan dalam upaya mengubah sikap dan perilaku petani untuk menerima
(25)
petani/ konsumen pengguna lainnya sebagai upaya untuk mewujudkan kemandirian benih berkelanjutan yang berorientasi agribisnis berbasis sistem informasi (SI ) perbenihan. BSPB sudah dilibatkan sejak awal kegiatan mulai dari pendaftaran, penanaman, pengamatan, roguing hingga proses sertifikasi dan pelabelan benih.
Kemitraan dapat dijadikan sebagai ajang promosi/ sosialisasi untuk menyebarluaskan informasi tentang ketersediaan benih antar kelompok/ individu penangkar di kawasan Kabupaten Seluma dan Kabupaten Rejang Lebong dan tidak menutup kemungkinan ke kabupaten lainnya. Melalui kemitraan diharapkan timbulnya sinergi kegiatan antar pelaku agribisnis (petani, badan usaha, dan pemerintah) dalam mempercepat penyebarluasan penggunaan VUB padi spesifik lokasi di lahan petani.
8. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan bersama dengan Balit/ Puslit/ Balai Besar yang berperan sebagai sumber inovasi (benih, alat mekanisasi, kelembagaan dll).
9. Pelaporan
Pelaporan perkembangan kegiatan dibuat secara periodik baik mingguan, bulanan, triwulan, tengah tahun, dan akhir kegiatan. Penyusunan laporan pelaksanaan yang terdiri atas laporan bulanan, semester dan laporan akhir.
3.3.3 Parameter yang Diukur
1. Peningkatan pengetahuan calon penangkar dalam pengelolaan usahatani perbenihan.
2. Peningkatan sikap calon penangkar dalam pengelolaan usahatani perbenihan.
3. Peningkatan keterampilan calon penangkar dalam pengelolaan usahatani perbenihan.
4. Jumlah benih padi yang dihasilkan dari kegiatan Laboratorium Lapang (LL). 5. Jumlah petani dan luas lahan yang dapat memanfaatkan benih yang
dihasilkan oleh LL.
6. Jumlah penangkar non formal yang bersedia menjadi penangkar formal. 7. Aktivitas kelembagaan kelompok tani penangkar.
(26)
9. Analisis usahatani penangkar benih varietas unggul spesifik lokasi
3.4. Pengumpulan dan analisis data
Basis data disusun dari data primer dan sekunder melalui desk study, wawancara, pengisian kuisioner, dan survei. Data yang diperlukan dalam penyusunan basis data perbenihan diantaranya adalah: (1). I nventarisasi produsen benih formal dan informal, (2). Varietas unggul padi yang dikembangkan/ dibudidayakan (3). Total kebutuhan benih padi, dan (4). Sebaran varietas unggul padi (peta). Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif.
Peningkatan kapasitas (pengetahuan dan sikap) calon penangkar terhadap teknologi perbenihan dengan budidaya menggunakan pendekatan teknologi PTT dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan interval kelas. Peningkatan pengetahuan petani dianalisis dengan menggunakan Uji Statistik Paired Simple T Test dengan rumus Riduwan dan Alma (2009) :
T =
D
√
Dimana : t : nilai t hitungD : rata-rata selisih pengukuran 1 dan 2 SD : standar deviasi pengukuran 1 dan 2
N : jumlah sampel
Sikap calon penangkar terhadap teknologi perbenihan diukur dengan interval kelas dan kriteria seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Kriteria nilai indikator sikap calon penangkar terhadap teknologi perbenihan
No. I nterval Kelas Kriteria Nilai
1. 2. 3. 4. 5.
1,00 ≤ x ≤ 1,80 1,80 < x ≤ 2,60 2,60 < x ≤ 3,40 3,40 < x ≤ 4,20 4,20 < x ≤ 5,00
Sangat negatif Negatif
Netral Positif Sangat positif
(27)
Data peningkatan kapasitas kelembagaan dilaksanakan dengan mengidentifikasi kapasitas kelembagaan calon kelompok penangkar sebelum dan sesudah pelaksanaan kegiatan. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif.
(28)
I V.
HASI L DAN PEMBAHASAN
4.1. I nformasi dan Basis Data Calon Penangkar, Kebutuhan Benih, Varietas, dan Sebaran Varietas Unggul Padi di Provinsi Bengkulu
Data basis calon penangkar yang diperoleh dari Balai Pelaksana Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) Provinsi Bengkulu dan Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu. Data produsen benih ini merupakan perseorangan, badan usaha, badan hukumatau instansi pemerintah yang melakukan produksi benih padi (Tabel 2).
Tabel 2. I nventarisasi data produsen benih padi di Provinsi Bengkulu
No Kabupaten/ Nama
Produsen Alamat
Luas lahan (ha)
I zin Produksi/ Nomor
Tanda Daftar
1. Bengkulu Tengah
a. KT Sido Urip Ds.Sri Kuncoro 10 Terdaftar b. Sapri M Taba Penanjung 3 Tdk Terdaftar c. KT Jaya Murni Taba Penanjung 3 Tdk Terdaftar d. KT Mitra Karpa Ds.Panca Mukti 8 Tdk Terdaftar e. KT Serasan Taba penanjung 50 Terdaftar
2. Seluma
a. KT Tunas Harapan Desa Rimbo Kedui 10 Rekomendasi b. KT Sri Kalapek
Bersinar
Ds.Bukit Peninjauan I I 50 Rekomendasi c. KT Karya Mukti Ds.Bukit peninjauan I I 10 Rekomendasi
3. Kota Bengkulu
a. KT Cuguk Kecik Jl. Merapi Ujung 4 Belum terdaftar b. KT Talang I lo Dusun Besar 10 Belum terdaftar c. Poktan Embun Panorama 25 Belum terdaftar d. BPP Kota Bengkulu Kel. Semarang 7 Belum terdaftar e. Kesetiakawanan
Sosial
Kel. Kandang Limun 6 Belum terdaftar
4. Bengkulu Selatan
a. BPP Kota Medan Manna 6 Belum terdaftar b. KT Sina Banding Seginim 25 Belum terdaftar c. KT Terpadu Kedurang 20 Belum terdaftar d. KT Benuang Jaya Ds Banding Agung 15 Belum terdaftar e. KT Air Putih I Ds Pajar Bulan 25 Belum terdaftar f. KT Air Putih I I Ds Pajar Bulan 25 Belum terdaftar g. KT Harapan Makmur Ds Lawang Agung 59 Rekomendasi
5. Mukomuko
a. KT Marsudi Taki Ds Tirta Mulya Air 7 Belum terdaftar a. KT Makmur Bersama Ds Tirta Makmur Air 11 Belum terdaftar
(29)
Lanjutan Tabel 2.
No Kabupaten/ Nama
Produsen Alamat
Luas lahan (ha)
Ket d. KT Harapan Makmur Ds Tanah Hitam 50 Terdaftar e. KT Panca Usaha I Ds Sido urip 50 Terdaftar
7. Kaur
a.KT Tri Manunggal Ds Tl. Beringin 50 Tdk Terdaftar b. KT Hijau Tani Ds Pegangan 6 Tdk Terdaftar c. KWT Melati Ds Talang Tais 6 Tdk Terdaftar
8. Kepahiang
a. BBI P kelobak Ds Kelobak 20 Tdk Terdaftar b. KT Harapan Maju Ds Sukamerindu 10 Tdk Terdaftar c. KT Suka Maju I Ds Sukamerindu 10 Tdk Terdaftar d. KT Harapan Maju Jaya
I I
Ds Peraduan Binjai 50 Belum Terdaftar
9. Rejang Lebong
a.KT Tunas Harapan Ds Teladan 2 Tdk Terdaftar
10. Lebong
a.BBPP Ds Sukabumi 6 Belum Terdaftar
Sumber: BPSBTPH Provinsi Bengkulu, 2015
Sesuai dengan Permentan Nomor 8/ Permentan/ SR.120/ 3/ 2015 maka produsen benih tanaman pangan yang akan memproduksi benih harus memiliki izin produksi benih bina yang dikeluarkan oleh Bupati/ Walikota bila memenuhi persyaratan: 1) Mempekerjakan paling sedikit 30 orang tenaga kerja tetap, 2) Memiliki aset diluar tanah dan bangunan paling sedikit Rp 5.000.000.000,- atau 3) Hasil penjualan benih bina selama 1 (satu) tahun paling sedikit Rp 15.000.000.000,-. Produsen benih yang tidak memenuhi persyaratan tersebut harus didaftar dan dinilai untuk mendapatkan rekomendasi sebagai produsen benih dari Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih bina tanaman pangan.
Klasifikasi produsen benih bertujuan untuk memudahkan petugas dalam melakukan pembinaan dan menilai pelaksanaan penerapan peraturan/ ketentuan perbenihan yang berlaku. Produsen benih yang telah terdaftar artinya telah memiliki rekomendasi dari BPSBTPH serta Surat Keterangan Produsen benih (SKPB) dari Bupati atau Walikota. Jika hanya memiliki surat rekomendasi dari BPSBTPH maka produsen tersebut masuk pada klasifikasi produsen benih rekomendasi. Produsen benih pada klasifikasi belum terdaftar artinya produsen benih tersebut sudah mengajukan permohonan untuk mendapatkan rekomendasi atau surat rekomendasi dari BPSBTPH masih dalam tahap proses penerbitan.
(30)
Produsen benih yang termasuk kedalam klasifikasi tidak terdaftar artinya belum mengajukan permohonan rekomendasi maupun izin produksi.
Sebagian besar produsen benih di Provinsi Bengkulu pada saat data diambil (bulan Mei 2015) masuk kedalam kategori belum terdaftar. Artinya masih dalam tahap pengajuan rekomendasi dari BPSPTPH Provinsi Bengkulu. Masa berlaku rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan adalah selama yang bersangkutan berprofesi sebagai produsen benih bina tanaman pangan, dengan pemeriksaan ulang terhadap kelayakan teknis setiap tahun.
Selama tahun 2014 BPSBTPH Provinsi Bengkulu melakukan pelayanan sertifikasi benih sebanyak 231 unit dengan jumlah benih yang dinyatakan lulus sebanyak 357,535 ton dari total 516,025 ton yang diuji di laboratorium. Benih yang dinyatakan lulus tersebut terdiri dari benih dasar (16,63 ton), benih penjenis (111,845 ton) serta benih sebar (357,535 ton). Varietas yang dikembangkan antara lain Cigeulis, Mekongga, I npari 14, I npari 20, Banyuasin, Mira I , I npari 10, I npari 13, I npari Sidenuk, Bestari, PB 42, Situbagendit dan I npara 2.
Kebutuhan benih di Provinsi Bengkulu diestimasi berdasarkan data luas sawah dikalikan kebutuhan benih padi per hektar berdasarkan rekomendasi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah yaitu 25 kg/ ha (Tabel 3). Luas dan kebutuhan benih ini menjadi pangsa pasar untuk distribusi benih bersertifikat yang dihasilkan oleh produsen benih.
Tabel 3. Luas lahan sawah dan prediksi kebutuhan benih per musim tanam di Provinsi Bengkulu Tahun 2015
No Kabupaten Luas sawah (ha) Kebutuhan benih (kg)
1. Bengkulu Selatan 11.290 282.250
2. Bengkulu Tengah 7.716 192.900
3. Bengkulu Utara 16.309 407.725
4. Kaur 8.034 200.850
5. Kepahiang 5.287 132.175
6. Kota Bengkulu 2.793 69.825
(31)
Jumlah penggunaan benih di lapangan kemungkinan akan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil estimasi ini. Terlebih lagi apabila petani menggunakan jumlah benih sesuai dengan kebiasaan. Penelitian Fauzi dkk (2013) di Kabupaten Bengkulu Tengah, Seluma, Lebong dan Bengkulu Utara menunjukkan bahwa petani yang bukan merupakan peserta SL PTT menggunakan benih sebanyak 57,56 kg/ ha. Jumlah penggunaan benih memang masih belum sesuai dengan rekomendasi yaitu 25 kg/ ha, namun penggunaan benih petani SL-PTT 24,19% lebih sedikit dibandingkan dengan petani non SL-PTT yaitu sebanyak 43,64 kg/ ha. Jumlah penggunaan input benih yang masih belum sesuai dengan rekomendasi ini dikarenakan petani masih terbiasa melakukan penyemaian benih dalam jumlah yang banyak dengan harapan tidak akan terjadi kekurangan bibit bila saat tanam tiba.
Selama tahun 2014 BPSBTPH Provinsi Bengkulu mencatat terjadi penyebaran 28 jenis varietas tanaman padi di 10 Kabupaten/ Kota di Provinsi Bengkulu (Tabel 4). Varietas yang tersebar masih didominasi oleh varietas unggul seperti Cigeulis dan Mekongga. Penelitian Astuti dkk (2010) menunjukkan bahwa varietas unggul padi yang digunakan di Bengkulu pada waktu itu didominasi oleh IR 64, Ciherang, Cibogo dan Cigeulis.
Kondisi ini menggambarkan kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian cenderung lambat padahal sejak tahun 2007 hingga 2015 Balitbangtan telah melepas berbagai Varietas Unggul Baru (VUB) padi spesifik untuk semua agroekosistem budidaya. Menurut Senewe dan Alfons (2011) hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi dan ketersediaan benih bermutu, serta preferensi konsumen terhadap varietas unggul tersebut. Alasan utama petani mengadopsi suatu varietas unggul adalah rasa nasi disukai petani, produktivitas tinggi, harga jual tinggi, umur genjah, serta benih mudah diperoleh (I shak dkk, 2012).
Penelitian Sugandi dkk (2011) menyatakan secara umum petani memilik persepsi yang baik terhadap VUB padi dan dipengaruhi secara nyata oleh pengalaman berusahatani padi, luas lahan, dan intensitas ke lahan sawah. Ketersediaan benih yang kurang tersedia, sistem pemeliharaan yang lebih sulit, dan harga VUB yang masih lebih mahal menjadi faktor penghambat minat petani untuk mengadopsi VUB. Walaupun demikian ada banyak faktor yang dapat mendorong petani untuk mengadopsi/ menggunakan VUB seperti penggunaan
(32)
pupuk yang lebih sedikit, umur tanaman lebih genjah, produktivitas lebih tinggi, ketahanan terhadap HPT lebih baik, penampakan gabah lebih baik, dan daya adaptasi baik. Faktor pendorong yang paling dominan mempengaruhi minat petani mengadopsi VUB karena produktivitasnya tinggi, umurnya lebih pendek, penggunaan pupuk dan ketahanan terhadap hama.
Tabel 4. I nventarisasi Penyebaran Varietas Padi di Provinsi Bengkulu Tahun 2014
No Varietas
Kabupaten (ha) Jumlah
Bengkulu Utara
Bengkulu Selatan
Rejang Lebong
Kota Bengkulu
Bengkulu
Tengah Mukomuko Kepahiang Lebong Seluma Kaur
1 PB 42 197 - - - - 962 - - 100 - 1.259
2 I R 64 792 - - - 577 - 1.369
3 Cilamaya
Muncul 43 - - - 43
4 Ciherang 3.725 608 - - 759 - 703 - 618 - 6.413
5 Cigeulis 2.400 7.722 - - 1.005 964 20.764 2.628 1.662 37.145
6 Rojolele - - - 184 - - - - 184
7 Situ Bagendit 3.399 150 - - - 74 81 - 606 - 4.310
8 Diah Suci 212 - - - 212
9 Mekongga 4.576 9.130 - - 466 1.879 7.537 - 1.696 206 25.490
10 I npari 2 - - - - 351 15 - - - - 366
11 I npari 3 220 - - - - 15 - - - - 235
12 I npari 5 - - - 104 - 104
13 Bestari 195 - - - 246 - 786 - 255 - 1.482
14 I npari 1 53 - - - - 20 - - - - 73
15 I npari 2 76 - - - 265 - - - 341
16 I npari 8 - - - - 20 - - - 20
17 I npari 9 - - - - 9 - - - 9
18 I npari 10 - - - - 586 - 266 - 220 - 1.072
19 I npari 11 - - - 49 - - - - 49
20 I npari 13 - - - 185 1.383 - 311 - 1.879
21 I npara 6 - - - - 38 43 - - - - 81
22 I npari 14 763 - - - 543 632 - - 310 - 2.248
23 I npari Sidenuk - 15 - - - - 3.566 - - - 3.581
24 I npago 8 - - - 56 - - - 56
25 I npari 20 - - - 218 - 218
26 I npari 30 - - - 3 - - - 3
27 I npari 32 - - - 2 - - - 2
(33)
Petani tidak mudah mengganti varietas existing ke varietas baru sebelum mereka yakin dan melihat bukti keunggulan varietas yang diperkenalkan. Pengenalan varietas baru dengan cara display maupun demplot perlu terus dilakukan agar percepatan adopsi varietas unggul baru dapat terwujud. Sejak tahun 2008, BPTP Bengkulu telah memperkenalkan beberapa VUB melalui uji adaptasi pada display kegiatan Pendampingan PTT. Uji adaptasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan VUB yang adaptif untuk dibudidayakan di suatu wilayah. Dari kegiatan tersebut didapatkan data beberapa VUB yang adapt if di Provinsi Bengkulu (Tabel 5).
Tabel 5. Varietas Unggul Baru (VUB) yang adaptif di Provinsi Bengkulu
No Kabupaten/ Kota Varietas Unggul Baru
1 Bengkulu Selatan I npari 1, 6, 10, 14, I npara 2
2 Bengkulu Tengah I npari 6, 13, 14, I npara 2, I npago 6, 8 3 Bengkulu Utara I npari 1, 6, 10, 13, I npara 2, I npago 6, 8 4 Seluma I npari 6, 10, 14, 22 dan I npara 2
5 Kepahiang I npari 6, 13, 14, 15, 20, 28, I npara 2 6 Rejang Lebong I npari 6, 13, 15, 20, 28, I npago 8 7 Lebong I npari 6, 10, 13, 14, 15, 20
8 Kaur I npari 1, 6, 10, 13, 14, I npago 6, 8 9 Mukomuko I npari 13,14 I npara 2
10 Kota Bengkulu I npari 1, 6, 14, I npago 6
Sumber: Dokumentasi kegiatan SL PTT BPTP Bengkulu
Penggunaan varietas yang adaptif dan spesifik lokasi sangat diperlukan dalam mendukung peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan di Provinsi Bengkulu. Untuk dapat menunjukkan potensi hasilnya, varietas memerlukan kondisi lingkungan atau agroekosistem tertentu. Tidak semua varietas mampu tumbuh dan berkembang pada berbagai agroekosistem. Dengan kata lain, tiap varietas akan memberikan hasil yang optimal jika ditanam pada lahan yang sesuai.
4.2. Peningkatkan Status dan Kapasitas Calon Penangkar dalam Pengelolaan, Pemilihan dan Penggunaan Varietas Unggul ( VU) 4.2.1. Survei kapasitas calon penangkar, infra struktur pendukung dan
penentuan Calon Petani Calon Lokasi ( CPCL)
Sebelum melaksanakan survei, Tim BPTP Bengkulu melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan pihak Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu, Dinas Petanian dan Pertanian Kabupaten Seluma serta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Rejang Lebong serta Badan Pelaksana Penyuluhan di kedua
(34)
kabupaten. Dari hasil koordinasi didapatkan informasi dan rekomendasi calon petani dan calon lokasi yang dapat dijadikan mitra dalam pelaksanaan kegiatan.
Koordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu diperoleh informasi mengenai upaya untuk memberdayakan peranan penangkar/ kelompok penangkar benih dalam penyediaan benih varietas unggul bersertifikat . Hal ini disebabkan penangkar memang memiliki peranan sangat penting tetapi di sisi lain masih memiliki keterbatasan seperti luas areal produksi dan sumber daya manusia, prasarana dan sarana, serta modal. Oleh karen itu pada Tahun Anggaran 2015 Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian telah mencanangkan 1.000 Desa Mandiri Benih se I ndonesia. Di Provinsi Bengkulu kegiatan ini dilakukan di 25 desa (lampiran 4).
Koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Seluma menghasilkan rekomendasi alternatif lokasi untuk pelaksanaan kegiatan yaitu di kelompok Renah Manggis Desa Padang Merbau dan kelompok Tani Tunas Harapan Kecamatan Seluma Selatan. Hasil diskusi disepakati bahwa kegiatan dilaksanakan di kelompoktani Tunas Harapan dikarenakan kelompoktani Renah Manggis merupakan salah satu calon pelaksana kegiatan Desa Mandiri Benih di Kabupaten Seluma. Selain itu agroekosistem, infrastruktur, peralatan dan mesin pasca panen (prosesing) benih seperti gudang, terpal untuk menjemur, siler, alat pengukur kadar air, dan penjahit karung juga telah tersedia.
Sesuai dengan informasi Kalender Tanam (KATAM) Terpadu Musim Kemarau (MK I I ) tahun 2015 di Kecamatan Seluma Selatan maka jadual tanam dilaksanakan pada bulan Mei I hingga Juni I I I . Oleh sebab itu benih hasil kegiatan di kelompoktani Tunas Harapan akan menjadi pendukung pelaksanaan kegiatan Desa Mandiri Benih di Kabupaten Seluma yang dilaksanakan pada Musim Hujan (MH) yaitu bulan Oktober 2015.
Koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Rejang Lebong menghasilkan rekomendasi agar kegiatan dilaksanakan di kelompoktani Rawa Seberang Kecamatan Bermani Ulu Raya. Kelompoktani ini
(35)
Sarana pendukung yang dimiliki kelompok calon penangkar di Kabupaten Rejang Lebong antara lain: terpal jemur, mesin perontok dan mesin kipas pengering. Petani di lokasi ini hanya melaksanakan kegiatan budidaya satu kali dalam setahun yaitu pada musim hujan. Berdasarkan KATAM Terpadu di Kecamatan Bermani Ulu Raya jadual tanam dilaksanakan pada bulan September I I I hingga Oktober I .
4.2.2. Sosialisasi Kegiatan
a. Kabupaten Seluma
Sosialisasi kegiatan di Kabupaten Seluma dilaksanakan pada tanggal 17 April 2015. Kegiatan dilaksanakan di lahan petani kooperator dan diikuti oleh 40 orang peserta yang terdiri atas 30 orang petani, 2 orang petugas lapang, 2 orang perwakilan pihak Kelurahan dan Kecamatan, 1 orang perwakilan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Seluma serta 5 orang dari BPTP Bengkulu. Petani yang diundang merupakan calon penangkar yang berasal dari kelompoktani Tunas Harapan, perwakilan kelompok tani yang ada di Kelurahan Rimbo Kedui dan calon pelaksana kegiatan Desa Mandiri Benih Kabupaten Seluma dari Kecamatan Seluma Selatan. Petani peserta sosialisasi merupakan calon penangkar peserta sekolah lapang perbenihan. Petugas lapang yang hadir adalah Petugas Pertanian Lapangan (PPL) Kelurahan Rimbo Kedui, Koordinator Penyuluh BP3K Sukarami dan Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Kelurahan Rimbo Kedui.
Kegiatan diawali dengan sambutan dari pihak Kecamatan Seluma Selatan yang menyampaikan dukungan terhadap kegiatan yang dilakukan. Sebagian besar penduduk yang bermatapencaharian sebagai petani sudah mau menerapkan teknologi yang telah diintroduksi oleh Balitbangtan yang diwakili oleh BPTP Bengkulu seperti penerapan sistem tanam jajar legowo. Pembinaan bagi calon penangkar benih diharapkan dapat memotivasi petani untuk dapat memproduksi benih yang sehat dan bermutu.
Sambutan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Seluma yang diwakili oleh Kepala Bidang Pertanian mengharapkan dari kegiatan ini akan melahirkan penangkar-penangkar benih padi yang pada akhirnya akan mencukupi kebutuhan benih bermutu di Kabupaten Seluma. Selama ini petani banyak menggunakan benih dari hasil turunan tanaman sebelumnya. Walau kadang benih sebelumnya
(36)
tersebut merupakan benih dengan label yang lebih tinggi namun terkadang proses perbenihan yang kurang baik mengakibatkan benih yang dihasilkan pun juga kurang memuaskan.
Pada kegiatan sosialisasi disampaikan bahwa pada tahun 2015 Balitbangtan melaksanakan kegiatan Pengembangan Model Kawasan Mandiri Benih Padi, Jagung dan Kedelai. Khusus untuk Provinsi Bengkulu tahun 2015 ini baru untuk pengembangan benih padi. Kegiatan ini bertujuan untuk: 1) Mengembangkan model kawasan mandiri benih yang mampu memproduksi benih berkualitas untuk memenuhi kebutuhan benih di kawasan pengembangan padi, jagung dan kedelai secara mandiri melalui perbaikan mutu benih calon penangkar, 2) Memantapkan kelembagaan perbenihan di kawasan pengembangan padi, jagung dan kedelai untuk menjamin penyediaan dan pendistribusian benih berkualitas varietas unggul spesifik lokasi secara cukup.
Diharapkan dari kegiatan ini diperoleh model kawasan mandiri benih secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sehingga calon penangkar mampu memproduksi benih padi secara mandiri. Benih yang dihasilkan dalam jumlah cukup dan kualitas sesuai dengan mutu benih. Kelembagaan perbenihan dikawasan pengembangan juga dikembangkan untuk mampu menjamin penyediaan dan pendistribusian benih berkualitas varietas unggul spesifik lokasi.
Ruang lingkup kegiatan ini adalah model kawasan mandiri benih padi dan pengembangannya meliputi: perencanaan kebutuhan benih, identifikasi calon penangkat dan calon lokasi, penyediaan benih sumber, fasilitasi dan bimbingan proses sertifikasi benih, sistem informasi perbenihan, monitoring, evaluasi dan pelaporan produksi benih. Benih sumber yang akan digunakan pada lokasi Laboratorium Lapang (LL) adalah kelas benih Breeder Seed(BS) atau Foundation Seed (FS). Sedangkan untuk lokasi pendukung akan menggunakan kelas benih Stock Seed (SS).
Lokasi kegiatan di Kabupaten Seluma dilaksanakan pada lahan seluas 4 hektar yang terdiri atas 1 hektar LL dan 3 hektar lokasi pendukung. Jumlah
(37)
Setelah acara sosialisasi, dilakukan kegiatan pengisian kuesioner identifikasi teknologi budidaya eksisting calon penangkar. Data yang dihimpun dalam kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi teknologi perbenihan eksisting yang dilakukan oleh calon penangkar. I nformasi yang diterima dapat dijadikan acuan dalam penyampaian materi perbenihan pada kegiatan bimbingan teknis.
b. Kabupaten Rejang Lebong
Pelaksanaan Sosialisasi kegiatan Mandiri Benih dilaksanakan di Rumah Kepala Desa Bangun Jaya Kecamatan Bermani Ulu Raya pada tanggal 17 September 2015. Sosialisasi dihadiri oleh Kepala BBI Lubuk Kembang, Kepala Pertanian Kecamatan (KPK) Bermani Ulu Raya, Koordinator Penyuluh (Koorluh) BPP Pal VI I I dan calon penangkar dari Kelompoktani Rawa Seberang di Desa Bangun Jaya Kecamatan Bermani Ulu Raya.
Diinformasikan bahwa benih memiliki peran strategis dalam upaya peningatan produksi padi. Keunggulan benih meliputi daya hasil tinggi, spesifik agroekosistem, adaptif dengan dampak perubahan iklim, ketahanan terhadap hama penyakit yang mendukung sistem pola tanam dan program pengendalian hama terpadu, umur genjah untuk meningkatkan indeks pertanaman serta keunggulan hasil panen sesuai selera konsumen.
Lingkup kegiatan yang dilakukan adalah membuat Laboratorium Lapang (LL) minimal 1 ha dengan varietas yang digunakan adalah varietas yang sudah adaftif. Pemilihan lokasi berdasarkan kriteria bukan daerah endemis OPT, bebas dari bencana (kekeringan dan banjir), diutamakan pada desa yang aktivitas produksi benihnya belum berkembang.
Setelah selesai penyampaian materi sosialisasi dan diskusi dilakukan pengisian kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan dan sikap calon penangkar terhadap teknologi perbenihan padi. Data yang diperoleh menjadi data awal untuk pengukuran pengetahuan dan sikap calon penangkar terhadap teknologi perbenihan.
(38)
4.2.3. Peningkatan Kapasitas Calon Penangkar
Peningkatan kapasitas (pengetahuan, sikap dan keterampilan) calon penangkar dilakukan dengan berbagai media seperti demplot, bimbingan teknis dan informasi teknologi berupa folder dan buku teknologi perbenihan.
a. Demplot
Demplot kegiatan dibagi menjadi dua bagian yaitu Laboratorium Lapang (LL) seluas 1 ha dan lokasi pendukung. LL adalah tempat petani belajar langsung cara produksi benih dan melihat penampilan varietas yang diperkenalkan. Melalui LL produksi benih didemonstrasikan teknik produksi benih dan diperkenalkan manajemen mutu. Lokasi pendukung dimaksudkan untuk mendukung kegiatan produksi benih dimana calon penangkar pada lokasi pendukung juga melaksanakan teknisk perbenihan seperti pada lokasi LL.
Tabel 6. Pelaksanaan demplot di Kabupaten Seluma dan Rejang Lebong Tahun 2015
No Uraian Kabupaten Seluma Kabupaten Rejang
Lebong
1. Luas (ha) 4 5
2. Varietas a. LL
b. Lokasi pendukung
I npari 22 (BS) I npari 16 (SS)
I npari 7 (FS)
I npari 7 (SS), 28 (SS)
3. Jumlah kooperator (org) 5 11
4. Tanggal tanam 8 Mei 2015 2 Desember 2015
5. Tanggal panen 10 Agustus 2015 -6. Prosesing benih Agustus-September -Sumber: Dokumen kegiatan, 2015
Demplot di dilaksanakan pada lokasi dengan total luas lahan 9 ha. LL di Kabupaten Seluma melibatkan 2 calon penangkar sedangkan di Kabupaten Rejang Lebong melibatkan 3 orang petani kooperator. Lokasi LL merupakan lokasi yang digunakan sebagai tempat petani calon penangkar belajar langsung mengenai aspek produksi benih mulai dari penyiapan lahan hingga produksi benih.
(39)
banyak diminati oleh petani untuk di budidayakan. Dipilihnya varietas I npari 16 karena tingginya minat petani terhadap varietas Ciherang. I npari 16 Pasundan yang berasal dari seleksi Ciherang/ Cisadane/ / Ciherang diharapkan mampu mengalihkan minat petani.
Varietas I npari 7 dikembangkan di Kabupaten Rejang Lebong dikarenakan varietas ini memiliki keunggulan agak tahan terhadap penyakit tungro yang sempat mewabah. I npari 28 Kerinci yang cocok ditanam pada ekosistem sawah sampai ketinggian 1.100 m dpl dan adaptif di Kabupaten Rejang Lebong juga menjadi salah satu varietas yang dikembangkan.
Jadual tanam Musim Kemarau (MK) di Kelurahan Rimbo Kedui sesuai dengan jadual tanam Kalender Tanam di Kecamatan Seluma Selatan yaitu pada bulan Mei I hingga Juni I I I . Jadual tanam di Kabupaten Rejang mengalami kemunduran yang cukup lama akibat musim kemarau yang mengakibatkan tidak tersedianya sumber air yang cukup. Kegiatan tanam baru dilaksanakan pada Desember I sedangkan jadual tanam berdasarkan kalender tanam adalah bulan September I I I hingga Oktober I .
Teknologi yang diterapkan pada lokasi demplot adalah teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah seperti penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB), benih sehat dan berlabel, sistem tanam jajar legowo 4: 1 dan 2: 1, pemupukan sesuai dengan rekomendasi Kalender Tanam (KATAM) Terpadu, pengairan berselang, pengendalian terpadu untuk OPT, dan penanaman bibit muda dengan 1-3 batang per lubang tanam.
b. Bimbingan teknis
Pelaksanaan bimbingan teknis awalnya direncanakan dilaksanakan dalam bentuk sekolah lapang perbenihan di lokasi LL. Mundurnya jadwal tanam di Kabupaten Rejang Lebong mengakibatkan kegiatan bimbingan teknis di lokasi ini dilaksanakan dengan cara penyuluhan pada pertemuan kelompok.
Bimbingan teknis perbenihan dilaksanakan sebanyak 5 kali pada masing-masing lokasi kegiatan. Materi yang diberikan antara lain: pengolahan tanah dan persemaian, tanam, perawatan tanaman, rouging, panen, prosesing dan sertifikasi benih.
Materi pengolahan tanah dan persemaian difokuskan pada teknologi pengolahan tanah sawah secara sempurna. Pengolahan tanah sempurna dicirikan
(40)
dengan perbandingan lumpur dan air 1: 1 dan dilakukan dua kali. Setelah pengolahan I , sawah digenang selama 7-15 hari lalu disebarkan bahan organik dan benamkan gulma. Olah tanah menggunakan hand-tractor atau cangkul setelah lahan digenangi. Selanjutnya dilakukan kegiatan pembajakan I I diikuti penggaruan untuk meratakan dan pelumpuran.
Materi budidaya seperti persemaian, tanam dan perawatan tanaman disesuaikan dengan teknologi PTT padi sawah. Persemaian dibuat luas yaitu seluas 20% dari luas tanam. Sistem tanam menggunakan sistem jajar legowo untuk mengoptimalkan jumlah populasi dan pemupukan dilakukan sebanyak tiga kali sesuai dengan rekmendasi Kalender Tanam Terpadu. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dilaksanakan secara terpadu sesuai dengan tingkat serangan yang terjadi.
Teknologi roguing, prosesing dan sertifikasi benih disampaikan oleh Petugas dari Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) dari masing-masing Kabupaten. Teknologi roguing disampaikan agar dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada stadia vegetatif awal (35 – 45 HST), vegetatif akhir (50 – 60 HST), generatif awal (85 – 90 HST), generatif akhir (100 – 115 HST). Roguing dilakukan untuk membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang diproduksi benihnya. Untuk tujuan tersebut, pertanaman petak pembanding (pertanaman check plot) dengan menggunakan benih autentik sangat disarankan.
Materi prosesing benih dititikberatkan pada proses pembersihan dan pengeringan gabah.Tujuan pembersihan selain memisahkan benih dari kotoran (tanah, jerami dan daun padi yang tersangkut) juga untuk membuang benih hampa. Calon benih harus dikeringkan sampai kadar air mencapai mencapai atau telah memenuhi standar mutu benih bersertikat (13% atau lebih rendah).
Calon penangkar juga diberikan informasi mengenai tahapan sertifikasi benih meliputi: penyampaikan permohonan kepada BPSB, pemeriksaan lapangan
(41)
persiapan alat panen agar bersih dari benih varietas lain. Pembinaan aspek produksi melalui kegiatan bimbingan teknis diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan perubahan sikap calon penangkar terhadap teknologi perbenihan.
Selain bimbingan teknis yang dilakukan secara massal, pembinaan aspek produksi juga dilakukan secara perorangan bagi calon penangkar baik pada lokasi LL maupun lokasi pendukung. Pembinaan disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman dan kebutuhan teknologi calon penangkar.
c. Bahan informasi teknologi berupa folder dan buku teknologi
perbenihan
Bahan informasi teknologi adalah sumber informasi yang disajikan dalam bentuk banner, leaflet, brosur maupun buku yang berisikan informasi teknologi. Bahan informasi teknologi yang dicetak untuk menunjang peningkatan pengetahuan dan sikap calon penangkar berupa 3 buah folder dan 1 buku panduan teknologi. Jumlah bahan informasi teknologi yang telah dicetak dan diditribusikan dalam upaya percepatan diseminasi teknologi perbenihan selama tahun 2015 disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Jenis dan jumlah bahan informasi teknologi perbenihan yang dicetak dan didistribusikan tahun 2015
No Jenis bahan informasi Jumlah (eks)
1. Folder Pengelolaa Tanaman Tepadu (PTT) Padi Sawah 200
2. Folder sistem tanam jajar legowo 200
3. Folder prosesing dan sertifikasi benih 200
4. Buku I novasi Teknologi Mendukung Kawasan Mandiri Benih
116
Sumber: Dokumen kegiatan, 2015
Bahan informasi tersebut telah didistribusikan pada masing-masing lokasi kegiatan baik untuk calon penangkar melalui kelompok tani maupun bagi petugas pertanian lapangan melalui Badan Pelaksana Penyuluhan setempat. Keberhasilan suatu kegiatan diseminasi ditentukan oleh tingkat pemanfaatan informasi dan penerapan teknologi yang dihasilkan oleh masyarakat tani pada suatu wilayah kerja. Sehingga diperlukan upaya diseminasi melalui mekanisme dan metode yang tepat agar hasil-hasil litkaji dapat dimanfaatkan oleh pengguna akhir dan pengguna antara. Salah satu metode tersebut adalah penyebarluasan informasi melalui bahan informasi teknologi.
(42)
Pada awal dan akhir pelaksanaan kegiatan sekolah lapang maupun penyuluhan perbenihan telah dilakukan pengumpulan data mengenai kapasitas calon penangkar berupa pengetahuan dan sikap calon penangkar terhadap teknologi perbenihan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengetahuan petani dalam perbenihan meningkat sebesar 38,29% dari 9,40 menjadi 13,00 (Tabel 8). I ni menunjukkan bahwa petani semakin memahami teknologi perbenihan padi sawah dengan pendekatan PTT yang disuluhkan.
Pengetahuan petani dalam penyemaian, perbenihan, penanaman, VUB dan benih bermutu dan berlabel, serta pemupukan semula berada pada kriteria sedang setelah pelaksanaan kegiatan meningkat menjadi tinggi. Efektifnya metode penyampaian pesan kepada petani dimungkinkan menjadi salah satu penyebab hal ini bisa terjadi.
Tabel 8. Pengetahuan calon penangkar tentang teknologi perbenihan adi dengan pendekatan PTT padi sawah di Provinsi Bengkulu Tahun 2015
No
I ndikator Teknologi Sebelum Sesudah
Skor Kriteria Skor Kriteria 1. VUB, benih bermutu dan berlabel 1,70 Sedang 2,10 Tinggi
2. Penyemaian 0,80 Sedang 1,50 Tinggi
3. Penanaman 3,20 Sedang 4,00 Tinggi
4. Pemupukan 0,70 Tinggi 0,80 Tinggi
5. Perbenihan 2,10 Sedang 3,60 Tinggi
6. Komponen teknologi PTT 0,90 Sedang 1,00 Sedang
Jumlah 9,40 Sedang 13,00 Tinggi
Sumber : data primer diolah, 2015
Dilihat dari masing-masing indikator, peningkatan pengetahuan terbesar terjadi pada indikator penyemaian yaitu sebesar 87,50% diikuti dengan perbenihan (71,43)% , penanaman (25,00% ), VUB dan benih bermutu dan berlabel (23,53% ), pemupukan (14,29% ), dan komponen teknologi PTT (11,11% ). Secara grafik peningkatan pengetahuan ini dapat dilihat pada Gambar 1.
(43)
mempunyai konsep d manusianya dan prose
Gambar 1. Grafik
Uji dengan memperlihatkan ada calon penangkar terh (Tabel 9). Peningkata padi ditunjukkan deng
Tabel 9. Hasil analisis kegiatan T
Me Pair 1 Sebelum
Penyuluhan - Sesudah Penyuluhan
-3
Sumber: data primer diola
Pelaksanan de mempraktekan secar yang dilaksanakan demonstrasi member mengenai cara meng PTT. Kedua metode karakteristik petani de
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 1 S k o r P e n g e ta h u a n
diri, pengalaman belajar, dan kesiapan belaja oses belajarnya perlu dikedepankan.
fik peningkatan pengetahuan petani teknologi
menggunakan analisis statistik Paired S a perbedaan yang sangat siginifikan mengen rhadap teknologi perbenihan sebelum dan se atan pengetahuan calon penangkar dalam prose
ngan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05.
alisis statistik peningkatan pengetahuan ca n TA 2015
Paired Differences t Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence I nterval of the
Difference Lower Upper
-3.667 1.090 .223 -4.127 -3.206 -16.47
diolah, 2015
demplot bertujuan agar petani dapat belaja ara langsung teknologi yang disuluhkan. Bim
dengan penyampaian materi, diskusi, d erikan petani informasi dan menmabah peng ngenali teknologi perbenihan padi sawah deng ode penyuluhan ini memberikan manfaat dan
i dengan tingkat pendidikan dan umur yang ber
2 3 4 5 6
Indikator Teknologi Perbenihan
lajar sehingga sisi
ologi perbenihan
Simple T Test, enai pengetahuan sesudah kegiatan roses perbenihan .
calon penangkar
df
Sig. (2-tailed) 478 23 .000
jar, melihat, dan Bimbingan teknis disertai dengan ngetahuan petani ngan pendekatan an sesuai dengan
eragam.
Sebelum Sesudah
(44)
Sudarta (2005) menyatakan bahwa dalam akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan individu pertanian mempunyai arti penting, karena pengetahuan dapat mempertinggi kemampuan dalam mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan tinggi dan individu bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun kualitas.
Menurut Syafruddin dkk (2006) setiap individu memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut. Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan.
Rata-rata sikap calon penangkar terhadap teknologi perbenihan berada pada kriteria tinggi dengan skor rata-rata 4,17 (Tabel 10). I ni menunjukkan bahwa kegiatan ini menghasilkan sikap petani yang positif dimana calon penangkar bersedia menerima tenologi perbenihan dalam budidaya tanaman pad sebagai bentuk adopsi dari suatu inovasi dalam usahataninya. Calon penangkar mau menerima teknologi perbenihan dengan penuh keyakinan berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah dilakukan maupun telah diamati sendiri.
Pembentukan sikap dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi didalam diri individu (I ndraningsih, 2011). Terbentuknya sikap petani merupakan bagian dari tahapan proses adopsi inovasi. Dimana pada tahap ini, petani mulai menaruh minat pada hal yang baru diketahuinya. Hal ini ditandai oleh adanya kegiatan mencari keterangan-keterangan tentang hal baru tersebut. Apa itu, bagaimana
(45)
Tabel 10. Sikap petani terhadap teknologi perbenihan di Provinsi Bengkulu Tahun 2015
No. Uraian Skor * Kriteria
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kesesuaian teknologi PTT dengan lingkungan/ kondisi setempat Kesesuaian teknologi PTT dengan kebutuhan petani
Kemudahan penerapan teknologi PTT di lapangan
Kesesuaian teknologi PTT dengan ketersediaan modal petani
Kesesuaian teknologi PTT dengan kebiasaan cara budidaya petani Manfaat teknologi perbenihan dalam peningkatan kemampuan petani tentang penangkaran benih
4,25 4,46 4,38 3,92 3,79 4,25 Sangat postif Sangat postif Sangat postif Positif Positif Sangat postif
Rata-Rata 4,17 Positif
Sumber: data primer diolah, 2015
Keterangan : *1,00 ≤ x ≤ 1,80 = Sangat negatif; 1,80 < x ≤ 2,60 = Negatif; 2,60 < x ≤ 3,40 = Netral; 3,40 ≤ x ≤ 4,20 = Positif; 4,20 ≤ x ≤ 5,00 = Sangat positif
Senada dengan hal tersebut, Soekartawi (2005) menyatakan bahwa terdapat lima tahapan yang dilalui oleh petani dalam mengadopsi suatu inovasi, yakni: (i) tahap kesadaran dengan mengetahui informasi yang masih bersifat umum, (ii) tahap menaruh minat dengan mengumpulkan dan mencari informasi dari berbagai sumber, (iii) tahap evaluasi yaitu dengan mempertimbangkan lebih lanjut apakah minatnya diteruskan atau tidak, (iv) tahap mencoba menerapkan dalam skala kecil, dan (v) tahap adopsi dengan menerapkan di lahan skala yang lebih luas. Menurut Musyafak dan I brahim (2005) salah satu faktor yang mempengaruhi percepatan adopsi suatu inovasi adalah sifat dari inovasi itu sendiri. I novasi yang ditawarkan harus merupakan teknologi yang tepat guna, sesuai dengan kondisi biofisik, sosial, ekonomi, dan budaya yang ada pada petani.
Secara keseluruhan, petani menyenangi teknologi dan teknik perbenihan padi sawah yang diberikan dikarenakan sesuai dengan kondisi/ lingkungan setempat, sesuai dengan kebutuhan petani, mudah diterapkan, tidak terkendala dengan ketersediaan modal dan cara kebiasaan budidaya petani, serta meningkatkan kapasitas petani dalam penangkaran benih. Usahatani calon benih yang dilakukan pada dasarnya sama dengan kegiatan budidaya padi untuk konsumsi. Hanya saja pada kegiatan budidaya calon benih dilakukan kegiatan
(46)
roguing yang tidak dilakukan pada budidaya padi untuk konsumsi. Analisis usahatani calon benih padi Kelompok Tani Tunas Harapan Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan disajikan pada Lampiran 5.
Kegiatan perbenihan memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan dengan budidaya padi untuk konsumsi walaupun waktu yang dibutuhkan untuk prosesing benih membutuhkan waktu yang lebih lama. Keuntungan ini membuat 3 orang peserta sekolah lapang bersedia untuk melaksanakan kegiatan penangkaran pada musim tanam berikutnya. Mereka berharap kegiatan penangkaran yang akan dilakukan dapat dikelola bersama oleh kelompok agar kegiatan penangkaran dapat berjalan lebih baik
4.3. Melayani Kebutuhan Benih Padi Varietas Unggul ( VU) untuk Kebutuhan Petani Wilayahnya
Benih yang dihasilkan adalah produksi dari Kelompoktani Tunas Harapan Kabupaten Seluma untuk varietas I npari 22. Kegiatan perbenihan di Kabupaten Rejang Lebong hingga akhir Desember 2015 baru berumur 28 HST. Sesuai dengan Undang-Undang No 12 tahun 1992 tentang Sistem Budi Daya Tanaman maka benih dari varietas unggul yang dilepas oleh pemerintah dinamakan benih bina. Benih bina yang akan diedarkan harus melalui proses sertifikasi.
Sertifikasi benih adalah serangkaian pemeriksaan terhadap calon benih yang dimulai sejak di pertanam sampai pengujian mutu di laboratorium dengan tujuan untuk menjamin kemurnian genetik, mutu fisik, dan mutu fisiologis benih sehingga dapat memenuhi standar mutu yang ditetapkan dan layak untuk disebarluaskan.
Hasil uji laboratorium calon benih varietas I npari 22 dengan kelas benih dasar (FS) telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah menurut jenis tanaman dan kelas masing (Tabel 11). Hal ini menunjukkan bahwa benih yang dihasilkan oleh calon kelompok penangkar layak untuk gunakan.
(47)
Tabel 11. Standar mutu untuk kelas benih dasar (FS/ BD)
No Komponen standar mutu Benih standar Benih produksi kegiatan
1. Kadar air maksimal (% ) 13,0 10,2
2. Benih murni minimal (% ) 99,0 99,9
3. Kotoran benih maksimal (% ) 1,0 0,1
4. Benih varietas lain maksimal (% ) 0,0 0,0
5. Biji gulma maksimal (% ) 0,0 0,0
6. Daya tumbuh minimal (% ) 80,0 89,0
Sumber: Dokumentasi kegiatan, 2015
Jumlah benih besertikat yang dihasilkan sejumlah 3.000 kg yang bersumber dari lokasi laboratorium lapang. Jumlah ini bila diestimasi dengan kebutuhan benih sebanyak 25/ kg maka mampu mencukupi kebutuhan benih untuk 120 ha. Luas sawah di Kelurahan Rimbo Kedui pada tahun 2015 tercata seluas 170 hektar atau 9,44% dari total luas lahan sawah di Kecamatan Seluma Selatan yaitu 1.800 ha. Artinya jumlah ini mampu memenuhi 70,59% kebutuhan benih bermutu di kawasan kelurahan tersebut. Namun tingginya kebutuhan konsumen terhadap benih bermutu sehingga tidak hanya petani dalam kawasan kelurahan yang berminat terhadap benih tersebut. Beberapa konsumen juga berasal dari luar kawasan kelurahan bahkan dari luar Kabupaten (Tabel 12).
Tabel 12. Distribusi benih hasil Kegiatan Model penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah Melalui Peningkatan Kemampuan Calon Penangkar di Provinsi Bengkulu
No Nama Alamat Jumlah
(kg)
Luasan (ha) 1. Ritam Ds. Sri Kuncoro Kab. Bengkulu
Tengah
100 4,0
2. KT. Makmur Ds.Lubuk Kebur Kab. Seluma 60 2,4
3. KT.Anggrek Merah Kel. Pasar Baru Kec.Kota Manna Kab. Bengkulu Selatan
50 2,0
4. BP3K Talo Kecamatan Talo, Kab. Seluma 100 4,0
5. Kios Saprodi Rasyid Kecamatan Seluma Kota 150 6,0 6. Penerima bantuan
Desa Mandiri Benih Kab. Seluma 2015
Ds. Karang Anyar (Kec. Semidang Alas Maras), Ds. Purbasari (Kec. Seluma Barat) dan Padang Merbau (Kec. Seluma Selatan)
750 30,0
7. Kios Saprodi Budi Kecamatan Talo Kab.Seluma 300 12,0
8. Warman Kabupaten Kepahiang 5 0,2
9. Syuri Kecamatan I lir Talo Kab. Seluma 70 2,8
10. Petani sekitar Kel. Rimbo Kedui, Kab. Seluma 1.415 56,6
Jumlah 3.000 120,0
(48)
Kesesuaian ke Seluma Selatan khusu menjadi salah satu fa informasi mengenai t untuk mendapatkan p yang ada.
2.4. Meningkatkan Berkualitas Bag
I dentifikasi kap eksisting kelembagaa yang sesuai dengan (aturan main), tuju lingkungan (alam, sosia
Kelompoktani T pelaksanaan aktifitas konsekuensi atau san kriteria keanggotaan kegiatan yang dilaksa banyak berdasarkan kelompok telah memi
ketersediaan benih dengan jadual tanam petan ususnya untuk Musim Hujan Oktober-Maret 2 faktor pendorong keberhasilan distribusi ben i tersedianya benih bersertifikat juga mendor n produk tersebut secara cepat karena terbatasn
an Kapasitas Kelembagaan Penyedia B Bagi Petani Pengguna di Provinsi Bengku
apasitas kelembagaan dilakukan untuk men aan calon penangkar untuk mendapatkan p n kebutuhan. I dentifikasi dilakukan pada unsu ujuan, partisipan (sumberdaya manusia), sosial, ekonomi).
i Tunas Harapan belum memiliki aturan main itas kelompok seperti hak dan kewajiban sanksi. Kelompok terbentuk atas kesepakatan b
an memiliki lokasi/ lahan sawah dan sang ksanakan oleh kelompok. Perekrutan anggot n kedekatan emosional dan kekerabatan. N miliki struktur kelompok seperti Gambar 2.
tani di Kecamatan t 2015/ 2016 juga enih. Penyebaran dorong konsumen tasnya persediaan
a Benih Unggul kulu
engetahui kondisi pola pembinaan nsur kelembagaan , teknologi, dan
ain tertulis dalam n anggota serta bersama dengan nggup mengikuti gota masih lebih Namun demikian
(49)
Struktur kelompok telah memiliki bidang-bidang yang melaksanakan tugas tertentu walau dalam aplikasinya bidang-bidang ini belum berjalan sebagaimana mestinya. Rapat anggota merupakan sarana pengambilan keputusan tertinggi dalam kelembagaan. Namun demikian tidak ada periode waktu untuk pelaksanaan rapat anggota. Pertemuan kelompok pun hanya dilakukan apabila ada permintaan kegiatan pertemuan dari mitra kerjasama atau akan membahas permasalahan yang sangat penting. Hal ini mengakibatkan pertemuan kelompok hanya bersifai insidentil saja.
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh serangkaian aktivitas individu, kelompok atau organisasi (Zakaria, 2009). Tujuan kegiatan perbenihan yang dilakukan oleh calon penangkar sebagian besar hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Jika ada petani lain yang tertarik untuk membudidayakan padi yang mereka tanam tersebut maka akan dilakukan pertukaran (barter) antara satu kaleng gabah kering giling dengan setengah kaleng beras. Bila dilaksanakan dalam skala yang lebih luas biasanya petani penangkar hanya melakukan penangkaran apabila ada program dari pemerintah dan maupun pihak swasta melalui program kemitraan.
Perbenihan belum menjadi komoditas agribisnis yang diminati oleh sebagian besar petani, dikaitkan dengan prosesing yang rumit, tingginya resiko, lambatnya cash flow (prosesing dan pemasaran benih yang memerlukan waktu lebih panjang dari pada dijual dalam bentuk gabah atau beras). Kondisi ini menunjukkan bahwa penangkaran mandiri belum berjalan. Harga, pemasaran, keterbatasan sarana dan prasarana serta modal menjadi alasan utama bagi petani penangkar.
Anggota kelompok tani Tunas Harapan berjumlah 22 orang dengan karakteristik seperti terlihat pada Tabel 13. Jumlah anggota ini tergolong ideal karena dari hasil penelitian jumlah anggota kelompok tani yang ideal adalah 20-40 orang (Wahyuni dan Hendayana, 2001). Dari jumlah yang ada, anggota yang aktif dalam pertemuan-pertemuan kelompok hanya berkisar 40-50%.
Rata-rata umur anggota adalah 38,96 tahun dengan kisaran 24-55 tahun. Menurut Mardikanto (1993), umur akan berpengaruh kepada tingkat kematangan dan kapasitas belajar seseorang. Kapasitas belajar seseorang umumnya berkembang cepat sampai usia 20 tahun dan semakin berkurang hingga puncaknya sampai dengan umur berkisar 50 tahun.
(1)
Lampiran 5. Analisis usahatani perbenihan Kelompok Tani Tunas Harapan Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Tahun 2015
No Keterangan Volume
(Sat) Harga (Rp/ sat) Nilai (Rp) A. 1. 2. 3. 4. 5. B. 1. 2. 3. C. Sarana Produksi Benih Pupuk a. Urea
b. NPK Ponska Pestisida
Tanam dan pemeliharaan a. Pengolahan tanah b. Perbaikan pematang c. Cabut dan tanam d. Penyiangan 1 x e. Pemupukan 3x f. Semprot g. Rouging 4x Panen
Biaya lainnya Karung Angkut Sewa lahan
Total biaya produksi: Penerimaan Keuntungan 25 Kg 150 Kg 300 Kg -12 HOK 4 HOK 18,2 HOK 7,2 HOK 6 HOK 3 HOK 4 HOK 80,5 HOK 163 Bh 163 buah 7.000 Kg 10.000 2.200 2.700 -50.000 50.000 50.000 50.000 70.000 70.000 70.000 50.000 3.000 2.500 3.500 250.000 330.000 810.000 235.000 600.000 200.000 910.000 360.000 420.000 210.000 280.000 4.025.000 489.000 407.500 3.000.000 12.826.500 24.500.000 11.673.000 Analisis usaha prosesing benih
Keterangan Fisik (Kg) Harga (Rp/ kg) Nilai (Rp)
A. Biaya calon benih 7.000 3.500 24.500.000
B. Biaya prosesing benih
1. Biaya penjemuran 5.600 27 150.000
2. Membersihkan 5.600 18 100.000
3. Uji benih dan label 5.600 93 520.000
5. Plastik kemasan 5.600 200 1.120.000
6. Paking 5.600 18 100.000
Total (B): 1.990.000
Total biaya benih (A+ B): 26.490.000
C. Penerimaan 56.000.000
Keuntungan 29.510.000
(2)
Lampiran 6. Dokumentasi kegiatan
(3)
Demplot Perbenihan Distribusi Bahan Kegiatan
(4)
Bimbingan Teknis dan Penyuluhan
(5)
Prosesing dan Sertifikasi Benih
(6)